Kaskus

Story

alealeyaAvatar border
TS
alealeya
Namaku Aleya (Based on true story)
Peringatan : Cerita ini mengandung unsur BB 18+.
Selamat datang di thread pertama ane, sambil dengerin lagu yuukks...



Quote:


Namaku Aleya (Based on true story)


Quote:


Spoiler for sedikit penjelasan tentang alur cerita:


Quote:


Quote:


Spoiler for video:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 7 suara
Siapa kira-kira yg lebih pantas buat jadi pendamping Aleya?
Rian
43%
Tomy
0%
Gak keduanya
57%
Diubah oleh alealeya 25-07-2017 06:46
fajar1908Avatar border
DeviafebAvatar border
imamarbaiAvatar border
imamarbai dan 35 lainnya memberi reputasi
36
144.2K
869
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
alealeyaAvatar border
TS
alealeya
#47
Part 8

kaskus-image


"Ayaah," kataku sambil menghampiri meja makan. Beliau lalu membalikkan wajah menatapku, memperhatikan dari atas sampai bawah.

"Leya, kapan datang nak?," ucapnya.

"Barusan yah, Leya mau mampir sebentar boleh kan yah?," tanyaku sambil menarik kursi di samping ayah lalu duduk.

"Iya boleh, kapan aja kamu mau mampir ya mampir aja kesini, toh ini kan rumahmu juga," jawab ayah sambil terus melanjutkan makannya. Orang yg makan diseberang ayah terlihat agak kebingungan dengan kehadiranku. Emang kenapa? Apa dia gak dengar kalo ini rumah ku juga, kenapa mesti masang muka kebingungan gitu?.

"Ayah..." ucapku.

"Oh iya nak, kenalin ini Resa, Resa ini Aleya anak ku satu-satunya yg sering ku ceritakan," ayah memperkenalkan ku dengan sosok asing yg tadi ku sebut. Kuraih tangan nya untuk bersalaman, kemudian ia dengan baiknya menawarkan makanan untukku. Dipanggilnya bibi untuk mengambilkan sebuah piring lagi buatku.

"Jadi Leya, Resa ini ibu baru kamu, Leya boleh panggil mama atau apa aja asal jangan ibu ya," kata ayah.

Eh? Ibu baru? Sejak kapan? Apa secepat itu ayah berpaling dari sosok ibu yg (menurutku) baik hati, sabar dan tiada duanya. Sedangkan Ibu sendiri sampai sekarang masih belum menemukan pasangan untuk menggantikan posisi Ayah. Aku tau Ibu pasti kesepian, tapi ayah?.

"Ee... iya yah, jadi ini istri baru ayah?" Tanya ku.

"Iya, kan ayah udah lama menduda, gak ada salahnya dong?" Sambil menatapku.

Ya gak ada salahnya sih kan mereka udah cerai, tapi apa secepat itu? Lagian ni cewe muka nya gak meyakinkan banget, emang sih dia terlihat lebih muda dan mungkin lebih cantik daripada Ibu. Tapi tetap gak ada yg bisa mengganti posisi Ibu dihatiku, titik!.

"Abisin makanan nya ya dek," kata sang Ibu baru padaku.

Ehh sembarangan manggil-manggil dek, ada rasa tak terima dalam hati di panggil "dek" oleh orang baru yg hadir tiba-tiba dikeluarga ini.
Usai makan malam aku, ayah dan resa duduk santai diruang tengah sambil menyaksikan layar kaca. Keadaan nampak beda setelah bertahun-tahun, biasakan jam segini lagi sibuk-sibuknya orang tua ku berantem? Kok sekarang ayah jadi tenang sama Resa ya?.

"Leya, kamu gak kangen sama kamar kamu?" Tanya ayah.

