- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] Saat Senja Tiba
...
TS
gridseeker
[TAMAT] Saat Senja Tiba
Quote:
![[TAMAT] Saat Senja Tiba](https://s.kaskus.id/images/2017/05/28/9056684_20170528125804.jpg)
cover by: bgs93
Quote:
saat senja tiba,
kau adalah hal pasti yang akan selalu kurindukan
nafas yang akan selalu kuinginkan untuk sisa hidupku.
mata disaat aku tidak lagi bisa
membedakan sisi di setiap warna.
kau lah yang akan selalu kunanti
menutup kedua mataku saat nafas tak lagi bagian dari tubuhku.
kau adalah hal pasti yang akan selalu kurindukan
nafas yang akan selalu kuinginkan untuk sisa hidupku.
mata disaat aku tidak lagi bisa
membedakan sisi di setiap warna.
kau lah yang akan selalu kunanti
menutup kedua mataku saat nafas tak lagi bagian dari tubuhku.
poetry by: junker007
Quote:
Salam warga SFTH semua ijinkan ane berpastisipasi
Setelah sekian lama jadi SR di forum SFTH ane memberanikan menyusun cerita ini. Sebenarnya cerita ini sudah lama ane pendam bertahun-tahun, meski begitu cerita ini sempat ane posting disini pake ID lain tapi dalam format plesetan komedi karena ane nggak PD kalau membikin versi real/sesungguhnya.
Mungkin banyak yg bertanya cerita ini nyata atau rekaan ? Gini aja, daripada agan-agan semua pusing memikirkannya mending anggap saja cerita fiktif deh
Pokoknya just enjoy the story hehe biar sama-sama enak
Dan karena ane masih nubi disini mohon maaf jika terjadi banyak kesalahan ya gan
. Dan jangan lupa buat komen, rate dan cendolnya kalo berkenan, biar ane juga lebih semangat melakukan update.
Setelah sekian lama jadi SR di forum SFTH ane memberanikan menyusun cerita ini. Sebenarnya cerita ini sudah lama ane pendam bertahun-tahun, meski begitu cerita ini sempat ane posting disini pake ID lain tapi dalam format plesetan komedi karena ane nggak PD kalau membikin versi real/sesungguhnya. Mungkin banyak yg bertanya cerita ini nyata atau rekaan ? Gini aja, daripada agan-agan semua pusing memikirkannya mending anggap saja cerita fiktif deh
Pokoknya just enjoy the story hehe biar sama-sama enak
Dan karena ane masih nubi disini mohon maaf jika terjadi banyak kesalahan ya gan
. Dan jangan lupa buat komen, rate dan cendolnya kalo berkenan, biar ane juga lebih semangat melakukan update.
Quote:
F.A.Q
Cerita ini fiksi atau nyata ?
Seperti yang sudah ane jelaskan tadi, biar sama-sama enak lebih baik anggap saja cerita fiksi.
Kenapa nama tempat tidak disebutkan dengan jelas, misalnya nama kota, jalan, dan lainnya
Karena ane bermaksud "melindungi" orang-orang yang ane sebut di cerita
Jadi cerita ini beneran terjadi gan ?
Sudahlah, lebih baik nikmati ceritanya aja, hehe
Cerita ini fiksi atau nyata ?
Seperti yang sudah ane jelaskan tadi, biar sama-sama enak lebih baik anggap saja cerita fiksi.
Kenapa nama tempat tidak disebutkan dengan jelas, misalnya nama kota, jalan, dan lainnya
Karena ane bermaksud "melindungi" orang-orang yang ane sebut di cerita
Jadi cerita ini beneran terjadi gan ?
Sudahlah, lebih baik nikmati ceritanya aja, hehe
Quote:
Quote:
Indeks
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75
Part 76
Part 77
Part 78
Part 79
Part 80
Part 81
Part 82
Part 83
Part 84
Part 85
Part 86
Part 87
Part 88
part 89
Part 90
Part 91
Part 92
Part 93
Part 94
Part 95
Part 96
Part 97
Part 98
Part 99
Part 100
Part 101
Part 102
Part 103
Part 104
Part 105
Part 106
Part 107
Part 108
Part 109
EPILOG
Additional Part
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Final Part
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75
Part 76
Part 77
Part 78
Part 79
Part 80
Part 81
Part 82
Part 83
Part 84
Part 85
Part 86
Part 87
Part 88
part 89
Part 90
Part 91
Part 92
Part 93
Part 94
Part 95
Part 96
Part 97
Part 98
Part 99
Part 100
Part 101
Part 102
Part 103
Part 104
Part 105
Part 106
Part 107
Part 108
Part 109
EPILOG
Additional Part
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Final Part
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 333 suara
Siapa tokoh yang menurut agan paling layak dibenci / nyebelin ?
