“kamu ga salah denger kok. Aku emang udah nikah.” Sahut dia singkat sambil tersenyum dipaksakan menjawab pertanyaan gue.

“kenapa ga bilang dari awal?” sahutku pelan taku didengar pengunjung lain di kafe, beruntung kita duduk di pojokan jadi kecil kemungkinan obrolan kita dikuping sama orang lain.

“aku emang udah nikah, tapi itu bukan keinginanku untuk menikah. Lagian kamu juga ketemu kok sama suamiku pas pagi nginep di rumah didi.”

Gue mengingat-ingat orang-orang yang gue temuin di rumah didi.. adik didi si hilman, ibunya.. serta ada om-om separuh baya yang sempet ngajak salamanama gue.

“jangan bilang orang yang kemarin itu?” sahut gue cepat dan hanya dibales dengan senyum tipis sama dia.

“aku terpaut jauh sama dia. Dulu dijodohin, dan aku mau karena ada hal yang bikin aku ga bisa nolak perjodohan ini.”

Di jaman modern ini perjodohan ala siti nurbaya masih berlaku rupanya.

“maaf git. Aku gatau kalau kamu udah nikah. Tau gitu....” omonganku terputus kemudian aku menyalakan rokok untuk mencoba menenangkan perasaan gue yang ga karuan.

“kamu ga salah kok. aku juga punya perasaan yang sama ke kamu kok.” sahut dia tersenyum lagi.

“masih inget ketika aku bilang aku pengen ke bali? karena aku ga nemuin kebahagiaan disini.”

“aku berencana cerai sama dia. Bukan sejak kenal kamu, tapi sebelumnya, karena emang apapun yang dipaksakan hasilnya ga akan baik.”

Gita terdiam sejenak kemudian ikut menyalakan rokok.

“katanya udah berhenti merokok?” sindirku sambil mencoba tersenyum.

“hehehe. Sesekali melanggar janji sendiri itu manusiawi kok.” sahutnya sambil menghembuskan asap rokok ke udara. Kepulan asap yang menghilang seperti merepresentasiin rasa penasaran gue akan pertanyaan-pertanyaan yang meskipun jawabannya menyakitkan.. lega.... tapi pedih.

“terus, kamu udah tau kan perasaanku? Meski aku belum ngungkapin secara langsung?” sahutku yang mengeluarkan kata-kata konyol.

“aku udah tau kok. bahkan sejak kita dugem itu. Sikapmu udah nunjukin kok.” sahut dia sambil melet yang bikin gue salang tingkah.

“kita begini dulu gak apa-apa kan? Sampai urusanku kelar.”

“kalo boleh tau, kenapa kamu pengen cerai sama dia?”

Dan meluncur lah cerita tentang hal-hal pribadi dia mulai dari perjodohan karena ibunya ada utang budi ke keluarga si cowok yang gue yakin keluarga si cowok kaya raya. Kemudian suaminya yang ga bertanggung jawab penuh sebagai suami. Cuma berleha-leha di rumah dan kerja sampingan sebagai pengamat klenik alias perdukunan dan cuma bermain-main dengan ayam jago untuk mengisi waktunya.

Segitu parahkah kondisi rumah tangga gita? Sampai gita kerja sendiri dan pengen cerai?

“umm. Ga brani komentar apa-apa aku git.”

“gak apa-apa, yang penting kamu udah tau kan kondisi sebenarnya?”

Disatu sisi, gue merasa bersalah karena kalo hubungan ini gue lanjutin gue sama aja ngeganggu rumah tangga orang lain. Tapi mendengar cerita gita, gue seakan ga rela kalo gita jadi istri dengan posisi seperti itu. Cuma gue ga mau kehilangan gita juga, enggak setelah mendengar pengakuan dia dan apa yang gue lakuin sampai detik ini gue ngobrol sama gita.

“udah ah, males bahas itu. Mending bahas kita.” Sahut dia tersenyum manis.

“hehehehe. Kamu pulang jam brapa tar?”

“aku bilang ke suamiku kalo tidur di rumah didi kok. dia juga ga bakal nyari.”

“kemana yuk? Ga kangen kamu?” lanjut dia sambil tersenyum menggoda gue dan gue rasain ada sesuatu di celana gue yang berontak seakan bilang “WOE bodoh! KODE ITU, GUE MO DITEMUIN AMA MISS LISA NYA GITA!”

“gimana don? Udah dipikirin? Cuma ya kamu jangan mikir hasil yang didapetin nanti kayak pas kamu kerja disini.” Sahut dia saat kita selesai gulat gaya bebas dan ngobrol santai.

“jangan bilang ke mbak arin juga kalo dari aku. Ga enak dikira yang enggak-enggak tar.”

“cuma, kalo kinerjaku ga baik gimana mbak?” aku masih sedikit ragu karena meski gue bisa sedikit ngebayangin. Cuma gue ga mau jumaya dengan nganggep semua kerjaan itu mudah.

“kalo belum dicoba gimana mau tau mampu apa enggak? Kan bisa aku bimbing juga.”

“Tapi aku ijin keluar dari mbak arin dulu ya? Ga enak soalnya, bagaimanapun lewat dia juga aku ada di bali terus ketemu kam mbak hehehe.”

“”oke. Jangan lama-lama ya tapi?” sahut dia sambil tersenyum kemudian merapatkan badannya ke gue yang duduk disamping dia. Kalian terka sendiri deh kelanjutannya gimana. Daripada tar dibanned momod.