Kaskus

Story

alealeyaAvatar border
TS
alealeya
Namaku Aleya (Based on true story)
Peringatan : Cerita ini mengandung unsur BB 18+.
Selamat datang di thread pertama ane, sambil dengerin lagu yuukks...



Quote:


Namaku Aleya (Based on true story)


Quote:


Spoiler for sedikit penjelasan tentang alur cerita:


Quote:


Quote:


Spoiler for video:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 7 suara
Siapa kira-kira yg lebih pantas buat jadi pendamping Aleya?
Rian
43%
Tomy
0%
Gak keduanya
57%
Diubah oleh alealeya 25-07-2017 06:46
fajar1908Avatar border
DeviafebAvatar border
imamarbaiAvatar border
imamarbai dan 35 lainnya memberi reputasi
36
144.2K
869
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
alealeyaAvatar border
TS
alealeya
#157
Part 19

kaskus-image


Kami bertiga kemudian berjalan sama-sama menyusuri lorong pusat perbelanjaan, mulai lantai 1, 2, 3, masih belum ketemu juga sama si Rian. Yana masih terus mencoba menghubungi hp nya Rian, tapi gak ada jawaban. Kayaknya Rian sedang asyik dengan sesuatu deh, dan kayaknya juga, aku tau dia ada dimana.

"Na, kita ke lantai 4 ya," kata ku sambil menunjuk eskalator naik.

"Iya kak, cuman tinggal 1 lantai itu yg belum kita cari," Yana melangkahkan kaki menuju eskalator.

"Bukan gitu, aku tau kok si Rian ada dimana," jawabku. Disusul dengan pandangan agak aneh dari Tomy.

"Oh iya ya kak, kok aku gak kepikiran yaa," kami berdua lalu cengengesan karena sama-sama tau kalo Rian pasti ada disana.

Aku dan Yana berjalan bergandengan, layaknya kakak-adik, di ikuti Tomy yg berjalan dibelakang kami. Wajar, mungkin karena aku gak pernah tau gimana rasanya punya adik atau kakak jadi aku sering menganggap kalo Yana adalah adik ku juga.
Eskalator naik perlahan menuju lantai terakhir mall ini, mulai terlihat deretan wahana bermain anak, suara-suara mesin permainan terdengar makin nyaring.

"Tuh kakak mu," ku tunjuk pria berkaos putih yg sedang asyik joget-joget diatas mesin permainan 'pump'.

"Hahaha iya kak bener, aduhh pantesan gak diangkat-angkat, ternyata disini dia," kata Yana sambil tertawa.

Kami bertiga lalu berjalan menghampiri Rian yg lagi asyik banget menggerakan kaki dan badan nya mengikuti tiap beat dari musik. Dia bahkan gak sadar kalo sekeliling nya mulai dipenuhi penonton. Rian emang cukup lihai memainkan game itu, gak jarang dia jadi pusar perhatian kalo lagi main, soalnya bukan cuman kaki, tangan dan seluruh badannya juga ikut gerak, udah mirip kayak penari profesional aja.

"Jelek jeleeekk, turun, huuu payah," seru ku setelah lagu dan gerakan nya berakhir. Ia agak kaget melihat ku dan Yana yg berdiri tepat di belakangnya. Rian kemudian turun dari mesin permainan, padahal kulihat lagunya mulai lagi, dan dia masih punya 1 credit lagi.

"Lho kok bisa ketemu Leya, Na? Ketemu dimana?" Tanya Rian pada adiknya.

"Tadi ketemu di toko game deket toilet kak, dia lagi nemenin cowo nya," jawab Yana.

Deggg... seketika pembicaraan terhenti, aku dan Rian saling bertatapan. Aku memberi kode dengan menggerakan bibir menunjuk-nunjuk ke arah Tomy yg ada di belakang ku sebelah kanan.

"Ehh ini Yan, kenalin ini Tomy cowo aku, yang ini namanya Rian temenku dari kecil yg sering banget ku ceritain itu lho," aku berusaha mencairkan suasana.
Tomy dan Rian kemudian bersalaman, Rian tersenyum sambil menyodorkan tangan, Tomy agak dipaksa senyuman nya.

"Udah pada makan belum?" Tanya Tomy sesaat setelah bersalaman.

"Ud...."

"Belum kak," jawab Yana dengan polosnya memotong pembicaraan Rian. Untung aja suara agak berisik ditengah-tengah arena bermain itu, jadi gak begitu jelas terdengar kalo tadi Rian mau ngomong tapi gak jadi. Sebuah restoran cepat saji yg dipilih Tomy menjadi tempat tujuan kami. Tomy bilang, pesan aja sesuka hati, tar aku yg bayar semua. Entah maksudnya mau baik sama temen ku atau mau pamer kekayaan?.

"Rian kamu kuliah dimana?" Tanya Tomy, aku ngerti kalo dia berusaha beradaptasi sama temenku, ku biarkan aja lah, siapa tau maksudnya baik.

"Di $*&@# ngambil kehutanan," sahut Rian.

"Ohh calon sarjana kehutanan nih, hebat," ucap Tomy.

"Kalo aku sih di hukum," sambung Tomy, lalu seakan membanggakan diri, wajahnya terlihat jelas, sombong.

"Wah keren tuh, calon jaksa, hebat hebaat," Rian antusias sambil tersenyum ia menanggapi Tomy yg overproud.

"Aku gak ditanya?" Kata ku berusaha mencairkan keadaan.

"Gak, gak penting," sahut Rian. Kemudian di ikuti oleh tawa Yana dan Tomy.