Wulan
20%
Shela
9%
Vino (TS)
71%
Diubah oleh gridseeker 04-07-2017 19:00
afrizal7209787 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
1.4M
Kutip
5.4K
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
gridseeker
#5397
Part 10
Quote:
Jam tujuh kurang lima ane udah sampai di rumahnya Rara, dan ternyata dia berada di ruang tamu dan udah pakai kaos hitam dan celana jeans. Jujur aja ane lebih suka Rara pake baju kasual seperti itu, soalnya kelihatan lebih dewasa gitu nggak kelihatan kalau dia masih SMA.
"Kita berangkat sekarang ? " tanya ane ke Rara.
"Emang kita mau kemana mas ? " tanya Rara.
"Lho emang kamu pengen kemana ? " ane bertanya balik, tapi Rara cuma menggeleng sembari tersenyum.
"Nggak tau mas, aku sih nurut kamu aja. Kan kamu yang ngajak. " jawab Rara dengan polosnya.
"Emangnya selama ini kamu belum pernah jalan-jalan sama cowok ? " tanya ane.
"Belum mas, kamu yang pertama. " jawab Rara malu-malu. Ah jawaban yang udah ane duga.
"Ya udah kalo gitu ke mall mau nggak ? " tanya ane.
"Boleh. " jawab Rara mengangguk.
"Tapi tadi ibu udah pesen pulangnya jangan malam malam ya mas. " kata Rara lagi.
"Iya beres, jam sepuluh aku pastikan kamu udah sampai rumah. " jawab ane sembari mengacungkan jempol.
Hah, ternyata bener dugaan ane, ini pasti kencan pertama Rara soalnya dia kelihatan rada canggung gitu. Dan sepertinya emang nggak banyak cowok yang deketin Rara, soalnya Rara keliatan agak culun kalo pake kacamata. Apalagi bentuk frame kecamata Rara yang rada jadul (mirip kacamatanya Clark Kent / Superman). Lain sama Citra, meskipun pake kacamata, tapi frame-nya lebih modern sehingga keliatan makin cantik dan gaul.
Tapi Rara jauh lebih cantik daripada Citra kalo nggak pake kacamata. Huhuhu.. dan kayaknya cuma ane yang menyadarinya, atau mungkin juga si Edo geblek itu. Oh iya, hari ini Rara nggak nanya soal Edo, pasti hari ini semuanya aman. Dia nggak tau soal kami berantem semalam. Oke, Vin, pertama ajak jalan-jalan ke mall, beliin apa gitu, rebut hatinya. Kalau udah, ajak ke tempat yang agak sepi, dan Rara kan penurut tuh, pasti dia mau. Lalu...
"Mas !! "
"Mas Vino !! "
"Eh iya gimana Ra ? " ane tersadar dari lamunan.
"Kok mas malah ngelamun sih ? Kita berangkat sekarang kan ? " tanya Rara sembari tersenyum.
"Iya, iya, dah yuk berangkat. " kata ane sembari beranjak berdiri.
Setelah berpamitan ke ibunya Rara, kami berdua lalu berangkat ke mall. Jam setengah delapan kami sampai di tempat tujuan dan karena hari ini malam Minggu, mall terlihat sangat ramai. Cuma ane rada bingung juga karena tiap ane tanya pengen kemana, Rara selalu jawab "terserah" kalo nggak "aku nurut kamu mas". Nggak kayak cewek ABG lain yang langsung menuju deretan toko baju, tas atau kosmetik.
Akhirnya daripada makin bingung, ane ngajak Rara ke cafe favorit ane, yang terletak di lantai dua. Cafe ini, selain tempatnya nyaman, juga harga minumannya sangat terjangkau buat para mahasiswa. Nggak seperti mahasiswa lain yang doyan nongkrong rame-rame, ane lebih suka sendiri. Menurut ane, hal itu lebih rileks.
"Kamu mau minum apa, Ra ? " tanya ane saat kami udah duduk di seating area.
"Apa ya ? Aduh aku nggak ngerti mas. Ini apa ya amerikano... maciato... lemon skuas.. ?? " tanya Rara dengan nada bingung sembari melihat daftar menu di meja.
"Nama-nama minuman cafe ya kayak gitu Ra. " kata ane dengan menahan tawa. Duh, Rara... kamu bener-bener polos deh.
