- Beranda
- Stories from the Heart
Namaku Aleya (Based on true story)
...
TS
alealeya
Namaku Aleya (Based on true story)
Peringatan : Cerita ini mengandung unsur BB 18+.
Selamat datang di thread pertama ane, sambil dengerin lagu yuukks...

Selamat datang di thread pertama ane, sambil dengerin lagu yuukks...
Quote:

Quote:
Spoiler for sedikit penjelasan tentang alur cerita:
Quote:
Quote:
Spoiler for video:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 7 suara
Siapa kira-kira yg lebih pantas buat jadi pendamping Aleya?
Rian
43%
Tomy
0%
Gak keduanya
57%
Diubah oleh alealeya 25-07-2017 06:46
imamarbai dan 35 lainnya memberi reputasi
36
144.2K
869
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
alealeya
#52
Part 9

Aku terdiam sejenak dengan apa yg barusan terjadi, suatu momen yg tak ku duga barusaja menimpaku. Sekian lama aku bersahabat dengan Rian dan lainnya, baru sekali ini mendapatkan kecupan penuh kehangatan di pipi dari seorang sahabat. Sempat salah tingkah aku dibuatnya, rasa malu bercampur senang jadi satu.
"Y.. ya.. Yann.." sambil terbata seketika setelah Rian melepaskan bibirnya dari pipi ku.
"Kenapa? Mau lagi? Ngomong dong," dengan santainya Rian becanda seakan tadi gak terjadi apa-apa.
"Kamu yan, kok kamu gitu sih ihhh," ku cubit lumayan keras perutnya. Sungguh rasa malu luar biasa menyelimuti, padahal baru di pipi. Apasih maksud Rian kok tiba-tiba berani gitu.
Ia tertawa-tawa ke gelian akibat jari-jari ku yg mencubit perutnya, tanpa sadar sampai-sampai infus terlepas dari tangan kanan nya.
"Aduh, ehh lho kok... Yan gimana ini, wah aduuhh gimana nih," aku panik saat melihat darah keluar dari lengan kanan Rian.
"Kamu sih pake gelitikin segala, kan jadi lepas gini infusnya, aduh aduhh..."
"Bentar Yan bentar, aku panggil perawat jaga, tunggu ya jangan panik," padahal yg daritadi panik itu aku. Sambil berjalan menuju pintu kamar, bermaksud ingin ke pos perawat jaga.
"Eh sini Ley, gak usah, pencet ini aja tar perawatnya dateng," Rian menekan sebuah tombol disamping ranjangnya.
Tak lama berselang seorang pria berpakaian putih-putih datang memasuki ruang kamar, ia kemudian memberi pertolongan pada Rian, memasangkan kembali jarum infus yg sempat lepas akibat kelakuan kami tadi. "Kok bisa lepas sih mbak? Emang tadi ngapain?" Tanya nya sambil melirik ke arah ku dan Rian, seakan curiga kalo kami habis berbuat yg enggak-enggak.
"Tadi dia habis buang air mas, terus kayaknya selang nya nyangkut deh di kamar mandi", jawabku spontan.
"Oohh kirain *ehhem," goda nya.
"Ya enggak lah mas, orang ini adek ku kok," sahut Rian membela diri. Lagian emang bener kan kita gak berbuat yg aneh-aneh, cuman becanda aja kelewatan tadi, sampe bikin jarum nya lepas dari tangan Rian.
Selepas perawat itu beranjak dari kamar, aku kembali duduk disamping Rian. Fyuh agak tenang rasanya setelah keadaan kembali bisa membaik. Tapi aku masih terpikir, apasih maksud Rian kok tiba-tiba nyambar gitu aja kayak gledek. Apa iya selama ini dia menyimpan rasa ke aku? Atau cuma aku nya aja yg ke Ge'er an?.
Tak terasa waktu bergulir begitu cepat, jam dinding menunjukkan pukul 00.10 dan suasana makin sepi, suara hewan-hewan malam menghiasi ruang dengar kala itu. Seakan saling bersahutan mereka terus menyanyikan lagu sepanjang malam.
"Yan, kamu gak tidur?" Kata ku.
