- Beranda
- Stories from the Heart
CATCH MY HUMMINGBIRD [MINI SERIES]
...
TS
orysetha
CATCH MY HUMMINGBIRD [MINI SERIES]
Intro:
Quote:
Kejuaraan dunia balap Hummingbird adalah ajang lima tahunan yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat dunia. Archi Steeltail adalah pencetak sejarah juara termuda di usia 18 tahun. 5 tahun setelah dia memenangi kejuaraan pertamanya dia diserang oleh sekelompok orang yang tidak dikenal yang mengakibatkannya harus absen di kejuaraan dunia tahun ini. Lalu dia menunjuk temannya yang sudah mendukungnya sedari dulu, Joe Nash. Kejadian yang serba mendadak ini membingungkan bagi Joe, apakah Joe dapat mengemban tugas yang begitu berat. Yaitu menggantikan Archi sebagai pengendara Hummingbird untuk kejuaraan dunia.
Diubah oleh orysetha 04-09-2017 13:02
anasabila memberi reputasi
1
4.3K
Kutip
32
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.7KThread•43.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
orysetha
#19
Chapter 3
“Pertama-tama coba kamu buka apa yang dibawakan pak tua itu,” pelatih Ulrich menyuruh Joe membuka bungkusan yang diberikan oleh pak tua Krosh.
“Um...dua tabung, satu berwarna hijau dan satu lagi merah.” mengangkat tabung hijau ke atas.
“Hm..nektar dan sari buah naga, dua tabung itu menarik perhatian Hummingbrid. Simpan lagi, belum saatnya kita membutuhkannya.
Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan. Sangat hati-hati dan memperhatikan langkah masing-masing. Bunga-bunga di sini menjuntai tinggi, namun sangat rapuh kalau tertiup angin tangkainya akan menari-nari. Warnanya yang beragam sangat pandai tuk menarik perhatian Hummingbird untuk mengambil nektarnya.
Joe menempel dekat pelatih Ulrich. Sambil melihat-lihat disekitar. Sudah ada beberapa Hummingbird yang terlihat tetapi belum ada aba-aba dari pelatih Ulrich.
“Pelatih, kita sudah berjalan selama lima belas menit dan saya melihat beberapa Hummingbird.”
“Ya, namun mereka bukan yang kita cari.”
Perlahan terdengar suara langkah kaki dari belakang. Setahu mereka pak tua Krosh sudah pergi barusan. Joe penasaran dan ingin melihat kebelakang, namun dicegah oleh pelatih Ulrich.
“Jangan! Biarkan saja,” Joe berhenti memutar kepalanya. “itu Hummingbird. Mungkin dia melihat tabung berisi nektar tadi, Hummingbird di sini sangat liar dan agresif. Jika tidak hati-hati kepalamu bisa tertusuk paruh mereka yang tajam.”
“Ya.”
Hummingbird itu masih saja mengikutinya dari belakang. Padahal tabung berisi nektar tertutup rapat sehingga baunya tidak dapat tercium. Semakin lama semakin banyak Hummingbird yang mengikuti dibelakang. Hal ini membuat pelatih Ulrich curiga.
“Pelatih, sepertinya mereka semakin banyak,” ucap Joe.
“Ya, aku juga merasakannya. Coba kamu berikan tabung nektar itu.” Joe memberikan tabung nektarnya.
Pelatih Ulrich memperhatikan tabung itu dengan seksama, ternyata bagian atasnya ada lubang kecil. Jika dilihat sekilas tidak akan kelihatan, “Sialan! Pak tua itu mencoba bermain-main rupanya. Joe tunggu di sini jangan bergerak apapun yang terjadi.”
“Eh?”
Pelatih Ulrich membuka tabung itu dan berlari menjauh. Hummingbird yang berada dibelakang dengan cepat mengejarnya. Setidaknya ada lima Hummingbird yang mengejar pelatih Ulrich. Joe sekarang sendirian ditengah-tengah hutan bunga. Hari sudah semakin siang pelatih Ulrich belum juga kembali, dia duduk sendirian dengan ransel yang membawa perlengkapan dan peralatan.
