Sebuah perusahaan yang sudah diakui telah banyak melahirkan karya-karya hebat dari tangan para seniman pekerjanya. Raka,pemuda yang memutuskan keluar dari pekerjaan lamanya karena persaingan ideolagi yang tak kunjung reda,akhirnya memutuskan pergi untuk melamar masuk ke Fruits.
Pemuda biasa tanpa banyak pengalaman mendesain karya seni,apa yang bisa dia lakukan?
Q :PM artinya Private Message bukan Personal Message,bro? A : mmh.. baru nyadar kemarin. Q : Fiksi aneh-aneh lagi? A: mmh.. Fiksi 99% tanpa ada riset sungguhan, jadi tingkat kesamaannya dengan dunia nyata sangat diragukan. Q : Pesan moral keseluruhan cerita aja,langsung? A : pakai helm saat berkendara motor sama stop ngeluh di saat macet (seriously!)
"Raka.. Aku ingin pakai kamar mandimu,tolong pinjami aku handuk.."
"Ahh.. Kamu sudah bangun.... Sebentar,aku ambilkan"
"Antarkan ke sana,yah?"
"Ini.. Ambil"
"Makasih~"
"Wehh!? Deliaa!?? Tanganmu?"
"Hmm?? Ada apa dengan tanganku?? Cepat berikan handuknya,sinii.."
"Tunggu.. Tunggu! Ada apa dengan tangan kananmu??"
"Hihhh!!! Ada apa sih,Raka! awaas..singkirkan tanganmu!"
Ini.. Mimpi?
Ahh,Delia masih belum bangun rupanya.. Sudah jam berapa ini?
Aku bangun sebelum alarmku berbunyi,kah? Nggak yakin sama sekali..
......
Benar kan? Ternyata kami telat 1 jam lebih kali ini.
"Aku benar-benar berdoa dengan tulus,semoga kalian berjodoh.. Deli-Ka" ledek Mia yang tau kami berdua sama-sama berangkat telat ke kantor.
Chapter 15 |His dream
Semalam itu aku mimpi apa yah? Aneh..
Aku kira aku bermimpi tentang dua hal... Tapi yang satunya sangat terasa nyata,
Sedangkan yang satunya begitu singkat.. Berebut handuk dengan Delia di kamar mandiku.
Tapi... Delia yang ku lihat di mimpi sangat berbeda..
Dia memiliki kedua tangannya secara utuh....
Apa artinya?
"Yoo.. Lama nggak ketemu, dari mana saja?" sapaku pada si Mia.
"Baru sehari kalii.. Kemarin aku ada urusan di kantor cabang" jawab Mia mendaratkan dudukannya ke sebelah tempatku duduk.
"Geser sana.. "
"Hmm.."
"Nah,sip.. Sudah"
"Raka, kenaikan kelasmu sudah nggak bisa dihindari lagi.. Delia sudah mantap mengangkatmu akhir periode ini" kata Mia membuka pembicaraan dengan informasi baru tentangku.
"Jadi.. Kabarnya,apa ada yang akan digugurkan hari senin depan? Mia"
"Nggak tau.. Yang jelas walaupun junior-junior tengil itu nggak lulus test kelayakan Delia,asalkan masih bisa dibimbing maka akan diberi kesempatan di bulan kedua.. Begitu juga dengan bulan ketiga,baru setelah itu nggak ada ampun.. Siapa pun yang nggak sesuai maka akan keluar saat itu juga"
"Aku kira rekanku masih batas wajar.. Rata-rata mereka hanya bekerja di sini sebatas mendapat status perusahaan terkenal sekaligus gaji yang tinggi,sisanya bisa kamu tebak.. Anak muda selalu memikirkan senang-senang setiap saatnya"
"Maaf yah,hanya memikirkan senang-senang dan jabatan bukanlah tipe Delia.. Kalau hal itu nggak segera diubah maka jangan salahkan orang-orang di sekitarmu"
"....susah memperbaiki orang lain"
"Nggak,sebenarnya kamu nggak bisa memperbaiki orang lain.. Kamu hanya bisa berdiri di samping mereka selagi mereka memperbaiki dirinya masing-masing"
Waaait!! Berhenti di situ..
Kata-kata barusan,aku yakin aku pernah mendengarnya.. Tapi kapan?
Aku benar-benar lupa.. Terlalu lupa sampai nggak ada jejak sedikit pun.
"......?"
"Fuu... Aku penasaran dengan cara apa Delia akan membuatmu bertekuk lutut dan mau menuruti semua kemauannya nanti.."
"Apa? Apa yang kamu bicarakan?"
"Dia pernah cerita padaku,kalau dia khawatir salah satu juniornya nggak mau menuruti nasehatnya dan memilih mengikutinya terus" jawabnya terdengar serius.
"Itu aku kan? Yang kamu maksud"
"Ya jelas kan? Memang siapa lagi yang nggak mau lepas darinya??"
"Mau bagaimana lagi.. Aku sangat ingin berada di dekatnya"
"Gehh,jadi Delia itu benar-benar seleramu yah?"
".........."
"Jangan malu,dan katakan padanya agar dia tau"
Menyatakannya? Apa aku sudah siap?
Minggu depan,apa tepat yah.. Senin sore, sesudah hasil rapat ditentukan..
Atau lebih cepat lebih baik,
"Delia,kamu mau pulang? Mau kuantarkan?" Tanyaku menawarinya tumpangan sore ini.
"nggak... Makasih,Raka" jawabnya menolak.
"Takut pacarmu marah,atau apa? Kamu selalu pulang bersama orang lain,kah?"
"Pacar? Nggak juga... Nggak ada yang sampai sepeduli itu"
"Ahh.."
"Kamu sendiri.. Perempuanmu akan marah kalau tau kamu pulang mengantarku"
"Perempuan?? Ohh,iyaa.. Kamu selalu pulang sebelum aku pulang kan,maka dari itu kamu nggak pernah liat aku pulang"
"....?"
"Nah,kebetulan kita udah sama-sama tau.. Delia??"
"Apa?"
"Aku ingin lebih dekat denganmu..... Aku ingin jadi pacarmu,kamu suka?"