- Beranda
- Stories from the Heart
Black Part Of Woman
...
TS
anism
Black Part Of Woman
Spoiler for Peringatan:
Spoiler for Anissa : Aku Bukan pramuria:
Spoiler for Ibu?!:
Spoiler for I Must Found a Father for You:
Wanita itu unik. Karena itu perlakuan terhadap mereka pun berbeda-beda dan spesial.
mereka selalu punya cerita menarik yang pantas disimak
Anism & (edit by) Fanzangela
Diubah oleh anism 30-05-2019 11:43
devarisma04 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
48.2K
379
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
anism
#165
Kemarahan
Hp Anissa berdering dari tadi. Anissa meninggalkannya di galeri. Ario yang sedang membersihkan galeri berteriak memanggil Anissa.
‘Pasti anak itu ketiduran pas bermain bersama Bima’. Ario meraih ponsel Anissa. Disana panggilan masuk itu memampang sebuah kata. ‘Papa’.
“Bapaknya. Aku angkatkan tidak ya?”, Ario menimbang-nimbang. Berhubung dia ingat tidak ada kata-kata yang enak didengar kalau itu berasal dari papa Anissa. Apalagi kalau yang mengangkatnya adalah dia. Tapi, ya sudahlah. Anissa juga pasti kecapean. Kalau papa Anissa mengamuk, dia tinggal mengantarkan putri kesayangan Bapak tersebut pulang ke rumah.
“Halo”, ada napas yang tertahan pada ucapan Ario.
“Anissa, kamu di mana sayang? Papa mau ajak kamu ketemu tante nih.”
- Tante?- Oh, Ario ingat. Pasti maksudnya wanita yang mereka temui saat itu bersama Anissa. Selingkuhan Papa Anissa.
“Maaf om. Ini Ario. Anissanya lagi tidur.”, ujar Ario jujur.
“APA?!! BA*GS*T! KAMU APAKAN PUTRIKU?! DI MANA KAMU?! JANGAN COBA-COBA MATIKAN TELEPONNYA?! K*PAR*T!”, maki papa Anissa layaknya kereta api.
Telinga Ario panas sekali mendengar makian calon “bapak mertua” nya. Oh dia cuma bakal menganggap Ibunya Anissa saja. Anggap saja ayahnya Anissa sudah bercerai dengan ibunya. Jadi lelaki yang tidak sopan ini bukan ayahnya Anissa lagi.
“Om, sabar om… Anissanya lagi tidur di kamar bersama keponakan saya. Ada ibu keponakan saya juga. Saya berada beberapa meter di luar kamar tersebut.”, Ario tidak tahu kenapa dia harus membuat penjelasan yang lebih layak disebut laporan ini kepada ayahnya Anissa.
“Kamu ini gimana toh? Gak bisa sadar kamu ya? Kamu pikir donk pakai akal sehatmu. Putri kami itu masih lugu. Dia sekarang belum sadar kalau kamu ini orang gak punya masa depan. Jadi tolong jangan berlagak baik-baik untuk membodohi putri kami. Ngerti kamu?! Pulangkan putri saya. Malam ini kalau dia belum pulang. Aku bakal lapor polisi.”, marah ayah Anissa.
Dan seperti biasa tanpa memperdulikan apa Ario akan berbicara atau tidak. Ayah Anissa segera mematikan teleponnya.
Hp Anissa berdering dari tadi. Anissa meninggalkannya di galeri. Ario yang sedang membersihkan galeri berteriak memanggil Anissa.
‘Pasti anak itu ketiduran pas bermain bersama Bima’. Ario meraih ponsel Anissa. Disana panggilan masuk itu memampang sebuah kata. ‘Papa’.
“Bapaknya. Aku angkatkan tidak ya?”, Ario menimbang-nimbang. Berhubung dia ingat tidak ada kata-kata yang enak didengar kalau itu berasal dari papa Anissa. Apalagi kalau yang mengangkatnya adalah dia. Tapi, ya sudahlah. Anissa juga pasti kecapean. Kalau papa Anissa mengamuk, dia tinggal mengantarkan putri kesayangan Bapak tersebut pulang ke rumah.
“Halo”, ada napas yang tertahan pada ucapan Ario.
“Anissa, kamu di mana sayang? Papa mau ajak kamu ketemu tante nih.”
- Tante?- Oh, Ario ingat. Pasti maksudnya wanita yang mereka temui saat itu bersama Anissa. Selingkuhan Papa Anissa.
“Maaf om. Ini Ario. Anissanya lagi tidur.”, ujar Ario jujur.
“APA?!! BA*GS*T! KAMU APAKAN PUTRIKU?! DI MANA KAMU?! JANGAN COBA-COBA MATIKAN TELEPONNYA?! K*PAR*T!”, maki papa Anissa layaknya kereta api.
Telinga Ario panas sekali mendengar makian calon “bapak mertua” nya. Oh dia cuma bakal menganggap Ibunya Anissa saja. Anggap saja ayahnya Anissa sudah bercerai dengan ibunya. Jadi lelaki yang tidak sopan ini bukan ayahnya Anissa lagi.
“Om, sabar om… Anissanya lagi tidur di kamar bersama keponakan saya. Ada ibu keponakan saya juga. Saya berada beberapa meter di luar kamar tersebut.”, Ario tidak tahu kenapa dia harus membuat penjelasan yang lebih layak disebut laporan ini kepada ayahnya Anissa.
“Kamu ini gimana toh? Gak bisa sadar kamu ya? Kamu pikir donk pakai akal sehatmu. Putri kami itu masih lugu. Dia sekarang belum sadar kalau kamu ini orang gak punya masa depan. Jadi tolong jangan berlagak baik-baik untuk membodohi putri kami. Ngerti kamu?! Pulangkan putri saya. Malam ini kalau dia belum pulang. Aku bakal lapor polisi.”, marah ayah Anissa.
Dan seperti biasa tanpa memperdulikan apa Ario akan berbicara atau tidak. Ayah Anissa segera mematikan teleponnya.
Diubah oleh anism 22-06-2017 21:07
0