Joe membuka ranselnya untuk melihat-lihat yang dia bawa. Diranselnya ada dua buah tali, satu berwarna putih yang bertekstur halus dan lembut sedangkan satu lagi tali tambang dengan pengait. Untuk digunakan memanjat bunga-bunga ini. Lalu sebuah pisau dan sebuah kembang api tembak.
“Kembang api? Untuk apa?” Joe melihat-lihat kembang api itu.
Sudah hampir setengah jam dia menunggu tetapi pelatih Ulrich belum juga tiba. Dia berinisiatif untuk menangkapnya sendiri. Dia yakin bahwa dia bisa.
“Baiklah kalau begini, jenis Allen umumnya berbulu coklat seperti perunggu dan berkepalanya oranye,” dia melihat ke kiri dan ke kanan.
“baiklah aku akan ke barat,” dia melanjutkan perjalanan ke barat.
Arah sini juga belum ada tanda-tanda dari Allen’s Hummingbird. Dia jalan sedikit lalu sampai ke area bunga matahari. Bunga-bunga ini sangat besar hingga menutupi sinar matahari yang masuk. Dari bawah Joe hanya bisa melihat bayang-bayang burung Hummingbird yang sedang menghisap nektar. Kondisi ini makin menyulitkannya untuk menangkap Hummingbird. Terlintas dalam pikirannya untuk menaiki satu bunga matahari dan melihat dari atas.
Dia membuka ransel lalu mengeluarkan tali tambang dengan pengait. Lalu dia mencoba melemparkan tali itu ke tangkai bunga matahari. Percobaan pertama gagal karena dia melempar talinya terlalu lemah. Dipercobaan selanjutnya baru dia berhasil mengaitkan tali ke tangkai bunga matahari. Dia menarik-narik tali untuk memastikan bahwa tangkai ini kuat untuk menopang tubuhnya. Dia mengeluarkan tali putih dan memasukkan ke dalam jaket yang dia pakai, begitupun dengan tabung berisi sari buah naga. Pisau dan kembang api tembak dia masukan ke dalam saku celana.
Perlahan dan hati-hati Joe mulai naik, tubuhnya yang ringan dan berkat latihan fisik selama ini membuatnya dengan mudah naik ke tangkai bunga matahari. Dia membiarkan talinya menancap untuk memudahkan dia turun. Lalu dia lanjut memanjat tangkai sisa, masuk ke sela-sela kelopak bunga matahari. Akhirnya dia sudah sampai di atas, di sini pemandangannya lebih bagus. Hummingbird terlihat jelas hinggap di bunga-bunga maupun yang terbang.
“Wow..., baru kali ini aku melihat ini semua. Menakjubkan!” tak kuasa melihat pemandangan yang dia lihat. “jadi di sini tempat Allen mencari makan,” sekelilingnya banyak Allen’s Hummingbird sedang mencari makan.
Belum ada satupun Hummingbird yang hinggap di bunga matahari yang dia tempati. Joe membuka tabung berisi sari buah naga untuk menarik perhatian salah satu Allen’s Hummingbird. Dia menyiramkan semuanya ke bagian tengah bunga matahari. Ternyata cara ini berhasil, tidak membutuhkan waktu lama ada dua buah Allen’s Hummingbird yang datang. Mereka berwarna coklat dengan kepala oranye. Satu Hummingbird dengan sigap langsung menyantap sari buah naga sedangkan satunya menatap Joe dan mulai mendekatinya.
Joe teringat pesan pelatih Ulrich bahwa Hummingbird di spot ini agresif dan tipe petarung. Dengan hati-hati Joe mundur sambil mengambil tali putih yang dia bawa. Dia ulur talinya ternyata diujungnya sudah ada pola lingkaran. Pola ini jika ditarik akan mengikat Hummingbird itu layaknya koboy menangkap penjahat. Hanya saja pola lingkaran ini berukuran kecil, tidak mungkin jika dikalungkan dileher Hummingbird. Kalau diikatkan ke paruh mereka sangat mungkin.
