- Beranda
- Stories from the Heart
T University 2 (Season 2)
...
TS
anism
T University 2 (Season 2)

Cover Super Keren by Awayaye <Ane minta
> Terima banyak untuk respon positif agan dan aganwati di thread sebelumnya. T University.
Bagi yang belum membacanya. Bisa mengklik judul dibawah ini.
T University
Spoiler for Daftar Isi/Case 1 : Lost Son:
Case 1 Finish
Spoiler for Case 2 : Lativa's Twins Terror:
Case 2 Finish
Spoiler for Case 3 : Arelia And Edward:
Case 3 Finish
Spoiler for Samantha And Mom:
Finish
Spoiler for Case 4 : Johnny Comes Back To China or England:
Case 4 Finish
Spoiler for Case 5 : King Killer's Son:
Case 5 Finish
Spoiler for Case 6 : Losing In A Plane:
Diubah oleh anism 30-05-2019 17:56
anasabila memberi reputasi
1
21.6K
198
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
anism
#99
Di Mata Hukum
“Tidak bisa. Kali ini kita harus mencarinya. Aku bertanggung jawab atas keselamatan kalian di sini. Kau membuatku merasa buruk, Romeo.”, desah Johnny.
“Kita bisa melakukan wawancara ulang pada mereka. Johnny, kau hanya perlu fokus mendengarkan suaranya dan temukan orang itu.”, ujar Samantha. Johnny mengangguk. Mereka meninggalkan Romeo disana untuk mengurus surat perintah.
“Kau sebenarnya tahu kan siapa pelakunya?”, tanya Arelia kepada Romeo ketika hanya tersisa mereka berdua. Romeo menatap Arelia.
“Aku tahu selama dua hari penyekapan tidak mungkin kau tidak berinteraksi sama sekali dengan pelaku. Apalagi dengan perban yang ada dibadanmu. Romeo, penyelidikan kali ini sangat menghabiskan banyak waktu. Kita tidak bisa membantu banyak karena terkendala bahasa. Johnny memang sangat pandai mengidentifikasi suara. Tapi, kau bisa mempermudah semuanya.”, ujar Arelia.
“Kau tidak punya rasa kasihan maupun iba sama sekali?”, tanya Romeo tiba-tiba. Arelia agak tersentak mendengarnya. “Kasihan? Pada pembunuh?”, ujar Arelia.
“Aku tidak memiliki rasa apapun pada orang yang tidak berkaitan denganku. Baik siapapun dia. Aku hanya mau menyelesaikan kasus ini.”, ujar Arelia.
“Kenapa kau sangat terobsesi?”, tanya Romeo.
“Karena aku ingin sebuah kebenaran dan pengakuan.”,ujar Arelia.
“Apa suatu saat jika memungkinkan, kau juga akan memanfaatkan kami semua jika hal itu bisa membawamu pada sebuah pengakuan?”, Romeo ingin mengepalkan tangannya tapi tidak bisa.
“Aku tidak mau menjawab sebuah pertanyaan yang didasari asumsi pribadi. Romeo, cepat lambatnya penyelesaian kasus ini ada di tanganmu. Aku harap kau bisa bekerja sama. Beristirahatlah.”, Arelia meninggalkan ruangan Romeo dirawat.
Romeo segera menutup seluruh dirinya dengan selimut. Entah kenapa Romeo merasa sangat marah. Mereka tidak mengerti dirinya.
Romeo tahu mata sayu itu, dia pasti punya alasan atas kejahatan yang ia lakukan. Tapi, apa gunanya saat dia dihadapkan pada hukum?
Bersalah tetap bersalah. Apalagi orang itu membunuh.
“Tidak bisa. Kali ini kita harus mencarinya. Aku bertanggung jawab atas keselamatan kalian di sini. Kau membuatku merasa buruk, Romeo.”, desah Johnny.
“Kita bisa melakukan wawancara ulang pada mereka. Johnny, kau hanya perlu fokus mendengarkan suaranya dan temukan orang itu.”, ujar Samantha. Johnny mengangguk. Mereka meninggalkan Romeo disana untuk mengurus surat perintah.
“Kau sebenarnya tahu kan siapa pelakunya?”, tanya Arelia kepada Romeo ketika hanya tersisa mereka berdua. Romeo menatap Arelia.
“Aku tahu selama dua hari penyekapan tidak mungkin kau tidak berinteraksi sama sekali dengan pelaku. Apalagi dengan perban yang ada dibadanmu. Romeo, penyelidikan kali ini sangat menghabiskan banyak waktu. Kita tidak bisa membantu banyak karena terkendala bahasa. Johnny memang sangat pandai mengidentifikasi suara. Tapi, kau bisa mempermudah semuanya.”, ujar Arelia.
“Kau tidak punya rasa kasihan maupun iba sama sekali?”, tanya Romeo tiba-tiba. Arelia agak tersentak mendengarnya. “Kasihan? Pada pembunuh?”, ujar Arelia.
“Aku tidak memiliki rasa apapun pada orang yang tidak berkaitan denganku. Baik siapapun dia. Aku hanya mau menyelesaikan kasus ini.”, ujar Arelia.
“Kenapa kau sangat terobsesi?”, tanya Romeo.
“Karena aku ingin sebuah kebenaran dan pengakuan.”,ujar Arelia.
“Apa suatu saat jika memungkinkan, kau juga akan memanfaatkan kami semua jika hal itu bisa membawamu pada sebuah pengakuan?”, Romeo ingin mengepalkan tangannya tapi tidak bisa.
“Aku tidak mau menjawab sebuah pertanyaan yang didasari asumsi pribadi. Romeo, cepat lambatnya penyelesaian kasus ini ada di tanganmu. Aku harap kau bisa bekerja sama. Beristirahatlah.”, Arelia meninggalkan ruangan Romeo dirawat.
Romeo segera menutup seluruh dirinya dengan selimut. Entah kenapa Romeo merasa sangat marah. Mereka tidak mengerti dirinya.
Romeo tahu mata sayu itu, dia pasti punya alasan atas kejahatan yang ia lakukan. Tapi, apa gunanya saat dia dihadapkan pada hukum?
Bersalah tetap bersalah. Apalagi orang itu membunuh.
Diubah oleh anism 28-07-2017 19:07
0