Sebuah perusahaan yang sudah diakui telah banyak melahirkan karya-karya hebat dari tangan para seniman pekerjanya. Raka,pemuda yang memutuskan keluar dari pekerjaan lamanya karena persaingan ideolagi yang tak kunjung reda,akhirnya memutuskan pergi untuk melamar masuk ke Fruits.
Pemuda biasa tanpa banyak pengalaman mendesain karya seni,apa yang bisa dia lakukan?
Q :PM artinya Private Message bukan Personal Message,bro? A : mmh.. baru nyadar kemarin. Q : Fiksi aneh-aneh lagi? A: mmh.. Fiksi 99% tanpa ada riset sungguhan, jadi tingkat kesamaannya dengan dunia nyata sangat diragukan. Q : Pesan moral keseluruhan cerita aja,langsung? A : pakai helm saat berkendara motor sama stop ngeluh di saat macet (seriously!)
"Aku minta maaf,Raka.. Untuk yang kemarin sore" kata Delia menatap sungguh-ungguh mataku.
"...aku yang seharusnya minta maaf,bukankah kejadian kemarin itu salahku?" Balasku tak sadar apapun ketika diberi tatapan mata yang penuh seperti itu.
"Aku yang salah.. Nggak seharusnya aku menanyakan hal seperti itu,orang selalu berhak menyembunyikannya ataupun memberiyahukannya"
"Emm.. Tapi nggak ada yang salah dengan bertanya... Kembali lagi,itu hak setiap orang"
"......."
"Aku,waktu itu hanya nggak siap menjawabmu"
"Jadi... Apa kamu siap menjawabnya sekarang?" Tanya Delia tiba tiba secara tidak langsung sama saja mengulang adegan kemarin sore.
Deliaaa... Apa yang kamu pikirkan,wahai pujaanku..
Aku baru saja merasa hidup kembali karena kamu mau datang minta maaf soal ini,
Lalu kamu menanyakan lagi..
"...ngomong-ngomong tinggal tersisa beberapa hari lagi.. Kenaikan kelasmu sudah dipastikan terjadi" kata Delia entah karena angin apa langsung mengubah arah pembicaraannya.
"Aku juga belum punya jawaban soal itu" balasku.
"Aku memberimu lampu hijau untuk keempat pilihan selanjutnya,kamu bebas memilih sesukamu.."
"Aku juga belum punya jawaban soal itu..."
Daan.. Kami hanya saling berdiam diri setelahnya,
Obrolan kami tak bisa berkembang lebih lebar lagi.. Entah aku merasa seperti ada yang membatasi.
Apakah itu keinginanku untuk menyatakan perasaan ini?
Ataukah itu keinginannya untuk mengetahui perasaan ini..
.....
Apa aku benar-benar ingin mengatakannya?
Apa dia benar-benar ingin mendengarnya?
Apa itu yang kami tunggu-tunggu saat ini...
"Ah- hujan,Delia.. Aku tutup pintunya yah?" Tanyaku beranjak cepat menuju pintu masuk utama yang berada persis di samping kursi Delia.
"....mmh" jawabnya mengiyakan.
Apa dia nyaman kalau pintunya aku tutup? Atau ku biarkan terbuka saja?
Hujannya terlalu deras di luar,anginnya juga sangat kencang...
Yang seperti ini jarang sekali bisa reda kurang dari satu jam,
Kalau ku biarkan terbuka maka hawa dinginnya akan masuk ke dalam..
"Tutup saja pintunya.. Nanti dingin bisa masuk angin" kata Delia mungkin menyadari kebingunganku di batas pintu.
Lagi pula kami sudah terbiasa satu ruangan di kantor..
Akan ku biarkan kordennya terbuka,jadi nggak terkesan tertutup sekali.
Okay,beres... Tinggal apa sekarang?
Chapter 13 | His smile
"............................................"
Dia pasti bosan menunggu hujan reda seperti ini,
Sial,aku juga sudah kehabisan bahan obrolan...
Hal terakhir yang kuceritakan tadi bahkan adalah cerita soal anjing yang menggonggong di perjalananku ke tempat klien, see? Siapa di belahan dunia ini yang perlu tau hal semacam itu..
"Hei,aku buatkan makanan di dapur,yah? Kamu mau kan??" Tanyaku menawarinya untuk makan masakan buatanku.
"Ya.." Jawabnya tersenyum.
Senyuman itu kira-kira untuk yang mana yah? Antara merasa lucu karena aku bilang mau memasak atau karena dia sangat lapar dan bersyukur tuan rumahnya tak sengaja sadar..
.....
Well setengah jam untuk memasak dan setengah jam untuk menyantapnya,
Mungkin setelah selesai makan,hujan sudah reda..
"Kamu sudah selesai? Biar aku bawa ke belakang dulu.." Kataku seraya kemudian merapihkan meja ruang tamu kami dan membawa semua peralatan makan kami ke dapur.
Aku tiba-tiba terfikir,apa dia melakukan semua pekerjaan sehari-harinya sendiri di rumah?
Apa dia tinggal dengan kerabatnya? Orang tuanya mungjin? Atau pembantu rumah tangga..?
....atau sendiri,
Ya ampun,aku harap aku nggak membuatnya merasa bersalah karena tak membiarkannya melakukan sendiri saat ini.
"Yang terakhir tadi lucu,endingnya nggak ketebak banget.. Ahahaa" komentar Delia saat sebuah scene credit dengan segala macam tulisan kecilnya tampil berjalan di layar TV.
"Ahahaa.. Iya" balasku merenges mengimbanginya.
Tuhan,tolong hentikan hujan ini..
Kau tau sudah berapa film yang ku putar sampai saat ini.. Tolonglah,jam sudah menunjukkan pukul 9 malam,
Aku masih bisa mengantarkan Delia naik taxi sampai rumahnya asal belum terlalu larut malam.. Atau kalau nggak aku bisa saja pinjam motor tetangga untuk mengantarnya pulang,itu pun kalau hujannya reda.
......
Ahh,benar-benar.. Akhirnya reda juga,
Sungguh doa-ku terkabul kalau begini..
Iya kan,Delia? Haha'..
......
Engkau mengabulkannya tengah malam begini,bagaimana aku mau antar perempuan itu pulang..
Yahh, lagi pula dia sudah tidur saat ini.. Beresiko juga kalau pergi tengah malam.
"Hupp.. " ucapku pelan sekaligus gembira seperti sedang bermain hal yang mengasikkan saja,padahal ini hanya permainan menyelimuti anak gadis.
"............."
Apa aku ikut tidur di sofa saja?
Tapi apa jadinya kalau dia bangun dan tau aku ada di seberangnya hanya berbatas meja kaca? Apa dia akan merasa aneh..
Hwuuuuwaah...