Burung itu semakin mendekat dan Joe semakin berada di ujung tanduk, kelopak bagian ujung sangat rapuh jika Joe mundur sedikit lagi makan dia akan jatuh dan terhempas ke tanah. Di ketinggian ini minimal dia bisa patah tulang atau remuk bahkan bisa menyebabkan kematian jika dia jatuh dengan kepala menghantam tanah terlebih dahulu. Joe bersiap, tiba-tiba Humminbird itu menyerangnya. Dengan reflek baik Joe mampu menghindar dan langsung memasukan pola itu ke paruh Hummingbird hingga ujung.
Merasa di serang Hummingbird itu panik lalu mulai terbang, Joe yang memegang ujung tali terbawa juga. Ternyata paruh Hummingbird ini tidak sanggup menahan bobot Joe yang sebenarnya ringan. Dia hanya mampu terbang rendah. Joe bergelantungan di paruh Hummingbird, burung ini terbang tak terkendali. Joe menghindari tangkai-tangkai pohon yang mungkin akan mengenai dirinya.
“Sialan! Gara-gara tabung itu ranselku berisi peralatan terbawa oleh mereka, aku harap ransel Joe masih aman,” pelatih Ulrich menggerutu. “awas saja si tua Krosh, jika sudah selesai akan ku buat perhitungan dengannya!”
Tiba-tiba Joe melintas ke arah pelatih Ulrich, “Pe...pelatih! woa.....,” Joe masih bergelantung diparuh.
Mata pelatih Ulrich seakan ingin keluar melihatnya, “Joe....hei!” pelatih Ulrich mengejarnya.
Hummingbird itu mulai kehilangan tenaganya karena sudah membawa Joe diparuhnya lumayan jauh. Pelatih Ulrich semakin mendekat, walaupun terbang dalam keadaan rendah pelatih Ulrich tidak mampu meraih kaki Joe. Lalu pelatih Ulrich memberikan arahan kepada Joe.
“Joe...kamu bisa dengar!” pelatih Ulrich meneriaki Joe.
Joe memberikan kode dengan jempolnya.
“Bagus. Coba tarik tali itu secara perlahan ke bawah secara terus-menerus. Hummingbird itu sudah kelihatan lelah!”
Joe mulai menarik-narik tali, Hummingbird itu terbang semakin rendah. Joe melihat ke arah pelatih Ulrich, “Sedikit lagi pelatih!” karena tidak memperhatikan, di depan Joe ada sebuah tangkai cukup besar.
“Hei nak! Lihat terus kedepan!”
Tangkai besar itu bergoyang cukup hebat, Joe menghantam tangkai itu dengan badannya. Walaupun begitu efeknya Hummingbird menjadi kehilangan keseimbangan dan semakin rendah terbangnya. Khawatir dengan keadaan Joe, pelatih Ulrich mempercepat larinya. Joe masih bergelantungan namun saat pelatih Ulrich memanggilnya dia tidak memberikan jawaban.
Tiba-tiba Joe berteriak, hidungnya mengeluarkan darah. Mukanya tampak memar dan lebam dibagian sebelah mata dan dahinya. Dia menarik sekuat tenaga dan akhirnya kakinya sudah mencapai tanah. Dia menahan agar Hummingbird itu tidak terbang keatas, terbang mundur sangat sulit dilakukan oleh seekor burung. Pelatih Ulrich menghampiri dan membantu menarik Hummingbird itu.
“Anak ini,” berbicara dalam hati melihat kondisi Joe yang tidak baik. “baik nak, dihitungan ketiga kita tarik sama-sama sekuat tenaga,” Hummingbird itu masih meronta dan kepakan sayapnya semakin kencang. “satu...dua...tiga!” mereka berdua menariknya, Hummingbird itu tidak sanggup lagi melawan dan jatuh ke tanah dan berhenti mengepakkan sayapnya. Pelatih Ulrich menghampiri Hummingbird itu, “ini, sisa sedikit nektar yang aku simpan. Minumlah agar kau tidak mati karena lemas,“ melihat ke arah Joe. “kerja bagus nak!”
