- Beranda
- Stories from the Heart
Generation With No Mythologies To Follow
...
TS
konigswood
Generation With No Mythologies To Follow
Love? What is that? Seems legit, can I have some on it?
Everybody talk about love, but what the true love mean?
Everybody sayin love more than his/her love
But I have Love for You more than words I can say
It is real? Nope maybe it is rael
Everybody talk about love, but what the true love mean?
Everybody sayin love more than his/her love
But I have Love for You more than words I can say
It is real? Nope maybe it is rael
Hai untuk seseorang disana, Aku sayang padamu ketika aku benar benar membencimu saat ini, maafkan aku yang terlalu angkuh untuk mengatakan aku sayang padamu, maafkan aku yang ternyata tidak berusaha saat engkau hendak meninggalkan ku terdampar disini
Just enjoy it, If there was same name, same place, same stories (Copy Paste) at this story, i just said So sorry im to terrible to hear that, cz My stories gonna using similar name similar place, if you wanna share it, please dont forgot the copyright
Moral? I dont give a fuck with it, so here we go!
Kita coba sedikit pengindexan ya, sebelumnya ga ada indexnya
Spoiler for Sop Iler:
Diubah oleh konigswood 11-01-2018 11:35
0
92K
501
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
konigswood
#202
Nasi putih 3000 Rupiah, Kerupuk 500 Rupiah, Air mineral gelas(2pcs) 1000 Rupiah, ya ituMenunya setiap hari, aku sudah tidak sudi makan di warteg dengan sendok sayur yang menjijikan dan lalat - lalat nakalnya, selain itu makan di warteg budgetnya sampai 7000 Rupiah, hemat 2500 Rupiah untuk bekal masa depan yang lebih layak (layak apanya? Nasi Kerupuk layak ta?
Sudah seminggu menjadi kuli panggul, dan rasanya preman pasar disini meminta sebagian uangku katanya pajak, keren ya kuli panggul pasar aja punya NPWP, sayangnya pajaknya tidak masuk kas negara, tapi masuk ke Kas preman - preman itu, setiap harinya 5 ribu rupiah, kalau begini hidup semakin sulit, tidak ada tabungan, mana semakin lama marbot masjid seperti benci karena setiap malam aku tidur disitu, aku yang lemah ini hanya bisa pergi dari masjid dan mencari tempat lain untuk tidur
Gereja katolik yang memiliki halaman luas serta ada gedung yang terpisah dari ruang berdoa (gedung kesekretariatan), aku tidur di halaman Gereja ini, selain karena kulihat terdapat kursi sofa yang masih terbilang empuk meskipun warnanya sudah pudar dan jauh dari kata bersih, satpam di depan gereja berjaga - jaga (sepertinya gereja kelas atas karena ada pos jaganya)jadi terpaksa aku cari jalan lain, ku panjat pagar belakang gereja ini dan tidurlah aku disini, setiap 3jam sekali pos jaga berkeliling gereja, karena kondisi gelapmaka ia hanya menggunakan senter dan tidak datang menghampiriku yang tidur meringkuk di sofa
Pada hari ketiga,
"Aa, bangun a, sudah pagi"
"Eh,Pak maaf pak"
"Sudah - sudah, ngga papa"
"Saya Indra, nama Aa siapa?"
Ah iya nama, tidak mungkin aku sudah di bandung masih pakai nama Graham, ini tentu malah gampang ketauan kalau sewaktu - waktu ketemu Mama atau Thia di jalan
"Nama saya Ilham pak" (cerdas spontanitas, ga jauh dari nama Graham kan?)
"Oh A Ilham, Aa kenapa tidur disini? Emang Aa sebelumnya tinggal dimana?"
Tidak mungkin juga aku cerita aku diusir dari rumah karena menggauli Kakak tiri? Malah jadi aib nantinya, berfikir cerdas Graham ayoooo
"Eeeee anu pak, Ayah dan Ibu saya bercerai pak, saya disuruh memilih, saya milih pergi dan nggak ikut siapa - siapa" (benerkan? Mama dan Papa memang sudah bercerai?)
"Ohh, kita ngobrol di pos aja A, biar dibuatin teh dulu sama Aa Rahman", "Man, Teh manis 2 ya man" ucapnya pada satpam gereja itu
"Jadi, Orang tua Aa cerai, dan Aa milih untuk nggak ikut mereka berdua? Kalau saya lihat - lihat Aa ini orang berkecukupan, sekarang Aa kerja apa?"
"Iya pak, saya milih keluar dari rumah dari pada lihat Ibu yang tiap hari ngurusin calon suaminya, atau lihat ayah yang udah bahagia sama istri barunya, kalo untuk pekerjaan saya serabutan pak, saya sudah beberapa hari ini jadi kuli panggul di pasar"
"Ohh, pasti capek Aa, apalagi keliatan Aa kaya nggak pernah kerja capek gitu"
"Ya mau gimana lagi pak?"
"Gini aja kamu tinggal di gereja sini, bantu Aa Rahman jaga gereja, mungkin kalau ada hari besar kita butuh tenaga Aa untuk beres - beres kursi, atur parkir, dan dekor tenda mungkin"
"Ta .. Ta pi pak.."
"Gajinya nanti saya yang bayar kok, tenang aja"
"Kenapa Bapak langsung percaya sama saya? Dan memberikan saya pekerjaan, terimakasih pak"
"Karena saya yakin Tuhan menyuruh kamu ketemu saya hari ini, dan saya kasian sama Rahman kalau hari raya suka kecapekan"
"Makasih banyak pak"
"Oh iya A, saya punya anak 2 perempuan semua, yang pertama mungkin seumuran Aa, dia sedang kuliah, dan satu lagi masih SMA, kalau Aa bisa menyetir, Aa bisa jemput mereka nggak A? Saya sudah capek di usia senja suruh macet - macetan di kota bandung"
"Kan ada Aa Rahman pak, kenapa tidak A Rahman yang antar jemput putri bapak?"