"Gak tau nih tiba-tiba gak ngantuk, kamu kalo mau tidur duluan gak papa," sahutnya.
"Aku juga gak bisa tidur Yan, gak tau kenapa kok gak ngantuk sama sekali ya,"
"Kamu tuh ya suka ikut-ikutan aja, eh iya gimana kabarnya si... siapa itu nama nya cowo mu? Bobi? Toni? Siapa...? Tomy?"
Aku kaget, kok tumben si Rian nanya masalah Tomy, bukannya dia suka cemburu sama Tomy?
"Baik kok Yan, emang kenapa?" Tanya ku.
"Ya gak papa sih, nanya doang emang gak boleh? Kamu gak di apa-apain kan sama dia?" Rian menatap wajahku.
"Enggak lah, emang di apain gimana maksud mu?" Aku tersenyum biar Rian gak mikir yg macem-macem.
"Kali aja dia berani-berani nyentuh kamu, awas aja kalo sampe berani sentuh-sentuh Leya ku, belum tau ama Rian?"
Eh? 'Leya ku?' Maksudnya? Aku bertanya-tanya dalam hati, gak berani nanyakan secara langsung ke Rian.
"Tenang Yan, lagian kalo dia macem-macem pasti ku tendang, kan kamu pernah ajarin cara nendang yg baik dan benar," canda ku.
"Hahaha itu kan nendang bola Ley, beda lah sama nendang orang," Ia mentertawaiku.
"Ley, sekali lagi makasih ya kamu udah mau jauh-jauh datang kesini cuman buat aku," di genggam nya tangan kiri ku erat.
"Iya Yan sama-sama, aku tu khawatir tauk waktu denger ternyata kamu abis kecelakaan motor, lagian kenapa harus bo'ong segala sih sama aku?"
"Aku gak mau bikin kamu khawatir, kan kasian kamu harus jalan berpuluh jam cuman buat nengokin aku disini,"
"Toh sekarang aku udah disini baru kamu bilang sejujurnya, apa salahnya sih Yan kamu ngomong jujur aja dari awal? Lagian kan sahabatmu yg paling dekat yaa cuma aku, Miza sama Leo kan sekarang udah gak sepulau sama kita,"
"Maafin aku ya Leya, kamu emang satu-satunya sahabatku yg selalu ada disini," mengarahkan tanganku yg daritadi di genggamnya ke dada nya.
"Selamanya, kamu tetap di hatiku," lanjutnya.
Sedikit banyaknya aku mulai mengerti, kayaknya Rian emang bener nyimpan perasaan ke aku selama ini. Tapi kenapa dia gak bilang aja sih dari awal? Kalo dia bilang sejak awal, kan aku gak harus sama Tomy, mungkin udah sejak lama aku bakal sama Rian, toh semua tentang nya aku udah tau. Apa dia takut bakal merusak persahabatan kita? Atau dia punya alasan lain?. Entah jam berapa akhirnya malam itu kami terlelap dalam tidur, saat pagi hari ketika bangun aku sudah berada di atas sofa dengan selimut menutupi badanku, ku tengok Rian di atas ranjang. Lho Rian mana?!
"Yaaann..." teriakku sambil bangkit lalu mengecek ke kamar mandi, kosong.
Aku keluar dari kamar, celingak-celinguk kiri kanan mencari keberadaan Rian. Kok gak ada juga sih. Dengan wajah yg masih acak-acakan aku berjalan menyusuri lorong menuju pos jaga para perawat rumah sakit.
"Mas mas, liat temen saya yg di kamar situ gak?" Tanya ku sambil menunjuk kamar tempat Rian dirawat.
"Ohh si Rian? Lagi di ajak jalan-jalan sama suster mbak, tadi saya yg pindahin dari kasur ke kursi roda, mbaknya tadi lagi tidur jadi saya gak berani bangunin," jawabnya.
Owalah syukurlah, aku udah menduga-duga hal yg gak baik menimpa Rian saat aku sedang terlelap. Pikiran ku agak tenang setelah tau Rian baik-baik aja dan sedang keliling rumah sakit dengan seorang perawat. Aku kembali kedalam kamar, mandi lalu ganti baju. Sore ini aku mau pulang ke kota ku tinggal, takut lama-lama bolos sekolah ntar malah di skors lagi.