"Yang enak disini tuh Caffe Latte. Mau coba ? Aku juga pesen itu kok. " kata ane lagi.
"Ya boleh lah. " jawab Rara sembari mengangguk.
"Oke, tunggu bentar ya. " kata ane lalu memanggil mbak-mbak waitress buat pesan Caffe Latte dua gelas.
"Kamu udah sering kemari ya mas ? " tanya Rara.
"Iya, tapi aku seringnya sendiri kalau kesini. " jawab ane tersenyum.
"Ra, boleh aku nanya ? "
"Tanya apa mas ? " jawab Rara.
"Emang bener nih selama ini kamu belum pernah jalan sama cowok ? " tanya ane.
"Belum mas. " jawab Rara menggeleng sambil tersenyum malu.
"Tapi kalo jalan sama temen-temen cewek sih sering. " timpal Rara.
"Sama dong. Kamu juga cewek pertama yang aku ajak ke cafe ini. " kata ane.
"Ah yang bener mas. " jawab Rara ketawa.
"Serius !! Iya emang kamu yang pertama kali kemari kalo konteksnya aku ajak lho. " kata ane sembari kedua tangan ane memperagakan tanda kutip.
"Maksudnya gimana sih ? " tanya Rara.
"Dulu aku pernah ketemu seorang cewek disini. Yaa nggak sengaja sih, aku lagi asyik nongkrong tiba-tiba cewek tersebut datang dan tanya apa aku liat temennya yang duduk disini. Karena nggak tau ya aku jawab apa adanya. " jawab ane.
"Terus terus ? " tanya Rara penasaran.
"Kami kenalan dan ternyata dia masih SMA ya seumuran kamu lah. Cuma sayangnya dia udah putus sekolah, gara-gara masalah biaya. " jawab ane.
"Putus sekolah ? Wah kasihan banget. Namanya siapa mas kalo boleh tau. " tanya Rara.
"Niken. " jawab ane singkat.
"Terus habis kenalan gimana ? Apa kalian pacaran ? " tanya Rara.
"Haha udahlah nggak usah dibahas. Nggak penting. " jawab ane ketawa.
"Yaah mas kalo cerita sampai selesai dong. Emang sekarang Mbak Niken kemana ? " tanya Rara dengan nada kecewa.
Belum sempat ane jawab, seorang waitress datang membawa nampan yang berisi dua gelas Caffe Latte dan menaruhnya di meja depan kami berdua. Ane segera menyeruput minuman kesukaan ane ini.
"Mas !! Kamu belum jawab pertanyaanku. Sekarang Mbak Niken ada dimana ? " tanya Rara dengan nada mendesak. Ane nggak menjawab, cuma tersenyum sembari masih menyeruput Caffe Latte ane.
"Dia udah pergi Ra. " jawab ane lirih.
"Pergi ? " tanya Rara.
"Iya, pergi ke tempat yang sangat jauh. " jawab ane sembari menatap Rara penuh arti. Mendengar jawaban ane, Rara terlihat terkejut lalu terdiam.
"Maaf ya mas. " kata Rara dengan nada menyesal.
"Nggak papa Ra. Lagian aku juga nggak tau kok kenapa aku sampai cerita soal dia ke kamu. " jawab ane.
"Pasti Mbak Niken itu orang yang spesial di hati kamu ya mas ? " tanya Rara.
Ane nggak menjawab pertanyaan Rara dan cuma tersenyum simpul. Tentu saja yang paling spesial di hati ane cuma satu nama yaitu Wulan. Ah elah... sekarang malah kepikiran Wulan. Tentu saja ane nggak akan bilang semua itu ke Rara.
"Kalau bukan Mbak Niken, aku tau kok siapa yang spesial di hatimu. " kata Rara lagi setelah melihat ane nggak menjawab.
"Hah ? Emang kamu tau, Ra ? " tanya ane.
"Iya, pasti Mbak Wulan kan ? " tanya Rara sembari tersenyum.
"Hehe, ngaco kamu Ra. Wulan itu udah punya pacar keles. " jawab ane padahal bohong.
"Lagian kamu kok bisa-bisanya bilang aku suka Wulan ? " tanya ane ketawa.
"Feeling. " jawab Rara singkat. Ah elah...
"Bener kan mas kamu suka sama Mbak Wulan ? " tanya Rara lagi.
"Kalau aku bilang aku suka kamu gimana ? " ane bertanya balik, biar Rara nggak nanya-nanya soal Wulan lagi.
"Ah masa sih mas ? Kita kan baru kenal masa kamunya udah suka sama aku ? " tanya Rara tersipu malu.