"Mane ngeledek aing? Aing reman di die, aing sikat mane"
"Rahman kalau bisa nyupir juga saya kasih, cuman dia nggak bisa, Aa bisa nyetir kan? Jangan bilang kalau Aa nggak bisa nyetir juga?"
"Bisa pak, tapi Sim saya ada dirumah pak, saya nggak bawa pak"
"Oh yaudah besok buat baru aja, saya paham kok posisi kamu A"
"Siang ini kamu ikut saya dulu ya jemput sama kenalan sekalian sama anak saya"
"Iya pak"
Sudah seminggu menjadi kuli panggul, dan rasanya preman pasar disini meminta sebagian uangku katanya pajak, keren ya kuli panggul pasar aja punya NPWP, sayangnya pajaknya tidak masuk kas negara, tapi masuk ke Kas preman - preman itu, setiap harinya 5 ribu rupiah, kalau begini hidup semakin sulit, tidak ada tabungan, mana semakin lama marbot masjid seperti benci karena setiap malam aku tidur disitu, aku yang lemah ini hanya bisa pergi dari masjid dan mencari tempat lain untuk tidur
Gereja katolik yang memiliki halaman luas serta ada gedung yang terpisah dari ruang berdoa (gedung kesekretariatan), aku tidur di halaman Gereja ini, selain karena kulihat terdapat kursi sofa yang masih terbilang empuk meskipun warnanya sudah pudar dan jauh dari kata bersih, satpam di depan gereja berjaga - jaga (sepertinya gereja kelas atas karena ada pos jaganya)jadi terpaksa aku cari jalan lain, ku panjat pagar belakang gereja ini dan tidurlah aku disini, setiap 3jam sekali pos jaga berkeliling gereja, karena kondisi gelapmaka ia hanya menggunakan senter dan tidak datang menghampiriku yang tidur meringkuk di sofa
Pada hari ketiga,
"Aa, bangun a, sudah pagi"
"Eh,Pak maaf pak"
"Sudah - sudah, ngga papa"
"Saya Indra, nama Aa siapa?"
Ah iya nama, tidak mungkin aku sudah di bandung masih pakai nama Graham, ini tentu malah gampang ketauan kalau sewaktu - waktu ketemu Mama atau Thia di jalan
"Nama saya Ilham pak" (cerdas spontanitas, ga jauh dari nama Graham kan?)
"Oh A Ilham, Aa kenapa tidur disini? Emang Aa sebelumnya tinggal dimana?"
Tidak mungkin juga aku cerita aku diusir dari rumah karena menggauli Kakak tiri? Malah jadi aib nantinya, berfikir cerdas Graham ayoooo
"Eeeee anu pak, Ayah dan Ibu saya bercerai pak, saya disuruh memilih, saya milih pergi dan nggak ikut siapa - siapa" (benerkan? Mama dan Papa memang sudah bercerai?)
"Ohh, kita ngobrol di pos aja A, biar dibuatin teh dulu sama Aa Rahman", "Man, Teh manis 2 ya man" ucapnya pada satpam gereja itu
"Jadi, Orang tua Aa cerai, dan Aa milih untuk nggak ikut mereka berdua? Kalau saya lihat - lihat Aa ini orang berkecukupan, sekarang Aa kerja apa?"
"Iya pak, saya milih keluar dari rumah dari pada lihat Ibu yang tiap hari ngurusin calon suaminya, atau lihat ayah yang udah bahagia sama istri barunya, kalo untuk pekerjaan saya serabutan pak, saya sudah beberapa hari ini jadi kuli panggul di pasar"
"Ohh, pasti capek Aa, apalagi keliatan Aa kaya nggak pernah kerja capek gitu"
"Ya mau gimana lagi pak?"
"Gini aja kamu tinggal di gereja sini, bantu Aa Rahman jaga gereja, mungkin kalau ada hari besar kita butuh tenaga Aa untuk beres - beres kursi, atur parkir, dan dekor tenda mungkin"
"Ta .. Ta pi pak.."
"Gajinya nanti saya yang bayar kok, tenang aja"
"Kenapa Bapak langsung percaya sama saya? Dan memberikan saya pekerjaan, terimakasih pak"
"Karena saya yakin Tuhan menyuruh kamu ketemu saya hari ini, dan saya kasian sama Rahman kalau hari raya suka kecapekan"
"Makasih banyak pak"
"Oh iya A, saya punya anak 2 perempuan semua, yang pertama mungkin seumuran Aa, dia sedang kuliah, dan satu lagi masih SMA, kalau Aa bisa menyetir, Aa bisa jemput mereka nggak A? Saya sudah capek di usia senja suruh macet - macetan di kota bandung"
"Kan ada Aa Rahman pak, kenapa tidak A Rahman yang antar jemput putri bapak?"
"Mane ngeledek aing? Aing reman di die, aing sikat mane"
"Rahman kalau bisa nyupir juga saya kasih, cuman dia nggak bisa, Aa bisa nyetir kan? Jangan bilang kalau Aa nggak bisa nyetir juga?"
"Bisa pak, tapi Sim saya ada dirumah pak, saya nggak bawa pak"
"Oh yaudah besok buat baru aja, saya paham kok posisi kamu A"
"Siang ini kamu ikut saya dulu ya jemput sama kenalan sekalian sama anak saya"
"Iya pak"
0