Obrolan mereka berlanjut, entah tentang apapun itu, tapi ujung-ujungnya selalu Tomy seakan sombong dan menunjukkan kalo dia lebih dari siapapun. Rian biasa saja menanggapinya, mungkin dia tau harus bagaimana bersikap menghadapi orang macam ini. Perjumpaan yg tak diharapkan itu pun berakhir saat hari mulai gelap, aku dan Tomy pamit untuk pulang duluan, sementara Rian dan Yana masih harus menunggu film yg akan mereka tonton di bioskop. Sepanjang jalan pulang, Tomy gak banyak ngomong, paling se patah, dua patah kata saja. Gak tau kenapa tuh, apa dia kesel sama si Rian? Bukannya harusnya Rian yg kesel karena si Tomy yg begitu sombong membanggakan dirinya sendiri.

"Kamu kenapa sih kok daritadi diem aja?" Tanya ku sambil memeluknya lebih erat ditas motor sport terbaru milik Tomy.

"Gak papa kok," jawabnya singkat.

Ohh yaudah kalo gak papa, aku gak mau ambil pusing. Kadang aku suka bingung, ini yg cewe yg mana sih, kok yg sering sensi malah dia.

Hari berlalu sejak pertemuan Rian dan Tomy, kini semua sudah kembali seperti semula lagi. Aku sering menghabiskan waktu bersama Rian saat istirahat makan siang, lalu jalan sama Tomy atau sekedar nongkrong di kost saat sore - malam. Aku bisa membagi waktu yg adil (menurutku) untuk 2 orang yg penting ini.

Menjelang agustus 2012

Akhir-akhir ini Tomy sering banget pinjem HP ku, gak tau dia ngapain. Mungkin nge cek isi chat dan sosmed ku? Apa mulai tumbuh rasa gak percaya di hatinya Tomy? Tiap kali jalan bareng atau ketemu, pasti dia minta aku buat ngasih hp ke dia, lalu dia asyik menatapi layar hp ku itu, entah apa yg dilihatnya, aku gak pernah tau. Tingkah nya makin hari makin aneh aja, aku sering bertanya-tanya dalam hati, "ni orang ngapain sih lama banget pinjem hp ku,". Lagian aku juga gak takut, silahkan kalo mau nge cek, toh selama ini aku gak ada macem-macem kok.

Bulan agustus akhirnya tiba, di pertengahan bulan Tomy tiba-tiba pamit sama aku, dia bilang mau PKL keluar kota mungkin 2-3 hari. Yaa aku gak bisa melarang, karena aku tau itu adalah tugasnya sebagai seorang mahasiswa dan aku gak berhak buat menghalang-halangi cita-citanya itu.
Di siang itu aku seperti biasanya, menikmati santapan siang di dekat kampusku bersama Rian. Dia bercerita betapa beratnya dunia kuliah kalo dibandingkan dengan SMA. Ya iyaalah, disamping tugas yg lebih banyak, belum lagi harus ngejar-ngejar dosen kesana kemari cuma buat nilai doang. Aku pun merasakan hal yg sama.

"Plakk..." Rian tiba-tiba meletakan sebuah kotak kecil, kotak berbungkus kertas kado dan di hiasi dengan pita kecil diatasnya.

"Selamat ulang tahun Leya ku, semoga sehat selalu yaa," ucapnya sambil menyerahkan kotak kecil tersebut.

Ya ampuuun senang banget rasanya, dapat hadiah dari sahabatku yg masih ingat dengan hari ulang tahunku. Aku yg duduk disamping Rian langsung merangkulnya.

"Makasih yaa kamu ingat ulang tahunku, ku pikir gak ada satupun yg inget hihihi," ucapku sambil merangkulnya makin erat.

"Hehehe sama-sama, ayoo dong dibuka dulu hadiahnya," sahut Rian sambil di elusnya kepalaku lembut.

Langsung ku buka isi kotak kecil itu, ku tarik pita diatasnya, lalu ku sobek kertas kado yg membungkusnya, isinya sebuah kotak berwarna hitam, kecil, lumayan berat, keliatan nya mahal.
Perlahan ku buka penutupnya, terlihat sebuah benda berwarna silver bertengger di dalamnya.

"Woooww, serius ini buat aku Yan?" Aku agak kaget dengan pemberian Rian.

"Iya dong serius, itu buat kamu sebagai tanda persahabatan kita yg gak kenal waktu," jawabnya tersenyum manis.

"Yaa ampun ini pasti mahal banget, makasih yaaa..." ku peluk erat Rian yg duduk disamping ku. Senang sekali rasanya dapat pemberian yg begitu berharga darinya.

"Brakk.." suara sesuatu terjatuh dari arah belakangku. Tanpa kulepaskan tangan yg sedang melingkar di badan Rian, ku tolehkan muka ke arah sumber suara benda jatuh tadi.

"Y.. ya.... yang, kamu ka.. kan diluar kota?" Aku terbata setelah melihat sosok Tomy berdiri dibekakangku yg sedang memeluk Rian. Di depannya ada sebuah kotak kado lumayan besar dan sebuah kue tart berukuran kecil berserakan di lantai. Ternyata dia gak sendiri, disampingnya berdiri si Cindy, teman sekelasku. Aku bertanya dalam hati, "sejak kapan Tomy kenal sama Cindy?".

"Ada yg bisa jelasin apa yg terjadi!?" Teriak Tomy, seisi kantin memperhatikan Tomy karena suaranya nyaring banget.
pintokowindardi
nomorelies
Nikita41
Nikita41 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.