"Panggilan masuk"
"Haloo, iya yang," sapa ku pada Tomy.
"Eh yang tau gak, hari ini tadi ulangan matematika dadakan dan katanya nilainya bakal mempengaruhi rapor lho," ucap nya.
Waduh! Gawat ini, kalo gak ikut berarti nilai ku nol dong.
"Masa? Gimana dong? Aku kan sore ini baru pulang, apa gak bisa ikut susulan?"
"Aku udah coba tanyain ke gurunya, tapi katanya gak bakal ada susulan, ada 2 murid di kelas kita yg gak masuk hari ini termasuk kamu,"
"Yaudah deh gak papa, semoga aja aku masih bisa dapet nilai bagus," ku akhiri panggilan dari Tomy. Yaelah cobaan kok gini banget sih, mana bentar lagi kenaikan kelas 3, hmmm...
"Klak..." pintu dibuka, di ikuti dengan kursi roda yg di dorong masuk. Rian dan sang suster akhirnya selesai dari jalan-jalan paginya. "Saya tinggal ya mbak," ucap sang suster setelah mengantar Rian kembali ke kamarnya.
"Ley, kamu gak pake celana?" Tanya Rian sambil menunjuk paha ku.
"Enak aja, nih pake nih," ku angkat hoodie putih yg ku kenakan sekedar mau kasih liat ke Rian kalo aku pake celana. Emang sih hoodie yg ku pake lumayan panjang jadi celana pendek ku ketutupan dan sekilas keliatan kayak gak pake celana.
"Buka aja semua sekalian, apa coba maksudnya angkat-angkat baju gitu,"
"Oh mau liat? Nih ku buka nih," sambil pura-pura mau menaikkan pakaian ku lebih tinggi lagi.
"Lagian aku juga udah biasa liat cowok gak pake baju, gih buka gak papa," ledek nya sambil tertawa.
Yahh malah di ledekin, apa sih si Rian selalu bilang kalo aku cowo. Bukannya malam tadi dia nyium pipi ku? Kalo dia menaganggap aku cowo, berarti malam tadi dia cium cowo dong? Hahaha.
"Eh iya Yan, aku pulang hari ini gak papa ya? Lagian kamu kan udah baikan juga sekarang," sambil membantu nya berpindah dari kursi roda ke ranjang. Rian tak menjawab omonganku barusan, saat aku merangkulnya menuju ranjang, dia malah memelukku erat. Ku balas pelukan itu, aku bakal kangen sama Rian saat udah sampe disana nanti, pikirku.
"Iya gak papa kalo kamu mau pulang, tapi gak dengan pakaian gini yaa," Rian menunjuk-nunjuk celana ku.
Akhirnya aku ganti celana deh, untung ada 1 celana yg lumayan panjang, gak pendek-pendek amat masih di atas lutut.
"Kalo mau pulang mending siang ini aja Ley, takutnya ntar kalo ke sorean kamu gak dapet bus, disini kan makin sore makin dikit bus nya yg berangkat," kata Rian.
Bener juga sih, disini emang agak susah cari bus kalo udah sorean. Singkat cerita aku melepas rindu pada Rian dengan sebuah pelukan (lagi) sesaat sebelum aku pergi menuju terminal siang harinya. Kali ini aku gak perlu keluar uang buat ngojek ke terminal soalnya di anterin sama ibu nya Rian, haha lumayan lahh irit biaya.
Aku berusaha mempersiapkan badanku untuk perjalanan 14 jam kedepan, ku beli beberapa camilan dan minuman kaleng buat teman perjalanan. Bus berangkat sekitar pukul 13.00 waktu setempat, dan ternyata ini adalah pilihan yg salah, bodoh nya aku gak kira-kira menghitung waktu keberangkatan dan waktu tiba dikota sana nanti, kalo bus berangkat pukul 13.00 ini berarti kan 14 jam kedepan pukul 03.00 pagi? Mana aku udah terlanjur duduk di dalam bus lagi. Ah sial banget.
Nikita41 dan 3 lainnya memberi reputasi
4