“Eeeh beneran lho masa kamu nggak percaya ? Kamu meragukan ketulusan hatiku ? “ tanya ane sembari menepuk-nepuk dada.
“Iya iya mas. Terserah kamu aja. “ kata Rara tersenyum lalu menyedot Caffe Latte-nya.
Setelah puas nongkrong di café, ane putuskan ngajak Rara keluar mall dan berjalan-jalan di jalanan yang kanan kirinya dipenuhi pertokoan. Sebenarnya ane pengen banget menggandeng atau merangkul Rara, tapi niat itu ane urungkan karena sepertinya dia masih agak canggung dengan ane. Oke oke, sabar Vin, jangan terlalu keburu nafsu, dinikmati aja pelan-pelan, toh masih banyak waktu.
“Mas kita ke dalam yuk. “ pinta Rara saat kami di depan sebuah toko sepatu dan tas yang cukup besar.
“Oke. “ jawab ane. Ah kebetulan, ane juga pengen liat-liat sneakers.
“Emang kamu pengen beli apa Ra ? “ tanya ane.
“Cuma liat-liat aja kok mas. Emang kenapa, kamu mau beliin aku sepatu ? “ tanya Rara tersenyum ke ane.
“Ya kamu liat liat aja dulu deh. Ntar kalo ada yang cocok bilang ke aku. “ jawab ane dengan pede.
“Beneran ya mas. “ kata Rara, dan ane cuma mengangguk.
Untunglah kayaknya Rara udah nggak canggung lagi sama ane. Hmmm….tapi ane coba mengingat-ingat isi dompet ane. Duh, tadi pas berangkat kayaknya masih ada empat lembar ratusan sama selembar lima puluh ribu. Yang lima puluh ribu udah bablas pas di café tadi. Moga-moga cukup lah, harap ane dalam hati.
Saat kami berdua lagi asyik melihat-lihat deretan sepatu yang terpajang di rak kaca, tiba-tiba mata ane terpaku pada seorang cewek yang sangat cantik yang lagi melihat-lihat tas. Dan dia ternyata nggak sendiri, tetapi didampingi oleh seorang cowok keren berbadan tinggi tegap yang sudah pasti adalah pacarnya.
Ane udah kenal baik dengan cewek tersebut, tapi untuk saat ini … ah f*ck !! Kenapa malah ketemu di saat seperti ini. Ane bermaksud memalingkan muka dan pura-pura nggak melihat tapi terlambat, dia sudah terlanjur melihat ane, dan begitu juga dengan cowoknya. Dan mereka berdua lalu berjalan menghampiri ane dan Rara.
“Halo, Lan. “ sapa ane sembari tersenyum plus garuk-garuk kepala.
“Cieee ternyata kalian berdua… “ jawab Wulan dengan nada meledek.
“Mbak Wulan… “ sapa Rara ke Wulan.
“Haha, nggak nyangka ya kita ketemu disini ? Kalian habis dari mana aja ? “ tanya ane sok basa basi.
“Rencananya sih Wulan pengen beli tas tapi barusan liat-liat nggak ada yang cocok. “ jawab Yovie tersenyum sembari merangkul Wulan.
“Iya, dan ini kami baru aja mau ke mall. “ jawab Wulan.
“Lho kami malah barusan habis dari sana, iya kan mas ? “ tanya Rara ke ane.
“Iya bener. Kok kejadiannya bisa kebalik gini ya. “ jawab ane ketawa.
Ah sial, ane sekarang malah yang canggung plus grogi banget di hadapan Wulan. Malam ini sang bidadari tampil begitu cantik, dengan baju biru dipadukan dengan midi flare skirt berwarna hitam. Dibanding dengan Rara ? Aduuuh, jauh banget bagai langit dan bumi. Dan yang ane takutkan terjadi, setelah bertemu Wulan, feeling ane ke Rara hilang semua.
“Oh ya kenalin Ra, ini Yovie, pacarnya Wulan. “ kata ane ke Rara.
“Saya Rara mas, salam kenal. “ kata Rara tersenyum ramah sembari menyalami Yovie.
“Yovie. “ jawab Yovie singkat sambil membalas menyalami Rara.
“Jadi bener kan kalian berdua … ? “ tanya Wulan seraya menunjuk ke ane dan Rara. Mendengar pertanyaan Wulan ane dan Rara cuma saling berpandangan.
“Iya benar. Kami memang pacaran kok, dan kami jadiannya hari ini. “ jawab ane sembari merangkul Rara.
“Mas ?! “ Rara kelihatan terkejut mendengar kata-kata ane.
