Kita skip lumayan cepat ke beberapa minggu setelahnya, memang sejak pertemuan terakhir gue dengan Atma waktu itu, tak banyak yang terjadi selanjutnya, setelah hari itu rupanya gue hanya betah selama beberapa hari saja dirumah, gue memutuskan untuk kembali ke kostan dan kembali menjalani kehidupan gue sebelumnya di kota tempat gue kerja, kota yang entah kenapa menurut gue sebagai tempat yang nyaman untuk gue dapat bersembunyi dari segala masalah, kepulangan gue ternyata telah disambut Irfan dan juga seorang temanya yang sepertinya pernah cukup familiar
Quote:
Irfan : Lha ini! orang yang kita tunggu2 akhirnya pulang juga, gue pikir udah kerasan disana hingga gak mau balik lagi, denger2 katanya mau dicarikan jodoh ya sama Nyokap lo?
Gue : Ah sok tau lo Fan! denger darimana juga? jangan bilang dari Vani lagi?
Irfan : Lah! lo kira siapa lagi kalau bukan dia? orang yang pernah dengan sengaja lo tolak dulu dengan bodohnya
Gue : Udah sih Fan jangan diterusin, gue udah gak mau bahas masalah itu lagi ya, btw temen lo gak lo kenalin nih? sepertinya dulu gak asing ya!
Irfan : Lah emang lo belum kenal, lo kan dulu sempat sekali juga ketemu, yang waktu itu! pas ketika lo lagi jalan sama Almarhumah ke sebuah kafe yang waktu itu juga kebetulan ketemu sama gue dan rombongan Wira, nah ini dia salah satunya
Gue : Oh maaf2 udah lupa gue soalnya, btw apa khabarnya Bang? siapa namanya dulu, lupa? sedang ada gawe apa kesini?
Santo : Yah maklum sih! udah lama gak ketemu soalnya, btw jika lo udah lupa kenalin lagi nama gue Santo, kedatangan gue kamari sebenernya secara khusus buat menemui kalian berdua, karena ada sebuah hal yang sengaja ingin gue ngaku kepada kalian, masalah yang sebelum2nya hanya cukup gue pendem sendiri, karena dulu gue terlalu takut untuk menyampaikanya, sengaja gue pilih hari ini pun juga karena udah gak tahan lagi! karena merasa terus dihantui perasaan bersalah setiap kali gue mengingat peristiwa itu, sebelumnya nanti gue ingin jangan ada dari kalian yang memotong ataupun menanggapi apapun sebelum gue selesai bercerita, dan terpenting berikutnya gue ingin meminta ijin kalian dulu untuk meminum ini (mengeluarkan sebotol minuman beralkohol) maaf karena jika dalam kondisi normal gue merasa gak punya keberanian untuk mengatakanya
Irfan : Yaudah silahkan! penasaran masalah sepenting apa yang bisa bikin lo sampai kek gini
Santo : Ok langsung aja kalau gitu kita mulai! dengerin baik2 karena gue hanya sekali ini bercerita dan tak akan mengulangnya lagi, masalah ini sebenernya berkaitan langsung dengan seorang cew yang pernah sempet kalian perebutkan dulu sampai hampir bunuh2an, Aning jika gue tak salah inget nama cew tersebut, sebenernya di waktu itu gue mengetahui dan menyaksikan sendiri peristiwa naas yang telah mengakibatkan terenggut nyawanya, gue berada disana ketika itu, bahkan gue adalah salah seorang yang telah menumpang di mobil yang waktu itu telah menabraknya, entah bagaimana nanti kalian akan menanggapi setelah ini, terserah! gue hanya akan diam saja dan menerima apapun yang akan kalian hendak lakukan ke gue, tapi sebelumnya ijinkan gue untuk menyelesaikanya
