Quote:
“hmph. Hmph.”, terdengar suara Luna menahan sesuatu
.
Stimulusnya semakin berasa dan membuatku sering menarik nafas, bagitu juga Luna yang sering mejenpit tanganku. Kami benar-benar tidak bisa berhenti, kepalaku sudah mulai mendidih. Seakan ingin meledakkan sesuatu yang terus ku tahan dari tadi, sampai tiba-tiba Luna berhenti.
“you can’t do it”, katanya
“maksud kamu yang?”, tanyaku sambil mengatur nafas
“it’s hot and I think gonna explode soon. But I won’t allow it”, katanya
Benar-benar perasaan yang tidak enak, seperti makan sesuatu yang enak tapi tidak bisa di telan, nyangkut di tenggorokan. Akupun bersandar di sofa dan merapihkan pakaianku, tanganku sudah cukup pegal bermain disana, Luna pun merapikan pakaiannya namun masih tiduran di pahaku.
“jahat sih yang”, kataku
“biarin. Kamu harus bisa tahan”, katanya
“kenapa coba? Kamu aja ga di tahan”, kataku
“ye, biarin dong. Lagian pegel yang”, katanya sambil menyentuh pipinya
“siapa suruh, dasar”, kataku memencet hidung Luna
“aku ke bilas dulu yang”, katanya yang lalu bangkit dan meninggalkanku.
Tak lama ada sms dari Wina, dia mengatakan lokasi di mana dan kapan kami akan ketemuan. Akupun membalas ok dan basa basi seperlunya.
“siapa yang?”, kata Luna dari kejauhan
“Wina”, kataku
“mau kemana?”, kata Luna yang duduk di sampingku
“ni yang”, kataku sambil melihatkan smsnya
“ngedate nya private banget yang”, kata Luna
“private gimana yang?”, tanyaku
“tempatnya yang private”, kata Luna
“emang kamu tau tempatnya kaya gimana?”, tanyaku
“ga tau sih, Cuma pernah denger aja, kaya bioskop mini gitu, max 10 orang yang bisa masuk”, katanya
“sapa tau kan ramean yang”, kataku
“asal kamu inget aja sama aku”, katanya memencet hidungku
“iya sayang, dari sana juga aku kabarin ko”, kataku
“iya sih, tapi 2 hari loh yang kamu sama dia, tetep aja aku cemburu”, katanya
Akupun hanya mengelus kepala Luna. Kami pun menunggu sampai Luna di jemput oleh ayahnya, dan aku pun menyampaikan pesan dari ayahku. Setelah menunggu luna pulang akupun langsung ke kamarku dan tidur.
Sisa ujian aku lalui dengan biasa, aku dan Luna tetap belajar bersama sampai hari terakhir ujian. Pada hari terakhir ujian Luna memintaku menemaninya di rumah karena keluarganya sedang pergi ke luar kota dan pulang tengah malam.
“yang, kamu nginep ya di rumah, aku dah bilang kan ga ada orang di rumah”, katanya
“aku bilang ayah dulu ya”, kataku sambil mengambil hp dan menghubungi ayahku dan agak menjauh dari Luna.
Tak lama akupun kembali.
“gimana yang?”, tanya Luna
“ga bisa yang”, kataku
“yah, ga boleh sama ayah kamu?”, tany nya
“iya yang, ga bisa”, kataku
Luna pun murung, dan duduk di depan gerbang.
“kenapa yang?”, tanyaku
“ga tau yang, padahal hari terakhir ujian dan aku di rumah sedirian, pengen di temenin kamu tapi ga bisa. Lemes”, katanya bersandar di pundakku
“nih”, kataku memberikan hpku
“Teostraaaaa! Sumpah kamu kalau udah jail tuh bikin kesel tau ga!”, katanya sambil mencibuti perutku
“aduh yang sakit. Ampun. Ampun”, kataku
“mesra banget sih kalian”, sapa Rathi
“eh, Thi, baru pulang?”, tanya Luna
“iya nih, abis dari kantin. Kalian mau pulang?”, tanya Rathi
“iya Thi, duduk sini”, kata Luna
Rathi pun duduk di sebelah Luna.
“gimana Thi ujiannya?”, tanya Luna
“bisa Lun, aman lah, kamu?”, tanya Rathi
Akupun berdiri dan berjalan kearah tukang cimol.
“ih sayang! Maen pergi aja”, kata Luna
Akupun tidak menjawab dan membeli cimol. Cimolku pun sudah jadi dan aku duduk di tukang cimol.
“hei! Teostraaaaaa! Kamu ngapain malah disini”, kata Luna mencubit pipiku.
“makan”, kataku
“sendirian aja sih makannya”, katanya
“laper”, kataku
“sumpah Teostraaaa!!!”, cubitan Luna semakin keras.
“aduh sakit yang. Ampun”, kataku
“mangkanya temenin aku”, katanya menarikku kembali duduk dengan Rathi
“iya”, kataku
Luna dan Rathi melanjutkan obrolan mereka sedangkan aku menikmati cimol. Sampai cimolku habis, mereka belum selesai ngobrol. Akupun berjalan ke tukan somay dan yang lainnya. Sampai habis makananku mereka masih ngobrol.
“kenyang!”, kataku agak keras
“ih, makan cimol ko kenyang. Aneh kamu mah”, kata Luna
“ga liat kamu aku lagi megang apa ini”, kataku
“bungkus batagor. Ih kamu makan batagor juga?!”, tanya Luna
“sama somay, sama cilok, sama…..”, belum selesai aku bicara Luna mencubit pipiku.
“sumpah Teooooo! Kamu ga bagi-bagi makannya”, katanya masih mencubit pipiku
“mesra ya, aku cemburu”, kata Rathi melihat kami dengan senyum