“Ya baguslah kalau gitu aku ikut senang. Lagian kalian berdua keliatan cocok kok. “ kata Wulan tersenyum.
Ane ketawa mendengar kata-kata Wulan, sedangkan Rara cuma menunduk sembari tersipu malu.
“Kami duluan ya ? Yuk, Yov ntar keburu malem. “ kata Wulan ke Yovie.
“Dah ya. Kapan-kapan maen ke rumah Vin. “ kata Yovie ke ane.
“Siap. “ kata ane sembari mengacungkan jempol.
Ane dan Rara menatap kedua pasangan ideal tersebut berjalan keluar toko. Iya, bener-bener pasangan ideal. Wulan sangat cantik dan Yovie juga gagah (plus ganteng
), dan Yovie juga dari keluarga tajir, yang bisa memberikan Wulan apapun yang dia mau. Sedangkan ane ? Mau beliin Rara sepatu aja harus mikir-mikir dulu.
“Jadi itu cowoknya Mbak Wulan ? Keren ya mas kayak artis sinetron, dan pasti dari keluarga kaya. “ kata Rara.
“Emang. “ jawab ane singkat.
Entah kenapa setiap melihat Wulan bersama pacarnya perasaan ane nggak karu-karuan, antara sedih dan sebel. Apakah ane cemburu ? What ?! Nggak !! Nggak boleh !! Masa ane cemburu sama cowok yang jelas-jelas pacar resminya Wulan. Emang ane ini siapa ?! Ya elah, lagian ada Rara disamping ane masa ane malah mikirin cewek orang.
“Mas… “ tiba-tiba Rara mentowel lengan ane.
“Kenapa Ra ? “ tanya ane.
“Emang kita pacaran ya ? “ tanya Rara dengan lirih.
“Hah ? Eh.. ya… “ duh ane malah kebingungan menjawab pertanyaan Rara.
Plekkkk !!! Tiba-tiba Rara mencablek lengan ane dengan agak keras lalu berjalan meninggalkan ane. Kontan aja ane kaget melihat sikapnya. Waduh, jangan-jangan Rara marah nih. Sial, sial… harusnya ane tadi nggak gegabah bilang ke Wulan kalo Rara pacar ane.
“Ra… tunggu… “ ane berusaha mengejar Rara, tapi tiba-tiba dia berhenti lalu menoleh ke ane.
“Aku sebel sama kamu mas. “ kata Rara sembari tersenyum simpul.
Melihat Rara yang tersenyum ke ane, ane pun juga balas tersenyum sambil bernafas lega. Apa ini artinya ane udah punya pacar… Oke Vin, langkah pertama berjalan sukses, selanjutnya menuju langkah kedua…
"Kita berangkat sekarang ? " tanya ane ke Rara.
"Emang kita mau kemana mas ? " tanya Rara.
"Lho emang kamu pengen kemana ? " ane bertanya balik, tapi Rara cuma menggeleng sembari tersenyum.
"Nggak tau mas, aku sih nurut kamu aja. Kan kamu yang ngajak. " jawab Rara dengan polosnya.
"Emangnya selama ini kamu belum pernah jalan-jalan sama cowok ? " tanya ane.
"Belum mas, kamu yang pertama. " jawab Rara malu-malu. Ah jawaban yang udah ane duga.
"Ya udah kalo gitu ke mall mau nggak ? " tanya ane.
"Boleh. " jawab Rara mengangguk.
"Tapi tadi ibu udah pesen pulangnya jangan malam malam ya mas. " kata Rara lagi.
"Iya beres, jam sepuluh aku pastikan kamu udah sampai rumah. " jawab ane sembari mengacungkan jempol.
Hah, ternyata bener dugaan ane, ini pasti kencan pertama Rara soalnya dia kelihatan rada canggung gitu. Dan sepertinya emang nggak banyak cowok yang deketin Rara, soalnya Rara keliatan agak culun kalo pake kacamata. Apalagi bentuk frame kecamata Rara yang rada jadul (mirip kacamatanya Clark Kent / Superman). Lain sama Citra, meskipun pake kacamata, tapi frame-nya lebih modern sehingga keliatan makin cantik dan gaul.
Tapi Rara jauh lebih cantik daripada Citra kalo nggak pake kacamata. Huhuhu.. dan kayaknya cuma ane yang menyadarinya, atau mungkin juga si Edo geblek itu. Oh iya, hari ini Rara nggak nanya soal Edo, pasti hari ini semuanya aman. Dia nggak tau soal kami berantem semalam. Oke, Vin, pertama ajak jalan-jalan ke mall, beliin apa gitu, rebut hatinya. Kalau udah, ajak ke tempat yang agak sepi, dan Rara kan penurut tuh, pasti dia mau. Lalu...