Santo : Jadi kejadian itu bermula ketika gue beserta teman gue diajak Wira untuk bermalam di sebuah areal wisata di bukit Dolo, seingat gue hampir semalaman kita berada disana, dan tentu saja tak akan afdol rasanya jika bagi kami tak mabok atau miras, entah bagaimana pendapat lo tentang gue Gri, karena gue masih inget! pernah dulu gue bicara ke lo bahwa gue juga termasuk orang yang kurang suka dengan kelakuan Wira, bahkan bermaksud untuk tak lagi bergaul denganya, tapi rupanya gue hanyalah seorang bodoh yang gak bisa menolak ketika gue ditawarkan untuk minum2, dan begitulah yang terjadi selanjutnya, gue hanya menurut aja ajakanya, kita baru turun dari sana setelah keesokan paginya dan masih dalam keadaan setengah teler, sewaktu dalam perjalanan pulang itu kita kebetulan berpapasan dengan Aning, entah waktu itu dia mau menuju kemana, namun saat ketika kita kebetulan melihatnya dia sedang berniat untuk memutar balik, dan dari disitulah yang kemudian menjadi letak masalahnya, setelah pasti gue mengetahui bahwa cew tersebut adalah Aning, berikutnya mulut gue yang lancang ini justru memberitahukanya kepada Wira, sebelumnya gue berani sumpah gue berkata seperti itu bukan dalam maksud apapun, gue tak bermaksud menyuruhnya waktu itu untuk berbuat hal nekat sehingga berakibat fatal, dan entah bagaimana awal kejadianya waktu itu hingga tiba2 saja kami merasakan bahwa mobil yang sedang kami kendarai telah menabraknya dari arah belakang sehingga mengakibatkanya jatuh terpental, dan begitulah seterusnya sejak saat itu gue memiliki rasa penyesalan ini, kalau saja waktu itu gue hanya diam saja dan tak mencoba memberitahu Wira, mungkin peristiwa itu tak akan terjadi, dari semenjak itu keadaan gue jadi serba salah, sempat gue mengancam Wira untuk dia mau bertenggung jawab dan menyerahkan diri ke polisi, tapi ternyata nyali gue ciut, gue justru takut mengingat siapa orang yang berada di belakangnya, hingga akhirnya gue memutuskan untuk diam saja dan menutup mulut
Irfan : Terus kenapa lo baru bilang sekarang San? harusnya sejak dulu lo bisa kasih tau ke kita jika pelaku penabrak Aning waktu itu adalah si Wira?
Santo : Gue terlalu takut waktu itu Fan! Gri! jadi jika lo mau menyalahkan salahkan saja gue juga, karena gue juga termasuk yang bersamanya ketika itu, salahkan atas kebodohan gue dulu
Gue : Dengan lo mungkin gue gak kenapa2 Bang, gue tahu lo pasti gak ada niat sengaja waktu itu? dan lo kini juga pasti sudah cukup menyesal! walau sedikitnya masih tetap gue sayangkan bagaimana dulu lo justru memilih mendiamkan saja masalah ini, dan tak segera berkata jujur kepada kami, sekarang yang ingin gue tahu apakah Wira merasakan juga hal yang sama seperti lo? apakah dia juga menyesal?
