--------------------------
27 agustus 2013


Tiba waktunya bagi ane untuk berangkat merantau lagi melanjutkan kuliah. Di pagi buta itu ane harus kembali meninggalkan keluarga dan kampung halaman, berat rasanya meninggalkan mereka saat perekonomian keluarga tengah kritis. Ane hanya berdoa saat itu " ya tuhanku jagalah mereka seperti mereka menjagaku saat kecil". Di tengah pagi yang gelap ane melangkah meninggalkan tempat yang penuh kenangan dalam hidup ane.

Sepanjang perjalanan di kendaraan umum tak lepas dari pemikiran kampung halaman dan kuliah. Siang itu udara begitu teriknya, kulihat ada badut yang terlihat sedang menghibur di pinggiran jalan, iseng-iseng ku ambil hp dan ku potret dari dalam mobil yang sedang berjalan.





Dalam hati berpikir, hidup ini terkadang seperti tempat kompetisi namun terkadang hidup ini seperti tempat untuk menunjukkan jati diri seseorang, tak heran bila pekerjaan setiap orang beraneka ragam.

Sekitar jam setengah empat sore ane akhirnya sampai di kosan, cukup sepi karena belum terlihat ada yang datang. Ku buka pintu kosanku dan ternyata... banyak barang ! Entah siapa yang naruh banyak barang di kosan.

Setelah ane tanya mak ayoh dan ibu kost ternyata yang menaruh barang di kosan ane dana dan temennya, temennya dana ternyata di tempat kostnya udah habis kontraknya hingga barangnya dipindah ke kosan ane.

Sendirian ane di kosan tidur malam itu karena belum ada satupun yang datang. Terkadang ane sudah terbiasa tidur sendiri di kosan, sehingga ane tidak pernah takut saat tidur malem (ya udah gede lah masa takut haha). Sesekali ane smsan dengan nay untuk menghilangkan kesepianku (awal pertama kenal dia begitu polos, tidak seperti sekarang).

Beberapa hari kemudian said datang ke kosan, masih teringat saat malam itu mati lampu, gerah terasa dan susah banget ane untuk tidur hingga coret-coret di buku. Soal nyamuknya jangan tanya, disini gudangnya nyamuk harus pake selimut berlapis, pake obat anti nyamuk atau lotion kurang mempan, mental nyamuk disini begitu kuat-kuat


Memulai semester baru

--------------------------
September 2013

Semester tiga telah dimulai, banyak sekali perubahan mulai dari anak kelasku yang mulai berkurang hingga dikosanku dan sekitar kosanku berubah. Dana pindah kosan bersama teman-temannya, tetapi ada gantinya isan (nama samaran) orang minang yang pindah ke kosan ane.

Kosan sebelah pun kini bertambah personilnya (kayak boyband aja haha) dua orang, dan kini anggotanya menjadi lima orang. Masa-masa kehidupan kosanku dan perkuliahan telah kembali di mulai !


Kemandirian

-------------------------
Sep - okt 2013

Keuangan keluargaku semakin kritis, mau tak mau ane harus mulai mandiri demi mengurangi beban orang tua. Kali ini ane mulai belajar bisnis reseller, kebetulan ada produk yang ditawarkan oleh kakak kelas untuk dijual. Ane pun tertarik untuk menjual produk tersebut (produknya makanan cemilan kripik pisang).

Ane bawa produk tersebut ke kampus, alhamdulillah laku. Selain itu ane juga menjual kripik pisang ke komplek perumahan, sering ane jalan ke sana namun susah untuk cari jalan keluar (berputar-putar kayak masuk labirin hehe). Terkadang saat mulai rintik-rintik turun hujan ane pun pulang ke kosan.

Hasil yang di dapat cukup lumayan, meskipun berjualan cuma bertahan dua bulan namun setidaknya hasil bisnis tersebut ane bisa beli hp merek cr**s x c1 yang suaranya nyaring-nyaring gitu

Menjadi mandiri itu perlu proses, seperti burung yang belajar terbang perlu proses untuk bisa benar-benar mengudara mengepakkan sayap-sayapnya.



Kisah dari organisasi

--------
2013

Tepat di semester ini ane mulai ikut organisasi, suatu hal yang ane damba-dambakan sebelumnya. Ane dulu melihat sebelum ikut organisasi sepertinya bakal indah namun ternyata tidak seindah bayangan.

Di organisasi sibuk dengan program kerja, awalnya terasa tertantang untuk mengarungi bahtera organisasi selama satu tahun tapi nyatanya baru beberapa bulan saja sudah drop.

Adanya tekanan batin telat kiriman hingga mencoba mencari penghasilan tambahan mempengaruhi semangat ane dalam berorganisasi.

Saat itu jujur ane belum dewasa dalam menghadapi setiap permasalahan, terkadang ane selalu lari dari kenyataan. Namun akhirnya ane sadari bahwa tak bisa ane terus menerus menghindari masalah, ane harus menghadapinya dan harus dewasa dalam bersikap.