"Mas !! "
"Mas Vino !! "
"Eh iya gimana Ra ? " ane tersadar dari lamunan.
"Kok mas malah ngelamun sih ? Kita berangkat sekarang kan ? " tanya Rara sembari tersenyum.
"Iya, iya, dah yuk berangkat. " kata ane sembari beranjak berdiri.
Setelah berpamitan ke ibunya Rara, kami berdua lalu berangkat ke mall. Jam setengah delapan kami sampai di tempat tujuan dan karena hari ini malam Minggu, mall terlihat sangat ramai. Cuma ane rada bingung juga karena tiap ane tanya pengen kemana, Rara selalu jawab "terserah" kalo nggak "aku nurut kamu mas". Nggak kayak cewek ABG lain yang langsung menuju deretan toko baju, tas atau kosmetik.
Akhirnya daripada makin bingung, ane ngajak Rara ke cafe favorit ane, yang terletak di lantai dua. Cafe ini, selain tempatnya nyaman, juga harga minumannya sangat terjangkau buat para mahasiswa. Nggak seperti mahasiswa lain yang doyan nongkrong rame-rame, ane lebih suka sendiri. Menurut ane, hal itu lebih rileks.
"Kamu mau minum apa, Ra ? " tanya ane saat kami udah duduk di seating area.
"Apa ya ? Aduh aku nggak ngerti mas. Ini apa ya amerikano... maciato... lemon skuas.. ?? " tanya Rara dengan nada bingung sembari melihat daftar menu di meja.
"Nama-nama minuman cafe ya kayak gitu Ra. " kata ane dengan menahan tawa. Duh, Rara... kamu bener-bener polos deh.
"Yang enak disini tuh Caffe Latte. Mau coba ? Aku juga pesen itu kok. " kata ane lagi.
"Ya boleh lah. " jawab Rara sembari mengangguk.
"Oke, tunggu bentar ya. " kata ane lalu memanggil mbak-mbak waitress buat pesan Caffe Latte dua gelas.
"Kamu udah sering kemari ya mas ? " tanya Rara.
"Iya, tapi aku seringnya sendiri kalau kesini. " jawab ane tersenyum.
"Ra, boleh aku nanya ? "
"Tanya apa mas ? " jawab Rara.
"Emang bener nih selama ini kamu belum pernah jalan sama cowok ? " tanya ane.
"Belum mas. " jawab Rara menggeleng sambil tersenyum malu.
"Tapi kalo jalan sama temen-temen cewek sih sering. " timpal Rara.
"Sama dong. Kamu juga cewek pertama yang aku ajak ke cafe ini. " kata ane.
"Ah yang bener mas. " jawab Rara ketawa.
"Serius !! Iya emang kamu yang pertama kali kemari kalo konteksnya aku ajak lho. " kata ane sembari kedua tangan ane memperagakan tanda kutip.
"Maksudnya gimana sih ? " tanya Rara.
"Dulu aku pernah ketemu seorang cewek disini. Yaa nggak sengaja sih, aku lagi asyik nongkrong tiba-tiba cewek tersebut datang dan tanya apa aku liat temennya yang duduk disini. Karena nggak tau ya aku jawab apa adanya. " jawab ane.
"Terus terus ? " tanya Rara penasaran.
"Kami kenalan dan ternyata dia masih SMA ya seumuran kamu lah. Cuma sayangnya dia udah putus sekolah, gara-gara masalah biaya. " jawab ane.
"Putus sekolah ? Wah kasihan banget. Namanya siapa mas kalo boleh tau. " tanya Rara.
"Niken. " jawab ane singkat.
"Terus habis kenalan gimana ? Apa kalian pacaran ? " tanya Rara.
"Haha udahlah nggak usah dibahas. Nggak penting. " jawab ane ketawa.
"Yaah mas kalo cerita sampai selesai dong. Emang sekarang Mbak Niken kemana ? " tanya Rara dengan nada kecewa.
Belum sempat ane jawab, seorang waitress datang membawa nampan yang berisi dua gelas Caffe Latte dan menaruhnya di meja depan kami berdua. Ane segera menyeruput minuman kesukaan ane ini.
"Mas !! Kamu belum jawab pertanyaanku. Sekarang Mbak Niken ada dimana ? " tanya Rara dengan nada mendesak. Ane nggak menjawab, cuma tersenyum sembari masih menyeruput Caffe Latte ane.
"Dia udah pergi Ra. " jawab ane lirih.
