- Beranda
- Stories from the Heart
CATCH MY HUMMINGBIRD [MINI SERIES]
...
TS
orysetha
CATCH MY HUMMINGBIRD [MINI SERIES]
Intro:
Quote:
Kejuaraan dunia balap Hummingbird adalah ajang lima tahunan yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat dunia. Archi Steeltail adalah pencetak sejarah juara termuda di usia 18 tahun. 5 tahun setelah dia memenangi kejuaraan pertamanya dia diserang oleh sekelompok orang yang tidak dikenal yang mengakibatkannya harus absen di kejuaraan dunia tahun ini. Lalu dia menunjuk temannya yang sudah mendukungnya sedari dulu, Joe Nash. Kejadian yang serba mendadak ini membingungkan bagi Joe, apakah Joe dapat mengemban tugas yang begitu berat. Yaitu menggantikan Archi sebagai pengendara Hummingbird untuk kejuaraan dunia.
Diubah oleh orysetha 04-09-2017 13:02
anasabila memberi reputasi
1
4.3K
Kutip
32
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.7KThread•43.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
orysetha
#24
Chapter 4
Joe terbangun saat siang 3 hari kemudian. Dia membuka matanya perlahan, disebelahnya sudah ada orang yang menunggunya. Rambutnya merah, dia seorang perempuan.
“Woahhh...,” kepalanya membentuk penyanggah tempat tidurnya. “Ouch...Alexa,” memegangi kepalanya yang sakit.
Alexa tertawa kecil, “Kamu kenapa seperti melihat hantu saja.”
“Aww...,” masih merasakan pegal-pegal ditubuhnya. “sudah berapa lama aku tertidur?”
“Tiga hari.”
“Apa?!” Joe berlari keluar kamarnya, langkahnya masih terluntah-luntah. Dia melewati Ibunya yang kaget melihat Joe berlarian seperti ada hal yang darurat.
Dia membuka buku telepon berukuran kecil bersampul coklat yang ada disebelah telepon rumahnya. Dia mencari nomor telepon pelatih Ulrich, di desa ini semua orang saling kenal dekat dan saling menukar nomor telepon rumah masing-masing. Setelah menemukannya Joe menelepon pelatih Ulrich. Kebetulan pelatih sendiri yang mengangkatnya, dia meminta Joe untuk datang kerumahnya. Di sana akan dijelaskan semuanya.
Joe bergegas merapikan diri dan bersiap-siap berangkat menuju rumah pelatih Ulrich. Kebetulan ayahnya ingin mencari pakan ternak sehingga ayahnya mengantarkan mereka ke rumah pelatih Ulrich. Rumah pelatih Ulrich berada di ujung desa, dekat dengan perbukitan. Mereka bertiga menggunakan mobil pengangkut sapi bak terbuka.
“Kamu kenapa ikut sih Alexa,” tidak senang karena Alexa ternyata ikut ke rumah pelatih Ulrich.
“Jalanmu saja masih belum benar, aku ikut untuk menjagamu.”
“Memangnya aku anak kecil,” Ayahnya tertawa senang mendengar percakapan mereka berdua.
Ayahnya kemudian pamit pergi setelah mereka sampai di depan rumah pelatih Ulrich. Gerbangnya sendiri terbuat dari besi dengan ornamen-ornamen yang mempercantik pintu gerbang ini. Tidak lama ada seseorang yang membukakan pintu gerbang tersebut, dia kepala pelayan di rumah ini.
“Silahkan mari saya antarkan,” kepala pelayan ini tidak terlalu tua, kumisnya tipis.
“Besar sekali rumahnya,” melihat rumahnya dari kejauhan.
Mereka berdua dipersilahkan duduk di ruang tamu, sementara kepala pelayan pergi untuk membuatkan mereka minum. Di ruangan ini banyak terpampang foto-foto pelatih Ulrich dan istrinya selagi muda. Pelatih Ulrich yang mengetahui mereka datang akhirnya tiba, dia duduk di bangku depan.
“Bagaimana keadaanmu Joe? Sudah agak baikan?”
“Ya lumayan pak, hanya masih terasa pegal di kaki kiri.”
