- Beranda
- Stories from the Heart
Namaku Aleya (Based on true story)
...
TS
alealeya
Namaku Aleya (Based on true story)
Peringatan : Cerita ini mengandung unsur BB 18+.
Selamat datang di thread pertama ane, sambil dengerin lagu yuukks...

Selamat datang di thread pertama ane, sambil dengerin lagu yuukks...
Quote:

Quote:
Spoiler for sedikit penjelasan tentang alur cerita:
Quote:
Quote:
Spoiler for video:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 7 suara
Siapa kira-kira yg lebih pantas buat jadi pendamping Aleya?
Rian
43%
Tomy
0%
Gak keduanya
57%
Diubah oleh alealeya 25-07-2017 06:46
imamarbai dan 35 lainnya memberi reputasi
36
144.2K
869
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
alealeya
#12
Part 4

Beberapa bulan setelah aku dan Tomy pacaran, Rian seakan menjauh dari ku, tak lagi sering menghubungi ku, tak lagi mengingatkan makan siang atau belajar di malam hari. Si Rian kenapa sih? Apa aku kurang peka?.
Sore ini ku beranikan diri menghubungi Rian duluan, sekedar ingin menanyakan kabarnya, dan ingin meminta maaf bila aku salah padanya.
Ku ketikkan sebuah pesan singkat melalui aplikasi chat paling hits di masa nya...
"Yan, kamu lagi apa? Sibuk gak?"
Ku tunggu 10 menit, 30 menit, satu jam kemudian tapi tak ada balasan dari nya. Matahari terbenam, malam menjelang, aku sedang asyik memasak makanan untuk santap malam ku di dapur umum kost. Saat asyik-asyiknya aku memasak ikan goreng sayup-sayup ku dengar ringtone hp ku berdering dari dalam kamar ku yg terletak di lantai 2 kost, tepat disamping tangga. Segera ku angkat ikan dari penggorengan, mematikan kompor lalu berlari menuju kamar, langsung ku raih hp dari atas meja belajar.
"Halo Yan..."
"Halo Ley, sorry baru bisa kasih kabar sekarang ya", ucap Rian via telepon.
"Iya gak papa Yan, emang kamu lagi sibuk apa?"
"Aku gak sibuk sih, cuman baru bisa kasih kabar aja sama kamu", suara Rian terdengar lemas.
"Kamu kenapa Yan? Kok suaramu beda?"
"Enggak kok Ley, aku gak papa cuman lagi gak enak badan aja"
"Gak Yan, kamu gak bisa bohong sama aku, kita udah lama kenal, aku tau kalo kamu kenapa-kenapa", mulai khawatir dengan si Rian.
Kemudian Rian menjelaskan bahwa penyakit tifus yg di deritanya baru saja kambuh karena kelelahan, ternyata saat ini Rian sedang di rawat di rumah sakit. Namun Rian tetap bersikeras bahwa keadaan nya baik-baik saja. Aku tak percaya, setelah telepon di tutup, aku langsung menghubungi Yana adik dari Rian. Dan sungguh diluar dugaan, keadaan Rian sekarang ternyata sangat buruk, bukannya sakit tifusnya yg kambuh, tapi Rian baru saja kecelakaan motor. Secara garis besar memang Rian jujur mengenai dirinya yg sedang dirawat dirumah sakit, tapi kenapa dia harus bohong masalah sakit yg dia derita?.
Malam itu juga, ku putuskan untuk pergi ke kota itu lagi untuk menjenguk Rian, merawat Rian, walaupun sudah ada keluarganya disana, paling tidak kan kehadiran seorang sahabat bisa lebih cepat menyembuhkan nya. Aku tak peduli lagi dengan semua, rasa khawatirku mengalahkan logika, lagipula jarak kota kediaman ku sekarang dengan kota asalku hanya 14 jam perjalanan darat, dan kalau aku berangkat sekarang naik bus kota, besok siang aku sudah bisa bertemu Rian. Ehh tunggu dulu, tadi kan aku masak ikan. Buru-buru aku turun tangga menghampiri ikan goreng ku diatas wajan. Yahh baru aja ditinggal sebentar, ikan gorengku raib dicuri kucing garong yg suka keliaran di kost, astaga makan apa aku malam ini.
"Panggilan keluar"
"Halo yang, kamu lagi sibuk gak?, boleh aku minta tolong?", ucapku sesaat setelah Tomy mengangkat telepon nya.
"Hmmm.. enggak sih, emang mau minta tolong apa?"
"Anterin aku ke terminal bus dong, aku mau pulang malam ini"
"Hah? Malam-malam begini kamu mau pulang? Emang ada apa? Kok mendadak banget?"
"Kamu ingat kan sahabat ku si Rian, dia sekarang di rumah sakit, kecelakaan katanya, jadi aku mau jenguk dia, mau ya anterin aku?"
"Oh ya? Wah kasian dia ya, tapi apa kamu gak papa sendirian berangkat malam-malam gini?"
"Gak papa kok, yaudah anterin aku makanya, temenin sampe aku dapet bus ya..."