"Pergi ? " tanya Rara.
"Iya, pergi ke tempat yang sangat jauh. " jawab ane sembari menatap Rara penuh arti. Mendengar jawaban ane, Rara terlihat terkejut lalu terdiam.
"Maaf ya mas. " kata Rara dengan nada menyesal.
"Nggak papa Ra. Lagian aku juga nggak tau kok kenapa aku sampai cerita soal dia ke kamu. " jawab ane.
"Pasti Mbak Niken itu orang yang spesial di hati kamu ya mas ? " tanya Rara.
Ane nggak menjawab pertanyaan Rara dan cuma tersenyum simpul. Tentu saja yang paling spesial di hati ane cuma satu nama yaitu Wulan. Ah elah... sekarang malah kepikiran Wulan. Tentu saja ane nggak akan bilang semua itu ke Rara.
"Kalau bukan Mbak Niken, aku tau kok siapa yang spesial di hatimu. " kata Rara lagi setelah melihat ane nggak menjawab.
"Hah ? Emang kamu tau, Ra ? " tanya ane.
"Iya, pasti Mbak Wulan kan ? " tanya Rara sembari tersenyum.
"Hehe, ngaco kamu Ra. Wulan itu udah punya pacar keles. " jawab ane padahal bohong.
"Lagian kamu kok bisa-bisanya bilang aku suka Wulan ? " tanya ane ketawa.
"Feeling. " jawab Rara singkat. Ah elah...
"Bener kan mas kamu suka sama Mbak Wulan ? " tanya Rara lagi.
"Kalau aku bilang aku suka kamu gimana ? " ane bertanya balik, biar Rara nggak nanya-nanya soal Wulan lagi.
"Ah masa sih mas ? Kita kan baru kenal masa kamunya udah suka sama aku ? " tanya Rara tersipu malu.
“Eeeh beneran lho masa kamu nggak percaya ? Kamu meragukan ketulusan hatiku ? “ tanya ane sembari menepuk-nepuk dada.
“Iya iya mas. Terserah kamu aja. “ kata Rara tersenyum lalu menyedot Caffe Latte-nya.
Setelah puas nongkrong di café, ane putuskan ngajak Rara keluar mall dan berjalan-jalan di jalanan yang kanan kirinya dipenuhi pertokoan. Sebenarnya ane pengen banget menggandeng atau merangkul Rara, tapi niat itu ane urungkan karena sepertinya dia masih agak canggung dengan ane. Oke oke, sabar Vin, jangan terlalu keburu nafsu, dinikmati aja pelan-pelan, toh masih banyak waktu.
“Mas kita ke dalam yuk. “ pinta Rara saat kami di depan sebuah toko sepatu dan tas yang cukup besar.
“Oke. “ jawab ane. Ah kebetulan, ane juga pengen liat-liat sneakers.
“Emang kamu pengen beli apa Ra ? “ tanya ane.
“Cuma liat-liat aja kok mas. Emang kenapa, kamu mau beliin aku sepatu ? “ tanya Rara tersenyum ke ane.
“Ya kamu liat liat aja dulu deh. Ntar kalo ada yang cocok bilang ke aku. “ jawab ane dengan pede.
“Beneran ya mas. “ kata Rara, dan ane cuma mengangguk.
Untunglah kayaknya Rara udah nggak canggung lagi sama ane. Hmmm….tapi ane coba mengingat-ingat isi dompet ane. Duh, tadi pas berangkat kayaknya masih ada empat lembar ratusan sama selembar lima puluh ribu. Yang lima puluh ribu udah bablas pas di café tadi. Moga-moga cukup lah, harap ane dalam hati.
Saat kami berdua lagi asyik melihat-lihat deretan sepatu yang terpajang di rak kaca, tiba-tiba mata ane terpaku pada seorang cewek yang sangat cantik yang lagi melihat-lihat tas. Dan dia ternyata nggak sendiri, tetapi didampingi oleh seorang cowok keren berbadan tinggi tegap yang sudah pasti adalah pacarnya.
Ane udah kenal baik dengan cewek tersebut, tapi untuk saat ini … ah f*ck !! Kenapa malah ketemu di saat seperti ini. Ane bermaksud memalingkan muka dan pura-pura nggak melihat tapi terlambat, dia sudah terlanjur melihat ane, dan begitu juga dengan cowoknya. Dan mereka berdua lalu berjalan menghampiri ane dan Rara.
“Halo, Lan. “ sapa ane sembari tersenyum plus garuk-garuk kepala.
“Cieee ternyata kalian berdua… “ jawab Wulan dengan nada meledek.
