Sssst! Keep Calm And Complete The Case

“Oh, baiklah.”,

Johnny mau bangkit dari tempat duduknya. Romeo menahannya.

“Jangan menangkapnya. Dia tidak membunuhku saat aku diculik oleh dia.”

“Kita bukan menangkapnya karena dia menculikmu, tapi karena dia membunuh orang di dalam bus. Dan kita meminta kasus itu. Romeo, kau sakit ya? Ada yang salah denganmu. Aku tahu, aku pun merasa berat untuk percaya bahwa Ru Gui mungkin menjadi seorang pembunuh. Kau ingat soal wawancara awal, bukan? Tapi kalau memang dia melakukannya, dia harus bertanggung jawab. Atas alasan apapun, kita tidak berhak melindunginya dari jeratan hukum. Baik dia merawatmu saat dia menculikmu atau tidak. Dia membunuh.”, ujar Johnny.

“Kita semua juga awalnya pembunuh dan melakukan berbagai kejahatan. Atas dasar apa sekarang kita tidak boleh melepaskannya?”, ujar Romeo. Johnny menatap nanar.

“Atas dasar bahwa kita masih waras. Atas dasar kita masih ingat kalau sekarang kita berada dalam kerjasama dengan kepolisian dan pelimpahan kasus pada kita. Atas dasar kita berhutang budi untuk menjadi lebih baik. Janji pada diri kita sendiri. Ingat itu. Otakmu pasti benar-benar sedang bermasalah Romeo. Kau membuatku kesal.”, teriak Johnny frustasi. Beberapa orang yang melewati kamar rawat inap Romeo mencoba mencuri lihat melalui jendela.

“Kau juga tidak punya rasa kasihan sama seperti Arelia?”, Romeo menatap Johnny.

“Aku kasihan. Tapi dia tidak bisa menyelesaikan berbagai masalah dengan membunuh orang. Kau bisa bayangkan, dia menipu kita. Dia tidak pincang. Dia bukan orang tua biasa. Dia pandai memanipulasi keadaan. Ini bukan saatnya untuk merasa kasihan lagi. Kau paham maksudku Dude?”, ujar Johnny.

Romeo terdiam. “Kau benar. Kita selesaikan kasus ini segera setelah aku keluar dari rumah sakit. Tunggu aku.”.

Johnny berteriak kegirangan. Hingga akhirnya seorang suster membuka pintu dan mengomeli mereka berdua.

Mereka hanya saling menatap dan tertawa lagi. Tentunya kali ini hanya cekikikan.