Santo : Iya maafin gue Gri, gue sangat2 menyesal! tentang Wira gue kurang tau, karena semenjak kejadian itu gue memilih untuk menjauh dan menghindari kontak denganya lagi, tapi jika boleh menyimpulkan, sepertinya dia masih memiliki sedikit dendam pribadi ke lo, sepertinya dia masih belum sepenuhnya dapat memaafkan atas apa yang pernah dulu lo perbuat kepadanya, gue ketahui dari saat setelah dia menabrak Aning waktu itu, dia justru terlihat sangat puas, sedang gue juga denger dia berkata “rasain gue bikin mampus juga sekalian nih anak, biar lo rasain juga nanti penderitaan hidup lo kayak apa? saat harus kehilangan orang2 yang penting dan berarti dalam hidup lo! inilah akibatnya jika lo dulu berlaku kurang ajar” sebenernya gue kurang tahu siapa yang dimaksudkanya dalam perkataanya itu, karena dia sama sekali gak menyebutkan nama, tapi dari melihat track recordnya, dan kepada siapa dia memiliki dendam, sepertinya tak ada orang lain yang lebih pantas kecuali lo Gri, selain lo gue yakin gak ada yang cukup berani
Gue : Begitukah! baiklah! mungkin dia akan gue targetkan ketika besok gue pulang, akan gue pastikan bahwa dia mendapat apa yang pantas untuk dia dapat, paling ringan mungkin akan cukup gue laporkan, biar dia rasakan bagaimana rasanya mendekam dalam bui, sedang terberat mungkin dengan kehilangan anggota tubuh, atau mungkin juga nyawa, akan gue pastikan dia mendapat balasan terkejam yang sebelumnya tak pernah dia bayangkan
Irfan : Sip! kapan pun lo siap Gri! ajak gue serta! kita tunjukkan malapetaka untuknya
Santo : Gue tahu kalian berdua memang cukup gila untuk bisa melakukanya, tapi pikirkan juga kemungkinan selanjutnya, apa kalian siap menempuh resikonya jika berani menyentuhnya, kalian tahu orang tuanya jelas bukanlah orang sembarangan, sekarang dia mungkin hanya perangkat desa, tapi jabatan sebelumnya dia adalah petinggi TNI yang cukup disegani, hanya dengan sekali kontak kemungkinan bekas anak buahnya akan segera mengepung rumah kalian
Gue : Jika itu bener! kenapa mesti kita harus takut, kita berhak kok menuntut keadilan, akan kita buat Wira bertanggung jawab atas perbuatanya, masalah nanti anak buah bapaknya yang maju, itu juga tak perlu khawatir! gue rasa yang seperti itu gak akan terjadi kok, karena mereka2 yang saat ini sedang berdinas aktif tentunya juga gak akan cukup bodoh, mereka pasti mikir2 dulu jika harus dikerahkan demi untuk menghadapi seorang warga sipil
Santo : Baiklah, apa yang menurut kalian baik aja, gue serahkan semua pada kalian, mungkin gue hanya akan bantu2 dikit aja saat kalian butuhkan, jadi cukup begitu aja pembicaraan kita hari ini, karena semua maksud gue telah tersampaikan, berikut dan selebihnya tinggal bagaimana nanti kalian menanggapinya, terima kasih karena telah diberikan waktu untuk gue dapat berterus terang, dan maafkan atas semua kebodohan gue sebelumnya, gue pamit sekarang!
Setelahnya bergantian Santo dan Irfan pamit, hingga sekarang tinggal menyisakan gue sendiri di dalam kamar kost, sejenak gue memikirkan lagi tentang perkataan Santo sebelumnya, gue masih gak habis pikir kenapa lagi2 harus Wira yang jadi penyebabnya, apakah dia benar2 telah memiliki sebuah dendam ke gue, belum cukup dulu Astri dia ambil dari tangan gue, dan sekarang yang juga baru gue ketahui bahwa Aning pun juga dipisahkan dari gue juga atas perbuatanya, entah hukuman apa nanti yang seharusnya pantas untuknya, apapun itu gue tak hanya akan tinggal diam saja, ada saatnya nanti dia harus mendapatkan balasan dari gue, tapi bagaimana selanjutnya dengan Astri? apa dia akan baik2 aja jika terjadi apa2 dengan suaminya, bagaimana keberlangsungan hidupnya nanti? jika tanpa adanya seorang laki2 kepala keluarga dalam rumah tangganya, terlebih saat ini dia sedang membutuhkan seseorang untuk menemaninya bersalin, sial kenapa gue harus dihadapkan lagi pada masalah seperti ini, kenapa cobaan selalu datang silih berganti dalam hidup gue, kenapa Tuhan tak membiarkan gue sejenak beristirahat dan membiarkan gue untuk sedikit berbahagia