“Oh begitu syukurlah, soal kejadian di pulau Rosevelt itu...,” pelatih Ulrich mulai menceritakan hal yang terjadi setelah Joe tak sadarkan diri.
Saat Joe tak sadarkan diri, pelatih Ulrich langsung meminta bantuan dengan menembakkan kembang api ke angkasa. Beberapa saat kemudian pak tua Krosh datang beserta penjaga lainnya. Mereka membawa Hummingbirdnya sedangkan pak tua Krosh membawa Joe. Saat di pos penjaga, pak tua Krosh dimarahi habis-habisan oleh pelatih Ulrich karena telah melakukan tindakan yang membahayakan dirinya maupun Joe. Pak tua Krosh pun meminta maaf dan tidak menyangka akibatnya akan serius begini. Dia bermaksud untuk memberikan tantangan lebih karena terakhir kali pelatih Ulrich datang dengan Archi, belum juga pak tua Krosh kembali ke pos mereka sudah berhasil lagi menangkap Hummingbird.
Setelah melakukan perawatan sederhana, pelatih Ulrich membawa Joe kembali pulang sedangkan Hummingbird yang berhasil ditangkap akan langsung dibawa oleh pak tua Krosh dengan menggunakan jasa antar Hummingbrid ke rumah pelatih Ulrich. Sesampainya di desa pelatih Ulrich tidak membawa Joe kerumahnya tetapi ke rumah sakit, kebetulan rumah sakit yang sama dengan tempat Archi dirawat. Saat sudah dilakukan perawatan lanjutan oleh dokter barulah pelatih Ulrich menghubungi orang tua Joe.
Ibunya sangat marah ke pelatih Ulrich, karena pelatih Ulrich sudah berjanji bahwa dia akan membawa Joe kembali dengan selamat. Sementara ayahnya memaklumi kejadian tersebut dan menenangkan istrinya yang sudah termakan api emosi. Pelatih Ulrich meminta maaf kepada keduanya karena telah lalai. Joe diperbolehkan dirawat di rumah karena kondisinya tidak terlalu parah. Seusai bercerita pelatih Ulrich meminta maaf sekali lagi kepada Joe.
“Maafkan saya Joe, kalau waktu itu saya tidak terlalu gegabah maka semua ini tidak akan terjadi.”
“Tidak apa-apa pelatih sungguh, lagipula di semua kegiatan itu ada sebuah resiko kan?” pelatih Ulrich dan Alexa tidak memahami apa yang dikatakan Joe, suasana menjadi canggung. “Eh...oh iya pelatih tadi pelatih bilang Hummingbird ku sudah diantarkan ke sini, boleh saya melihatnya?”
Pelatih Ulrich mengantarkan keduanya menuju halaman belakang untuk melihat Hummingbrid hasil tangkapan Joe di pulau Rosevelt. Halaman belakang ini luas, ada sebuah rumah kecil di sisi kanan sedangkan di sisi kiri ada tiga buah pos. Lalu di bagian ujungnya ada tembok kayu berukuran tinggi dengan pintu kecil dibagian depannya. Seseorang berbadan gempal melambaikan tangannya, itu Tilbo dan temannya Carv.
Mereka berjalan mendekati Tilbo dan Carv, dari dekat ternyata pos ini adalah kandang dari Hummingbird. Ada Speed dibagian ujung, Hummingbird milik Joe, dan satu pos lagi kosong.
“Joe, bagaimana keadaanmu?” Tilbo bertanya.
“Sudah agak lumayan, eh Speed,” mengelus-ngelus leher Speed. “Speed sendiri bagaimana?”
Kali ini Carv yang menjawab, “Dia sudah bisa berjalan, kalau terbang masih belum. Sayapnya saja masih diperban.”
Disaat Alexa sedang bersama Speed, Joe berjalan menuju kandang kedua. Ada Hummingbirdnya di sini, dia meronta-ronta ingin kabur. Kaki dan sayapnya sendiri diikat sehingga dia tidak bisa mencoba untuk terbang.
“Padahal disebelahnya ada Speed, tetapi Hummingbird ini sulit dijinakan,” Tilbo mengeluh.
“Jenis ini akan sangat bagus jika Joe bisa menjinakannya.”
“Akan ku coba semampuku pelatih, tampaknya Hummingbird ini tidak bersahabat.”