Keadaan Joe semakin parah, dia seperti orang linglung. “Hehe...,” memberikan jempolnya kepada pelatih Ulrich. Dia tersenyum melihatnya dan kemudian ambruk.
“Joe!” pelatih Ulrich berlari ke arah Joe. Joe pingsan dan tak sadarkan diri.
Quote:
“Pertama-tama coba kamu buka apa yang dibawakan pak tua itu,” pelatih Ulrich menyuruh Joe membuka bungkusan yang diberikan oleh pak tua Krosh.
“Um...dua tabung, satu berwarna hijau dan satu lagi merah.” mengangkat tabung hijau ke atas.
“Hm..nektar dan sari buah naga, dua tabung itu menarik perhatian Hummingbrid. Simpan lagi, belum saatnya kita membutuhkannya.
Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan. Sangat hati-hati dan memperhatikan langkah masing-masing. Bunga-bunga di sini menjuntai tinggi, namun sangat rapuh kalau tertiup angin tangkainya akan menari-nari. Warnanya yang beragam sangat pandai tuk menarik perhatian Hummingbird untuk mengambil nektarnya.
Joe menempel dekat pelatih Ulrich. Sambil melihat-lihat disekitar. Sudah ada beberapa Hummingbird yang terlihat tetapi belum ada aba-aba dari pelatih Ulrich.
“Pelatih, kita sudah berjalan selama lima belas menit dan saya melihat beberapa Hummingbird.”
“Ya, namun mereka bukan yang kita cari.”
Perlahan terdengar suara langkah kaki dari belakang. Setahu mereka pak tua Krosh sudah pergi barusan. Joe penasaran dan ingin melihat kebelakang, namun dicegah oleh pelatih Ulrich.
“Jangan! Biarkan saja,” Joe berhenti memutar kepalanya. “itu Hummingbird. Mungkin dia melihat tabung berisi nektar tadi, Hummingbird di sini sangat liar dan agresif. Jika tidak hati-hati kepalamu bisa tertusuk paruh mereka yang tajam.”
“Ya.”
Hummingbird itu masih saja mengikutinya dari belakang. Padahal tabung berisi nektar tertutup rapat sehingga baunya tidak dapat tercium. Semakin lama semakin banyak Hummingbird yang mengikuti dibelakang. Hal ini membuat pelatih Ulrich curiga.
“Pelatih, sepertinya mereka semakin banyak,” ucap Joe.
“Ya, aku juga merasakannya. Coba kamu berikan tabung nektar itu.” Joe memberikan tabung nektarnya.
Pelatih Ulrich memperhatikan tabung itu dengan seksama, ternyata bagian atasnya ada lubang kecil. Jika dilihat sekilas tidak akan kelihatan, “Sialan! Pak tua itu mencoba bermain-main rupanya. Joe tunggu di sini jangan bergerak apapun yang terjadi.”
“Eh?”
Pelatih Ulrich membuka tabung itu dan berlari menjauh. Hummingbird yang berada dibelakang dengan cepat mengejarnya. Setidaknya ada lima Hummingbird yang mengejar pelatih Ulrich. Joe sekarang sendirian ditengah-tengah hutan bunga. Hari sudah semakin siang pelatih Ulrich belum juga kembali, dia duduk sendirian dengan ransel yang membawa perlengkapan dan peralatan.
Joe membuka ranselnya untuk melihat-lihat yang dia bawa. Diranselnya ada dua buah tali, satu berwarna putih yang bertekstur halus dan lembut sedangkan satu lagi tali tambang dengan pengait. Untuk digunakan memanjat bunga-bunga ini. Lalu sebuah pisau dan sebuah kembang api tembak.
“Kembang api? Untuk apa?” Joe melihat-lihat kembang api itu.