Hidup mahasiswa !!

---------------------
Oktober 2013

Ketiga kalinya ane ikut aksi (demo) mahasiswa saat itu, seakan tak ada kapoknya ane ikut aksi lagi. Dua kali aksi mahasiswa di tempat yang sama yaitu di depan istana negara.

Seakan tak ada kapoknya ane ikut lagi, padahal pada saat itu di waktu aksi pertama berujung ricuh. Kejadian itu terjadi setahun sebelumnya, tepatnya 18 oktober 2012.


***

Mundur !!!!
Mundur !!!!

Sore itu suasana begitu chaos, ane lari duluan saat terjadi chaos sampe sampe teman ane nyariin ane sampai ngontak no hape ane. Terus terang ane tak tahu kalo ada demo mahasiswa akhirnya ricuh.

Padahal saat demo mulai sekitar jam 10 pagi berjalan lancar-lancar saja tak ada gesekan yang berarti antara aparat dan mahasiswa. Pertama kali ikut demo begitu capek juga apalagi harus jadi border (barisan) yang melindungi orang berorasi di mobil.

Panas cape itu sudah pasti, sesekali terkadang ada konsumsi roti buat pengganjal rasa lapar. Saat udah lelah ane beristirahat di tenda-tenda yang tersedia di sekitar monas.

Semakin sore tensi pun berubah, alhasil terjadi kericuhan antara mahasiswa dan aparat hingga orang-orang yang dianggap provokator ditangkap. Sedangkan yang lainnya berhamburan berlari menuju gedung radio R*I yang tak jauh dari istana negara.



Sepanjang perjalanan pulang tak hentinya berbicara kejadian waktu siang, macet di jalan pun tak terlalu di rasa. Sekitar jam setengah sembilan malem baru nyampe ke kampus.

Perasaan saat itu campur menjadi satu, menyesal telah terprovokasi kakak kelas namun satu sisi senang dengan kegiatan yang berlangsung. Sampai-sampai ketika lihat berita di tv ternyata ada beritanya, setidaknya bisa masuk tv sekali-sekali


***

Entah apa yang ada di pikiran ane saat itu, ane malah ikut-ikutan lagi. Kali ini bagian adek kelas yang banyak ikut aksi demontrasi mahasiswa (banyak yang terprovokasi ternyata)

Kali ini agak cepet berangkatnya, sesampainya disana semua diam sejenak dan kemudian semua siap-siap bergerak menuju istana negara. Berjalan sambil membuat border menutupi orang yang berada di atas mobil berorasi.

Seperti biasa panas dan capek, namun kali ini ane gak terlalu berniat ikut demo. Sesekali ane beristirahat lalu keliling sekitar monas ( sambil demo sekalian jalan-jalan) hehe

Sore hari tensi kembali memanas seperti biasa, dimulai dari bakar-bakaran hingga suara gaduh lainnya. Ada kejadian lucu juga, kakak kelas sebut saja namanya bang lombok (dipanggil begitu karena dia orang lombok) mencoba melempar petasan kembang api namun ternyata kembang apinya bukan mengarah ke atas tapi mengarah ke petugas pengaman, alhasil tambah ricuh. Ane cuma melihat dari kejauhan, dan tak lama yang lain berhamburan. Ada yang di amankan, ada juga yang terkena gas air mata.

Seperti biasa kumpul di gedung radio R*I sebelum pulang, tak lama kemudian setelah bus jemputan datang semuanya pun pulang.


Amplop

------------------------
Desember 2013

Semangat ane tak selalu stabil dalam menjalani kuliah, kadang ane selalu drop banget dan ingin sekali berhenti kuliah. Keadaan ekonomi keluarga makin memperburuk keadaan dan ingin sekali membantu perekonomian keluarga.



Ane galau banget saat itu hingga terbesit untuk menelpon guru sekolah asal



Percakapan via telepon pun ditutup, saran itu tak pernah terpikirkan sama ane sebelumnya. Tak selamanya penyelesaian masalah di tanggung sama diri sendiri, terkadang perlu dua kepala atau lebih untuk menyelesaikan masalah yang ada.

Ane pun coba menghubungi kak aya, kakak kelas yang sudah lulus dan bekerja di kampus ane lewat sms.



Sorenya ane ke kampus untuk bertemu kak aya, hati bertanya-tanya ada apa gerangan?

Setelah sekian lama menunggu kak aya hadir



Terus terang ane malu dan tak ingin menerimanya saat itu, tapi keadaan yang terjadi ane harus menerima amplop itu dan juga tak baik menolak rezeki.

Seratus ribu rupiah, itu isi di amplop tersebut. Setidaknya sementara waktu ane bernafas lega atas beban-beban yang dipikul selama ini mulai terasa ringan.

Saat itu ane berjanji jika suatu saat punya uang lebih ane mau membantu orang lain yang senasib denganku..


Next part : kejutan di akhir semester tiga