Tidak ingin membuang-buang waktu dan sudah tidak sabar ingin segera menungganginya Joe meminta izin untuk tinggal di sini. Dia akan membuat Hummingbirdnya lebih baik dan dapat dikendalikan. Awalnya pelatih Ulrich tidak setuju karena kondisi Joe belum pulih benar, walaupun ada Tilbo dan Carv biasanya Hummingbird akan menyerang lagi orang yang sama dalam kasus ini adalah Joe. Joe memohon kepada pelatih bahwa dia akan baik-baik saja lagipula Hummingbirdnya sendiri diikat begitu.
Pelatih Ulrich memikirkannya sekali lagi, dia melihat Tilbo dan Carv. Mereka memberikan raut muka yang meyakinkan. Dengan berat hari Joe boleh tinggal di sini dengan Tilbo dan Carv dalam usahanya membuat Hummingbirdnya jinak. Joe menghubungi orang tuanya dan mereka juga setuju. Tiap pagi Joe memberikan Hummingbirdnya makan, memandikan di saat siang, dan membersihkan bulunya tiap sore.
Seminggu pertama Hummingbirdnya bereaksi sangat jelek, nektar yang diberikan tidak pernah dihabiskan, saat dimandikan berontak membuat basah seluruh badan Joe, dan dirinya berantakan sekali memberishkan bulunya. Di minggu kedua barulah Hummingbirdnya sedikit melunak, sehingga pekerjaannya sedikit ringan. Malam hari setelah menyelesaikan tugasnya Joe berjalan ke arah kandang, melihat Hummingbirdnya tertidur pulas. Dia melihatnya, beberapa saat kemudian Tilbo datang.
“Tidak bisa tidur Joe?”
“Ah...tidak, hanya saja apakah Archi juga sesulit ini?”
“Hm...sebenarnya Speed sudah sangat jinak, bahkan dia sangat senang ketika Archi memberinya makan atau ketika membasuh bulunya. Hummingbird mu sangat keras, hehe..,” Joe seketika murung lalu Tilbo menepak bahunya. “aku yakin kamu pasti bisa menjinakannya, tetaplah semangat. Ini sudah malam ayo kembali ke rumah,” Tilbo berjalan kembali.
“Piston,” Tilbo menghentikan langkahnya. “aku belum memberinya nama, apakah Piston nama yang buruk?” menanyakan pendapatnya kepada Tilbo.
“Piston? Hm...tidak, itu nama yang sangat keren!” Joe mengelus-elus kepala Piston dan berharap dia bisa segera menunggangi dirinya dan memulai latihan yang sebenarnya.
Quote:
Joe terbangun saat siang 3 hari kemudian. Dia membuka matanya perlahan, disebelahnya sudah ada orang yang menunggunya. Rambutnya merah, dia seorang perempuan.
“Woahhh...,” kepalanya membentuk penyanggah tempat tidurnya. “Ouch...Alexa,” memegangi kepalanya yang sakit.
Alexa tertawa kecil, “Kamu kenapa seperti melihat hantu saja.”
“Aww...,” masih merasakan pegal-pegal ditubuhnya. “sudah berapa lama aku tertidur?”
“Tiga hari.”
“Apa?!” Joe berlari keluar kamarnya, langkahnya masih terluntah-luntah. Dia melewati Ibunya yang kaget melihat Joe berlarian seperti ada hal yang darurat.
Dia membuka buku telepon berukuran kecil bersampul coklat yang ada disebelah telepon rumahnya. Dia mencari nomor telepon pelatih Ulrich, di desa ini semua orang saling kenal dekat dan saling menukar nomor telepon rumah masing-masing. Setelah menemukannya Joe menelepon pelatih Ulrich. Kebetulan pelatih sendiri yang mengangkatnya, dia meminta Joe untuk datang kerumahnya. Di sana akan dijelaskan semuanya.
Joe bergegas merapikan diri dan bersiap-siap berangkat menuju rumah pelatih Ulrich. Kebetulan ayahnya ingin mencari pakan ternak sehingga ayahnya mengantarkan mereka ke rumah pelatih Ulrich. Rumah pelatih Ulrich berada di ujung desa, dekat dengan perbukitan. Mereka bertiga menggunakan mobil pengangkut sapi bak terbuka.