Sudah hampir setengah jam dia menunggu tetapi pelatih Ulrich belum juga tiba. Dia berinisiatif untuk menangkapnya sendiri. Dia yakin bahwa dia bisa.
“Baiklah kalau begini, jenis Allen umumnya berbulu coklat seperti perunggu dan berkepalanya oranye,” dia melihat ke kiri dan ke kanan.
“baiklah aku akan ke barat,” dia melanjutkan perjalanan ke barat.
Arah sini juga belum ada tanda-tanda dari Allen’s Hummingbird. Dia jalan sedikit lalu sampai ke area bunga matahari. Bunga-bunga ini sangat besar hingga menutupi sinar matahari yang masuk. Dari bawah Joe hanya bisa melihat bayang-bayang burung Hummingbird yang sedang menghisap nektar. Kondisi ini makin menyulitkannya untuk menangkap Hummingbird. Terlintas dalam pikirannya untuk menaiki satu bunga matahari dan melihat dari atas.
Dia membuka ransel lalu mengeluarkan tali tambang dengan pengait. Lalu dia mencoba melemparkan tali itu ke tangkai bunga matahari. Percobaan pertama gagal karena dia melempar talinya terlalu lemah. Dipercobaan selanjutnya baru dia berhasil mengaitkan tali ke tangkai bunga matahari. Dia menarik-narik tali untuk memastikan bahwa tangkai ini kuat untuk menopang tubuhnya. Dia mengeluarkan tali putih dan memasukkan ke dalam jaket yang dia pakai, begitupun dengan tabung berisi sari buah naga. Pisau dan kembang api tembak dia masukan ke dalam saku celana.
Perlahan dan hati-hati Joe mulai naik, tubuhnya yang ringan dan berkat latihan fisik selama ini membuatnya dengan mudah naik ke tangkai bunga matahari. Dia membiarkan talinya menancap untuk memudahkan dia turun. Lalu dia lanjut memanjat tangkai sisa, masuk ke sela-sela kelopak bunga matahari. Akhirnya dia sudah sampai di atas, di sini pemandangannya lebih bagus. Hummingbird terlihat jelas hinggap di bunga-bunga maupun yang terbang.
“Wow..., baru kali ini aku melihat ini semua. Menakjubkan!” tak kuasa melihat pemandangan yang dia lihat. “jadi di sini tempat Allen mencari makan,” sekelilingnya banyak Allen’s Hummingbird sedang mencari makan.
Belum ada satupun Hummingbird yang hinggap di bunga matahari yang dia tempati. Joe membuka tabung berisi sari buah naga untuk menarik perhatian salah satu Allen’s Hummingbird. Dia menyiramkan semuanya ke bagian tengah bunga matahari. Ternyata cara ini berhasil, tidak membutuhkan waktu lama ada dua buah Allen’s Hummingbird yang datang. Mereka berwarna coklat dengan kepala oranye. Satu Hummingbird dengan sigap langsung menyantap sari buah naga sedangkan satunya menatap Joe dan mulai mendekatinya.
Joe teringat pesan pelatih Ulrich bahwa Hummingbird di spot ini agresif dan tipe petarung. Dengan hati-hati Joe mundur sambil mengambil tali putih yang dia bawa. Dia ulur talinya ternyata diujungnya sudah ada pola lingkaran. Pola ini jika ditarik akan mengikat Hummingbird itu layaknya koboy menangkap penjahat. Hanya saja pola lingkaran ini berukuran kecil, tidak mungkin jika dikalungkan dileher Hummingbird. Kalau diikatkan ke paruh mereka sangat mungkin.
Burung itu semakin mendekat dan Joe semakin berada di ujung tanduk, kelopak bagian ujung sangat rapuh jika Joe mundur sedikit lagi makan dia akan jatuh dan terhempas ke tanah. Di ketinggian ini minimal dia bisa patah tulang atau remuk bahkan bisa menyebabkan kematian jika dia jatuh dengan kepala menghantam tanah terlebih dahulu. Joe bersiap, tiba-tiba Humminbird itu menyerangnya. Dengan reflek baik Joe mampu menghindar dan langsung memasukan pola itu ke paruh Hummingbird hingga ujung.