“Mbak Wulan… “ sapa Rara ke Wulan.
“Haha, nggak nyangka ya kita ketemu disini ? Kalian habis dari mana aja ? “ tanya ane sok basa basi.
“Rencananya sih Wulan pengen beli tas tapi barusan liat-liat nggak ada yang cocok. “ jawab Yovie tersenyum sembari merangkul Wulan.
“Iya, dan ini kami baru aja mau ke mall. “ jawab Wulan.
“Lho kami malah barusan habis dari sana, iya kan mas ? “ tanya Rara ke ane.
“Iya bener. Kok kejadiannya bisa kebalik gini ya. “ jawab ane ketawa.
Ah sial, ane sekarang malah yang canggung plus grogi banget di hadapan Wulan. Malam ini sang bidadari tampil begitu cantik, dengan baju biru dipadukan dengan midi flare skirt berwarna hitam. Dibanding dengan Rara ? Aduuuh, jauh banget bagai langit dan bumi. Dan yang ane takutkan terjadi, setelah bertemu Wulan, feeling ane ke Rara hilang semua.
“Oh ya kenalin Ra, ini Yovie, pacarnya Wulan. “ kata ane ke Rara.
“Saya Rara mas, salam kenal. “ kata Rara tersenyum ramah sembari menyalami Yovie.
“Yovie. “ jawab Yovie singkat sambil membalas menyalami Rara.
“Jadi bener kan kalian berdua … ? “ tanya Wulan seraya menunjuk ke ane dan Rara. Mendengar pertanyaan Wulan ane dan Rara cuma saling berpandangan.
“Iya benar. Kami memang pacaran kok, dan kami jadiannya hari ini. “ jawab ane sembari merangkul Rara.
“Mas ?! “ Rara kelihatan terkejut mendengar kata-kata ane.
“Ya baguslah kalau gitu aku ikut senang. Lagian kalian berdua keliatan cocok kok. “ kata Wulan tersenyum.
Ane ketawa mendengar kata-kata Wulan, sedangkan Rara cuma menunduk sembari tersipu malu.
“Kami duluan ya ? Yuk, Yov ntar keburu malem. “ kata Wulan ke Yovie.
“Dah ya. Kapan-kapan maen ke rumah Vin. “ kata Yovie ke ane.
“Siap. “ kata ane sembari mengacungkan jempol.
Ane dan Rara menatap kedua pasangan ideal tersebut berjalan keluar toko. Iya, bener-bener pasangan ideal. Wulan sangat cantik dan Yovie juga gagah (plus ganteng
), dan Yovie juga dari keluarga tajir, yang bisa memberikan Wulan apapun yang dia mau. Sedangkan ane ? Mau beliin Rara sepatu aja harus mikir-mikir dulu.“Jadi itu cowoknya Mbak Wulan ? Keren ya mas kayak artis sinetron, dan pasti dari keluarga kaya. “ kata Rara.
“Emang. “ jawab ane singkat.
Entah kenapa setiap melihat Wulan bersama pacarnya perasaan ane nggak karu-karuan, antara sedih dan sebel. Apakah ane cemburu ? What ?! Nggak !! Nggak boleh !! Masa ane cemburu sama cowok yang jelas-jelas pacar resminya Wulan. Emang ane ini siapa ?! Ya elah, lagian ada Rara disamping ane masa ane malah mikirin cewek orang.
“Mas… “ tiba-tiba Rara mentowel lengan ane.
“Kenapa Ra ? “ tanya ane.
“Emang kita pacaran ya ? “ tanya Rara dengan lirih.
“Hah ? Eh.. ya… “ duh ane malah kebingungan menjawab pertanyaan Rara.
Plekkkk !!! Tiba-tiba Rara mencablek lengan ane dengan agak keras lalu berjalan meninggalkan ane. Kontan aja ane kaget melihat sikapnya. Waduh, jangan-jangan Rara marah nih. Sial, sial… harusnya ane tadi nggak gegabah bilang ke Wulan kalo Rara pacar ane.
“Ra… tunggu… “ ane berusaha mengejar Rara, tapi tiba-tiba dia berhenti lalu menoleh ke ane.
“Aku sebel sama kamu mas. “ kata Rara sembari tersenyum simpul.
Melihat Rara yang tersenyum ke ane, ane pun juga balas tersenyum sambil bernafas lega. Apa ini artinya ane udah punya pacar… Oke Vin, langkah pertama berjalan sukses, selanjutnya menuju langkah kedua…
radityodhee dan lem.beurit memberi reputasi
3
Kutip
Balas