Setelah telepon ditutup Tomy langsung menggeber motor sport 2 tak nya menuju kost ku, tak banyak barang yg ku bawa, hanya beberapa lembar kaos dan celana pendek untuk ganti. Walau disana ada rumah Ayah, Ibu dan Om, tapi aku bakal milih tidur di rumah sakit aja nemenin Rian. Untungnya Tomy adalah sosok yg pengertian, ia gak pernah tuh marah atau cemburu kalo aku berhubungan sama sahabat-sahabatku, bahkan ia sering penasaran dan minta diceritakan tentang kami dulu. Ia sudah banyak tau tentang masa lalu ku, tentang siapa aku, dan tentang sahabat ku, sangat bahagia rasanya bisa bersama Tomy.
Aku dan Tomy sampai di terminal bus, suasana ramai khas terminal menyambut kami. Ditengah kerumunan ku lihat seorang kernet bus melambai-lambai menyebutkan nama kota yg akan ku tuju. Ah pasti itu bus yg akan membawaku kesana.
"Yang aku naik bus itu ya, kamu hati-hati pulang nya...", ucapku sambil menyerahkan helm pada Tomy.
"Iya, yuk ku anterin sampe bus, motornya biar parkir disini aja", sambil menstardarkan motornya disamping sebuah kios.
Kami berjalan kaki menuju bus, Tomy membawakan ranselku yg padahal gak seberapa berat tapi tetap saja Tomy bersikeras untuk membawakan nya. Inilah cara Tomy menunjukkan perhatiannya.
"Jaga diri baik-baik ya, cepat balik kesini Leya sayang, titip salam buat Rian", Tomy mengusap kepalaku. Aku hanya mengangguk sambil membalikkan badan memasuki bus.
Memang aku gak bilang-bilang sama Rian kalo aku mau kesana menengoknya, ku pikir dia akan melarangku kalau tau aku berangkat sendirian malam-malam begini, jadi lebih baik begini, toh dia gak bakal bisa melarang kalo aku sudah ada disampingnya nanti.
Perjalanan panjang ku malam ini mengantarkan ku pada sebuah lamunan, sekilas memori tentang kota yg akan ku tuju ini, disana lah tempat aku tumbuh besar, di kota itu juga aku dihancurkan oleh keluarga ku yg harus berpisah. "Apa sebaiknya aku sekalian menengok kedua orang tua ku ya?", gumamku dalam hati. Ah liat nanti aja lah.
Ditengah perjalanan bus berhenti untuk makan dan istirahat, sang sopir terlihat lahap menyantap hidangan yg tersaji, kemudian ia tidur sejenak untuk menyegarkan kembali matanya agar tetap terjaga di 8 jam perjalanan kedepan.
Aku hanya menikmati secangkir teh hangat dan satu cup mie instan, sebagai ganti dari makan malam ku yg dicuri kucing di kost tadi, yah elah mana itu ikan terakhir lagi.
Seorang pria lumayan berumur duduk di depanku, dari tampang nya terlihat agak kelelahan, ia membawa secangkir kopi lalu meletakkan nya di atas meja.
"Sendirian aja dek?", tanya nya.
Duh gimana ini, kalo dia mau macam-macam sama aku gimana, aduhh gawat nih.
"I.. iya pak..", jawabku.
"Ooh, mau kemana?", lanjutnya.
"Mau ke kota T pak"
"Kok malem-malem gini pake celana pendek gitu? Apa gak kedinginan?", sambil menunjuk celana ku. Iya sih aku pake celana pendek, udah kebiasaan ku, tapi harusnya aku pake celana panjang dan lebih sopan biar paha ku gak jadi 'pemandangan' buat orang-orang nakal.
"Ng... anu pak, tadi gerah soalnya pas di kota A", jawabku sambil menutupi pahaku dengan jaket.
"Hati-hati lho dek, jangan sampe kamu jadi korban gara-gara pakaian mu 'mengundang' niat orang berbuat jahat", ucapnya.
"Ii... iiya pak, makasih udah di ingetin", terus melanjutkan menyantap mie cup.
"Kamu gak usah takut sama saya, saya bukan orang jahat kok, saya cuman ingat sama anak saya yg mungkin sekarang seumuran kamu kalo masih hidup", sambil menatap wajahku.
Sang bapak bercerita bahwa anak beliau meninggal saat umur 12 tahun, ia mengidap penyakit leukimia. Aku ikut sedih mendengar kisahnya, sang Bapak merasa sangat terpukul dengan kejadian itu, ia masih merasa bersalah karena tak bisa membawa anaknya untuk berobat. Aku jadi teringat ayahku, apa kabar ya ayah sekarang? Walau ia sering kirim transferan ke rekeningku tiap bulan, tapi aku tak pernah lagi melihat wajahnya bertahun-tahun belakangan. Apa sebaiknya nanti aku mampir di rumah ayah sekalian yaa? Sekedar silaturhami dan bertemu mungkin gak ada salahnya.
Diubah oleh alealeya 15-07-2017 00:35
Nikita41 dan 8 lainnya memberi reputasi
9