Keesokan hari setelah pulang dari bekerja gue diajak Irfan ke tempat seorang kenalannya yang katanya hendak menjual motor, dia meminta gue waktu itu untuk menemaninya, juga sekaligus ingin meminta pendapat gue tentang motor yang hendak dia beli, mengikuti sebuah alamat yang terdapat di sebuah pesan sms akhirnya kita pun tiba di alamat tersebut, sebuah kampung yang sepertinya sedikit memiliki hubungan dengan alamat tempat tinggal Risma dulu, karena sekilas memiliki nama awal yang sama, berikutnya setelah urusan mengecek semua kelengkapan alat bukti kendaraan dan surat menyurat sudah dilakukan hingga proses deal harga, Irfan akhirnya jadi mengambil motor tersebut, selanjutnya bergegas pulang untuk mengambil sejumlah kekurangan untuk pelunasan, gue yang memang gak ada kerjaan lebih memilih untuk tetap disana, dan karena cukup penasaran dengan nama kampung tersebut yang memiliki kesamaan dengan kampung tempat Risma tinggal, gue mencoba menanyakan hal tersebut ke bapak2 si penjual motor, karena gue yakin dia asli orang situ karena tinggal menetap
Quote:
Gue : Maaf Pak, apakah Bapak mengetahui alamat rumah ini? (sambil menyerahkan sebuah catatan berisi alamat rumah yang dulu sempat ditinggalkan Risma untuk gue) apakah jauh dari sini letaknya?
Bapak2 : Siapa yang mau adek cari? kebetulan kampung itu sekarang sudah gak difungsikan lagi dek, sekarang sudah berubah jadi kubangan lumpur, sudah sejak lama akibat bencana lumpur lapindo tahun 2006 sudah dikosongkan dari lahan hunian, banyak warganya kini yang telah mengungsi dan menempati lahan relokasi yang disediakan oleh pemprov, jika saudara atau keluarga belum lama pindahnya dan masih dapat dikontak, adek bisa memulai mencarinya ke balai kota, mungkin masih ada disana datanya, para warga yang tanah dan rumahnya dulu ikut terdampak, nanti akan dibantu menemukan alamat rumah mereka yang baru, soalnya agak sulit dek mencari nya sekarang, soalnya kampung yang terkena dampak dulu cukup banyak, dan lagi di lahan relokasi yang sekarang nama kampungnya juga telah berubah
Gue : Oh begitu ya Pak, terima kasih atas informasinya, kebetulan yang saya cari bukan kerabat ataupun keluarga kok, cuma seorang kenalan yang dulu sempat saya janjikan untuk main ke rumahnya
Bapak2 : Sepertinya sulit jika mencari dari sekedar nama, terlebih bukan nama pemilik langsung rumah tersebut, sepertinya sangat mustahil bisa ditemukan kalau cuma berdasar itu, terlebih gak ada kontak maupun foto
Gue : Iya saya tahu Pak, tapi saya gak akan berhenti mencoba, sampai dia ketemu mumpung saya sudah berada disini
Bapak2 : Sepertinya ada hubungan batin ya dengan orang yang sedang adek cari, lebih tepat jika boleh Bapak menebak, dia adalah seorang gadis yang dulu pernah kamu janjikan untuk menikahinya, apa benar?
Gue : Eh, kok bapak bisa tahu! kami memang memiliki sebuah janji dulu, tapi tak sampai sejauh itu juga, kami dulu hanya kenal singkat saat kami masih sama2 SMP, tapi keadaan kan sekarang bisa saja telah banyak berubah, siapa tahu dia sekarang telah berkeluarga dan bahagia dengan rumah tangganya
Bapak2 : Apapun itu Bapak minta adek jangan menyerah ya, kemungkinan walau sekecil apapun itu pasti masih ada, mungkin saja dia berada diantara mereka yang masih setia hingga sekarang, menunggu sampai nanti saat adek temukan
Gue : Amin semoga saja Pak!