“Kamu kenapa ikut sih Alexa,” tidak senang karena Alexa ternyata ikut ke rumah pelatih Ulrich.
“Jalanmu saja masih belum benar, aku ikut untuk menjagamu.”
“Memangnya aku anak kecil,” Ayahnya tertawa senang mendengar percakapan mereka berdua.
Ayahnya kemudian pamit pergi setelah mereka sampai di depan rumah pelatih Ulrich. Gerbangnya sendiri terbuat dari besi dengan ornamen-ornamen yang mempercantik pintu gerbang ini. Tidak lama ada seseorang yang membukakan pintu gerbang tersebut, dia kepala pelayan di rumah ini.
“Silahkan mari saya antarkan,” kepala pelayan ini tidak terlalu tua, kumisnya tipis.
“Besar sekali rumahnya,” melihat rumahnya dari kejauhan.
Mereka berdua dipersilahkan duduk di ruang tamu, sementara kepala pelayan pergi untuk membuatkan mereka minum. Di ruangan ini banyak terpampang foto-foto pelatih Ulrich dan istrinya selagi muda. Pelatih Ulrich yang mengetahui mereka datang akhirnya tiba, dia duduk di bangku depan.
“Bagaimana keadaanmu Joe? Sudah agak baikan?”
“Ya lumayan pak, hanya masih terasa pegal di kaki kiri.”
“Oh begitu syukurlah, soal kejadian di pulau Rosevelt itu...,” pelatih Ulrich mulai menceritakan hal yang terjadi setelah Joe tak sadarkan diri.
Saat Joe tak sadarkan diri, pelatih Ulrich langsung meminta bantuan dengan menembakkan kembang api ke angkasa. Beberapa saat kemudian pak tua Krosh datang beserta penjaga lainnya. Mereka membawa Hummingbirdnya sedangkan pak tua Krosh membawa Joe. Saat di pos penjaga, pak tua Krosh dimarahi habis-habisan oleh pelatih Ulrich karena telah melakukan tindakan yang membahayakan dirinya maupun Joe. Pak tua Krosh pun meminta maaf dan tidak menyangka akibatnya akan serius begini. Dia bermaksud untuk memberikan tantangan lebih karena terakhir kali pelatih Ulrich datang dengan Archi, belum juga pak tua Krosh kembali ke pos mereka sudah berhasil lagi menangkap Hummingbird.
Setelah melakukan perawatan sederhana, pelatih Ulrich membawa Joe kembali pulang sedangkan Hummingbird yang berhasil ditangkap akan langsung dibawa oleh pak tua Krosh dengan menggunakan jasa antar Hummingbrid ke rumah pelatih Ulrich. Sesampainya di desa pelatih Ulrich tidak membawa Joe kerumahnya tetapi ke rumah sakit, kebetulan rumah sakit yang sama dengan tempat Archi dirawat. Saat sudah dilakukan perawatan lanjutan oleh dokter barulah pelatih Ulrich menghubungi orang tua Joe.
Ibunya sangat marah ke pelatih Ulrich, karena pelatih Ulrich sudah berjanji bahwa dia akan membawa Joe kembali dengan selamat. Sementara ayahnya memaklumi kejadian tersebut dan menenangkan istrinya yang sudah termakan api emosi. Pelatih Ulrich meminta maaf kepada keduanya karena telah lalai. Joe diperbolehkan dirawat di rumah karena kondisinya tidak terlalu parah. Seusai bercerita pelatih Ulrich meminta maaf sekali lagi kepada Joe.
“Maafkan saya Joe, kalau waktu itu saya tidak terlalu gegabah maka semua ini tidak akan terjadi.”
“Tidak apa-apa pelatih sungguh, lagipula di semua kegiatan itu ada sebuah resiko kan?” pelatih Ulrich dan Alexa tidak memahami apa yang dikatakan Joe, suasana menjadi canggung. “Eh...oh iya pelatih tadi pelatih bilang Hummingbird ku sudah diantarkan ke sini, boleh saya melihatnya?”