Merasa di serang Hummingbird itu panik lalu mulai terbang, Joe yang memegang ujung tali terbawa juga. Ternyata paruh Hummingbird ini tidak sanggup menahan bobot Joe yang sebenarnya ringan. Dia hanya mampu terbang rendah. Joe bergelantungan di paruh Hummingbird, burung ini terbang tak terkendali. Joe menghindari tangkai-tangkai pohon yang mungkin akan mengenai dirinya.
“Sialan! Gara-gara tabung itu ranselku berisi peralatan terbawa oleh mereka, aku harap ransel Joe masih aman,” pelatih Ulrich menggerutu. “awas saja si tua Krosh, jika sudah selesai akan ku buat perhitungan dengannya!”
Tiba-tiba Joe melintas ke arah pelatih Ulrich, “Pe...pelatih! woa.....,” Joe masih bergelantung diparuh.
Mata pelatih Ulrich seakan ingin keluar melihatnya, “Joe....hei!” pelatih Ulrich mengejarnya.
Hummingbird itu mulai kehilangan tenaganya karena sudah membawa Joe diparuhnya lumayan jauh. Pelatih Ulrich semakin mendekat, walaupun terbang dalam keadaan rendah pelatih Ulrich tidak mampu meraih kaki Joe. Lalu pelatih Ulrich memberikan arahan kepada Joe.
“Joe...kamu bisa dengar!” pelatih Ulrich meneriaki Joe.
Joe memberikan kode dengan jempolnya.
“Bagus. Coba tarik tali itu secara perlahan ke bawah secara terus-menerus. Hummingbird itu sudah kelihatan lelah!”
Joe mulai menarik-narik tali, Hummingbird itu terbang semakin rendah. Joe melihat ke arah pelatih Ulrich, “Sedikit lagi pelatih!” karena tidak memperhatikan, di depan Joe ada sebuah tangkai cukup besar.
“Hei nak! Lihat terus kedepan!”
Tangkai besar itu bergoyang cukup hebat, Joe menghantam tangkai itu dengan badannya. Walaupun begitu efeknya Hummingbird menjadi kehilangan keseimbangan dan semakin rendah terbangnya. Khawatir dengan keadaan Joe, pelatih Ulrich mempercepat larinya. Joe masih bergelantungan namun saat pelatih Ulrich memanggilnya dia tidak memberikan jawaban.
Tiba-tiba Joe berteriak, hidungnya mengeluarkan darah. Mukanya tampak memar dan lebam dibagian sebelah mata dan dahinya. Dia menarik sekuat tenaga dan akhirnya kakinya sudah mencapai tanah. Dia menahan agar Hummingbird itu tidak terbang keatas, terbang mundur sangat sulit dilakukan oleh seekor burung. Pelatih Ulrich menghampiri dan membantu menarik Hummingbird itu.
“Anak ini,” berbicara dalam hati melihat kondisi Joe yang tidak baik. “baik nak, dihitungan ketiga kita tarik sama-sama sekuat tenaga,” Hummingbird itu masih meronta dan kepakan sayapnya semakin kencang. “satu...dua...tiga!” mereka berdua menariknya, Hummingbird itu tidak sanggup lagi melawan dan jatuh ke tanah dan berhenti mengepakkan sayapnya. Pelatih Ulrich menghampiri Hummingbird itu, “ini, sisa sedikit nektar yang aku simpan. Minumlah agar kau tidak mati karena lemas,“ melihat ke arah Joe. “kerja bagus nak!”
Keadaan Joe semakin parah, dia seperti orang linglung. “Hehe...,” memberikan jempolnya kepada pelatih Ulrich. Dia tersenyum melihatnya dan kemudian ambruk.
“Joe!” pelatih Ulrich berlari ke arah Joe. Joe pingsan dan tak sadarkan diri.
Diubah oleh orysetha 29-07-2017 16:27
0
Kutip
Balas