Gue baru pamit setelah Irfan balik dari mengambil uang utuk pelunasan pembayaran motornya, keesokan harinya gentian gue minta tolong anter Irfan ke balai kota bermaksud untuk mencari alamat rumah Risma, berbekal uang pelicin 50 ribu, isi bensin pulang pergi, dan satu pak rokok, dia pun bersedia absen kerja demi untuk menemani gue, sampai disana ternyata omongan Bapak2 yang kemaren rupanya benar adanya, sangat sulit memang mencari seseorang yang kita sendiri gak ada kontak maupun fotonya, adapun sebuah foto yang bisa gue tunjukkan adalah foto usang belasan tahun yang lalu saat gue dan Risma masih jadi bocah SMP, jelas saja tak akan banyak berguna, karena keadaan dan penampilan kita sekarang tentu sudah jauh berubah
Merasa tak membuahkan hasil, gue pun pulang dengan perasaan sedikit kecewa, bagaimana tidak satu2nya orang yang gue harapkan untuk bisa gue temui di kota ini ternyata tak dapat gue temukan, apakah ini jadi salah satu dari beberapa permintaan gue yang tak pernah terkabul, semoga saja tak seperti itu, perasaan kecewa gue menjadi sedikit terobati dengan gue sibuk bekerja, gue bahkan menambah daftar lembur yang biasanya selalu gue hindari, lagian apa yang musti dan mau gue kerjain selama di kost? bosan hanya sendiri dan tak melakukan apa2, jatuhnya justru melamun membayangkan kenangan2 dan hal buruk yang dulu menimpa gue, tentu gue tak mau terus seperti itu
Suatu malam yang gak begitu gue inget tanggalnya, kebetulan gue lupa membawa hp, hp sengaja gue tinggalkan tetap di kost waktu itu, sedang gue sendiri bepergian menghadiri sebuah acara yang diadakan oleh teman sekantor, acara sendiri baru barakhir setelah jam mendekati tengah malam, begitu gue setiba di kost, buru2 gue cek hp dan mendapati telah ada puluhan panggilan tak terjawab, dan ratusan sms dari nomor berbeda diantaranya dari Mas Nugie, Mbak Widia, Nindy, Vani, juga Irfan, gue sadar jika saat ini gue memang sedang jomblo, tapi tak segitunya juga mereka berhak menuhin notif di hp gue dengan pesan dan panggilan dari mereka, ini cukup berlebihan jika yang dimaksudkan nya untuk sekedar menghibur, menunjukkan perhatian dan rasa kepedulian mereka, sungguh gue merasa terhina, sebagian banyak panggilan dan pesan masuk pada sekitar jam 8 an malam, saat yang sama dimulainya acara malam itu, sedikit gue baca sms mereka satu persatu dan setelah gue mengetahui intinya, justru gue kemudian shock! gue gak pernah sangka bahwa mereka menghubungi gue atas maksud yang gawat, bukan dengan maksud bercanda menghabiskan bonus pulsa mereka seperti biasanya, mereka mengabarkan bahwa Astri gagal melewati operasi persalinanya karena terlambat waktu dibawa ke rumah sakit, sedang saat itu dikabarkan juga bahwa Astri dan bayinya telah dinyatakan meninggal dunia, sumpah hancur perasaan gue waktu itu, walaupun saat itu gue tak memiliki hubungan apapun denganya, tetaplah dia orang yang pernah gue kenal sebelumnya, yang sempat pula gue titipkan kasih sayang gue, sudah pasti ada rasa kehilangan itu walau mungkin hanya sedikit