Pelatih Ulrich mengantarkan keduanya menuju halaman belakang untuk melihat Hummingbrid hasil tangkapan Joe di pulau Rosevelt. Halaman belakang ini luas, ada sebuah rumah kecil di sisi kanan sedangkan di sisi kiri ada tiga buah pos. Lalu di bagian ujungnya ada tembok kayu berukuran tinggi dengan pintu kecil dibagian depannya. Seseorang berbadan gempal melambaikan tangannya, itu Tilbo dan temannya Carv.
Mereka berjalan mendekati Tilbo dan Carv, dari dekat ternyata pos ini adalah kandang dari Hummingbird. Ada Speed dibagian ujung, Hummingbird milik Joe, dan satu pos lagi kosong.
“Joe, bagaimana keadaanmu?” Tilbo bertanya.
“Sudah agak lumayan, eh Speed,” mengelus-ngelus leher Speed. “Speed sendiri bagaimana?”
Kali ini Carv yang menjawab, “Dia sudah bisa berjalan, kalau terbang masih belum. Sayapnya saja masih diperban.”
Disaat Alexa sedang bersama Speed, Joe berjalan menuju kandang kedua. Ada Hummingbirdnya di sini, dia meronta-ronta ingin kabur. Kaki dan sayapnya sendiri diikat sehingga dia tidak bisa mencoba untuk terbang.
“Padahal disebelahnya ada Speed, tetapi Hummingbird ini sulit dijinakan,” Tilbo mengeluh.
“Jenis ini akan sangat bagus jika Joe bisa menjinakannya.”
“Akan ku coba semampuku pelatih, tampaknya Hummingbird ini tidak bersahabat.”
Tidak ingin membuang-buang waktu dan sudah tidak sabar ingin segera menungganginya Joe meminta izin untuk tinggal di sini. Dia akan membuat Hummingbirdnya lebih baik dan dapat dikendalikan. Awalnya pelatih Ulrich tidak setuju karena kondisi Joe belum pulih benar, walaupun ada Tilbo dan Carv biasanya Hummingbird akan menyerang lagi orang yang sama dalam kasus ini adalah Joe. Joe memohon kepada pelatih bahwa dia akan baik-baik saja lagipula Hummingbirdnya sendiri diikat begitu.
Pelatih Ulrich memikirkannya sekali lagi, dia melihat Tilbo dan Carv. Mereka memberikan raut muka yang meyakinkan. Dengan berat hari Joe boleh tinggal di sini dengan Tilbo dan Carv dalam usahanya membuat Hummingbirdnya jinak. Joe menghubungi orang tuanya dan mereka juga setuju. Tiap pagi Joe memberikan Hummingbirdnya makan, memandikan di saat siang, dan membersihkan bulunya tiap sore.
Seminggu pertama Hummingbirdnya bereaksi sangat jelek, nektar yang diberikan tidak pernah dihabiskan, saat dimandikan berontak membuat basah seluruh badan Joe, dan dirinya berantakan sekali memberishkan bulunya. Di minggu kedua barulah Hummingbirdnya sedikit melunak, sehingga pekerjaannya sedikit ringan. Malam hari setelah menyelesaikan tugasnya Joe berjalan ke arah kandang, melihat Hummingbirdnya tertidur pulas. Dia melihatnya, beberapa saat kemudian Tilbo datang.
“Tidak bisa tidur Joe?”
“Ah...tidak, hanya saja apakah Archi juga sesulit ini?”
“Hm...sebenarnya Speed sudah sangat jinak, bahkan dia sangat senang ketika Archi memberinya makan atau ketika membasuh bulunya. Hummingbird mu sangat keras, hehe..,” Joe seketika murung lalu Tilbo menepak bahunya. “aku yakin kamu pasti bisa menjinakannya, tetaplah semangat. Ini sudah malam ayo kembali ke rumah,” Tilbo berjalan kembali.
“Piston,” Tilbo menghentikan langkahnya. “aku belum memberinya nama, apakah Piston nama yang buruk?” menanyakan pendapatnya kepada Tilbo.
“Piston? Hm...tidak, itu nama yang sangat keren!” Joe mengelus-elus kepala Piston dan berharap dia bisa segera menunggangi dirinya dan memulai latihan yang sebenarnya.
0
Kutip
Balas