"Eh iya yah, Leya ke kamar dulu ya," kataku sambil menuju kamar lama ku. Ku buka pintu putih itu perlahan dan, wow! Suasana kamar nampak tak berubah sedikit pun bahkan, aroma kamar ini masih terasa sama, sama persis seperti ketika terakhir kali ku tinggalkan. Ku langkahkan kaki selangkah demi selangkah memasuki ruangan berukuran 4x6 dengan cat dinding biru terang itu. Tak terasa air mata kembali mengalir turun membasahi pipi, perasaan itu kembali muncul, rasa hangat ketika aku masih jadi penghuni kamar ini, setiap detil kamar ini tak ada yg berganti, juga pakaian atau jaket setengah kotor yg biasa ku gantungkan dibelakang pintu masih tetap pada tempatnya. Aku ingat betul hoodie berwarna coklat bertuliskan "All time low" itu, itulah jaket terakhir yg ku pakai kesekolah di hari aku dan Ibu meninggalkan rumah ini.

"Kamar ini gak pernah dirubah sedikitpun, bahkan waktu bibi bersihin pun ayah minta supaya jangan ada yg di geser dari tempat nya," kata Ayah tiba-tiba muncul dibelakangku kemudian merangkul ku.

Seketika aku tak kuasa menahan air mata, ku curahkan semua perasaan ini, entah apa yg kurasakan aku hanya bisa menggambarkan nya sebagai, sedih, terharu, dan senang. Aku menangis dipelukkan hangat ayah.

"Maafkan ayah ya Leya, semuanya harus kaya gini gara-gara ayah," bisik ayah ditelingaku.

Mendengar ayah mengucapkan maaf, tangisanku semakin menjadi-jadi. Aku terisak menangis dalam pelukan ayah, lalu di usapnya air mataku, ayah menatapku seakan amat sangat menyesal dengan apa yg terjadi.

"Nak, Leya sayang, udah yaa jangan sedih lagi," ucapnya.

"Ii.. iyaa ayah, Leya gak sedih lagi, Leya cuma terharu, kamar Leya gal berubah sedikitpun, makasih ya ayah," ucapku sambil menghapus air mata yg tersisa.

Perjumpaan malam itu diakhiri dengan bahagia, yg bikin lebih bahagia adalah uang saku dari ayah untuk perjalanan ku pulang nanti haha. Karena waktu menunjukkan hampir pukul 21.00, aku harus segera pulang ke rumah sakit, lagian ini mobil ibunya Rian pasti dicariin, kan Ibunya Rian harus pulang ke rumahnya. Ayah sempat menawarkan untuk bermalam dirumahnya, tapi aku menolak karena harus buru-buru kerumah sakit.
Kemudian aku menaiki kembali city car biru pinjaman itu, diantarkan oleh ayah dan Resa sampai ke teras rumah, dan juga bibi ikut mengantar sampai ke depan pagar. Sesampainya di depan pagar bibi sempat membisikkan, "neng tau gak? Bapak sering kalo kangen sama neng Leya beliau masuk ke kamar neng, terus duduk di kasur neng lamaa banget".
Kasian juga ayah, ya pastilah beliau kangen, kan aku anak satu-satunya.
Aku menginjak kembali pedal gas, hari ini seakan jadi hari yg panjang. Sambil senyum-senyum sendiri di dalam mobil menuju ke rumah sakit, teringat kembali momen-momen indah dulu saat keluarga ku masih bersama. Akhirnya aku tiba juga dirumah sakit, sekitar pukul 21.40 tepat di parkiran yg mulai sepi. Kumasuki lorong panjang yg terasa horor dimalam hari, tak satupun orang disepanjang lorong itu. "Ih jangan liat belakang ah," ucapku dalam hati, agak paranoid gara-gara kebanyakan nonton film horor. Langkahku makin cepat gara-gara berpikiran yg macam-macam disepanjang perjalanan, bahkan aku sempat berlari-lari kecil. "Blakk" tak sengaja aku tutup pintu kamar tempat Rian dirawat agak kencang. Nafas ku terengah - engah akibat berlarian tadi.