Berikutnya gue hubungi balik Mas Nugie, menanyakan kebenaran khabar tersebut, dan langsung dibalasnya bahwa khabar itu adalah benar, saat itu juga tanpa berpikir panjang gue memutuskan untuk berkemas dan bersiap pulang, tak seperti biasanya yang gue selalu menempuhnya dengan jalur kereta, hanya kali itu saja gue tempuh dengan pake motor, persetan keadaan tengah malam, dan keadaan jalanan yang ramai dipenuhin dengan truk2 pengangkut pasir, juga bus2 patas yang berseliweran, tujuan gue hanya satu, untuk segera pulang guna melihat jenazah almarhumah untuk terakhir kali sebelum besok dikebumikan
Gue ngebut untuk dapat segera sampai, dan baru setelah bertepatan dengan kumandang adzan subuh atau lebih tepat sekitar jam 4 pagi gue baru tiba di pelataran rumah sakit tempat disemayamkanya jenazah almarhumah yang terakhir, segera gue cari ruangan tempat jenazah Astri dan bayinya telah dipindahkan, hingga tepat pada sebuah lorong gue dapati Mas Nugie, Mbak Widia, Vani juga Nindy yang telah juga berada disana, tak ada satupun dari mereka yang wajahnya tak diliputi raut kesedihan, walau telah bersusah payah mereka coba berusaha untuk tegar tetap saja tangis itu tak menghilang dari wajah mereka, gue masuk ke dalam ruangan tersebut untuk memberi penghormatan terakhir kepada almarhumah, gue lihat disana almarhumah telah disucikan dan dipakaikan kain kafan, begitu gue selesai memberi salam perpisahan untuknya gak tau kenapa air mata gue ikut jatuh tertumpah, sepertinya belum lama gue mengenalnya tapi saat ini gue harus kehilangannya, seakan tak sanggup gue mengatasi perasaan ini karena belum lama juga gue telah ditinggalkan oleh seorang Aning, sekarang kenapa harus dia juga yang pergi, kenapa hidup begitu tak adil? kenapa orang2 disamping gue harus mendapatkan nasib yang naas, apakah ini semua kesalahan gue, apa kehadiran gue selama ini hanya buat sial bagi mereka?
Berikutnya gue keluar dan menemui mereka yang sedari tadi telah menunggu, tiba2 saja gue jatuh terhuyung dari tempat gue duduk, gak tau dengan alasan apa, kepala gue terasa seperti dijatuhi beban yang berat sehingga gue gak sanggup lagi dapat menahanya, rasa pusing yang teramat sangat dan dada yang sesak yang berikutnya dapat gue rasakan, setelah itu gue tak ingat apapun lagi, gue baru saja tersadar setelah menemukan tubuh gue tengah berbaring di atas pangkuan Nindy, sambil dia sesekali sibuk mengoles balsem ke ujung hidung gue, gue lihat hari sudah pagi waktu itu, mungkin sekitar setengah 6, dan gue lihat telah ada beberapa pegawai rumah sakit yang sibuk berlarian hendak memindahkan jenazah ke dalam mobil ambulans, telah hadir juga disana saat itu keluarga gue Bokap Nyokap serta juga temen2 gue lainya yaitu Beruk, Putri dan Nisa, mereka tak berhenti menghibur gue atas musibah yang terjadi
Dari semua yang gue temui disana, hanya ada satu orang yang sama sekali gak kelihatan batang hidungnya sejak gue datang, Wira yang tak lain justru adalah suami almarhumah sendiri malah tampak tak hadir disana, entah atas keperluan dan kesibukan apa sehingga dia beralasan tak dapat hadir, kedaan yang benar2 tak bisa gue benarkan dan maklumkan, seorang yang justru telah lalai menjaga dan melindungi seseorang yang seharusnya dalam perlindunganya, bahkan menelantarkan istrinya sendiri yang berjuang atas maut, sama sekali tak pantas untuk dapat gue maafkan, jika saja segera kutemukan cara untuk menghukumnya waktu itu juga, akan kurencanakan balasan dan siksaan yang teramat pedih untuknya, sehingga dia sendiri meminta untuk tak dilahirkan di dunia, dan memilih untuk mati