"Leya udah dateng, lho kenapa kok ngos-ngosan gitu?" Tanya Ibu Rian.

"Gak papa tante.. uhh.. hhh.." sambil mengatur kembali nafasku.

"Tau gak Ley? Disitu katanya sering ada penampakan," ucap Rian sambil menunjuk arah lorong yg tadi ku lewati.

"Yaaannn!!" Aku geram

"Hahahaha dari dulu penakutnya gak ilang-ilang, parah banget Leya, coba aja Miza tau," kata Rian sambil terus mentertawaiku.

"Udah ah Yan, mama juga takut tau," ucap Ibu Rian sambil membereskan barang-barang yg akan di bawanya pulang.

"Yah mama, kan biar Aleya takut, dia kan penakut banget," goda nya.

Selepas kepulangan Ibu Rian, menyisakan hanya kami berdua saja di kamar kecil tempat Rian dirawat. Suasana hening menyelimuti kami karena memang ini sudah masuk jam istirahat untuk pasien. Aku mengambil posisi duduk disamping ranjang tempat Rian berbaring, ia sedang asyik menyaksikan acara lawak di televisi.

"Yan tidur gih, dah malem gini," kataku sambil mengacak-acak rambutnya.

"Yaelah orang lagi asik nonton di ganggu aja, bentaran lagi Ley," dipindahkan nya tanganku yg menghalangi pandangan nya ke TV.

"Klikk...," TV ku matikan, kusimpan remote nya ke dalam saku celana ku.

"Haha 1 - 0 ya, ayo tidur sekarang," kataku mengejeknya.

"Awas ya kalo aku udah sembuh, beneran deh bakal ku cubit sampe lepas tuh pipi, huhh!" Rian ngambek membalikkan wajahnya.

"Ihh gitu aja ngambek, ayoo anak mama gak boleh ngambek," goda ku sambil menepuk tangan.

"Brisik ah, resek ada Leya," tampangnya menandakan bahwa ia benar-benar ngambek.

Ku tarikkan selimut ke badan Rian, "kamu mau lampunya di matiin apa dinyalain aja?" Tanya ku.

"Emang kamu berani tidur lampu nya di matiin? Sering ada bayangan lho dari situ," sambil menunjuk jendela yg tertutup dengan tirai putih.

"Yaaaan!! Jahat! Yaudah lampunya dinyalain aja!"

"Hahahaha 1 sama, matiin aja Ley, mana bisa aku tidur kalo lampu nyala,"

Yaudahlah, daripada Rian ngambek lagi biar aku yg mengalah, ku matikan lampu ruangan. Kini ruangan diterangi oleh lampu remang-remang dari atas ranjang pasien. Suasana agak aneh terasa.
Setelah mematikan lampu, aku kembali duduk di samping Rian, ku pegangi tangan nya. Bukan sok romantis yaa, lagian kan aku sahabatan udah lama dan emang udah biasa pegangan tangan, apalagi sekarang dia sedang terbaring gak berdaya. Dan alasan utama aku pegang tangan Rian adalah, takut gelap.

"Ley sini deh," ucap Rian.

"Apaan? Ini udah disini, mau kesini mana lagi?"

"Sini deket-deket ada yg mau ku bisikin,"

Ku dekatkan telinga ku ke wajah Rian, agak geli sih rasanya, tapi aku penasaran apa sih yg mau di bisikan nya.
Tak ku sangka-sangka, sebuah ciuman mendarat di pipi ku. Di ikuti dengan

"Makasih ya Leya udah mau jauh-jauh datang kesini nengokin aku," kata rian sambil mengusap kepalaku.

Jantung ku berdegup kencang, apa yg sedang terjadi ini?

...last update of the day...
Diubah oleh alealeya 15-07-2017 00:37
nomorelies
erman123
Nikita41
Nikita41 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.