Slow But Sure

“Ini benar-benar tidak masuk akal. Kenapa mereka bisa dengan kompak mengatakan mereka tidak mengenal korban? Apa mereka semua sudah mendiskusikannya. Dengan telepati mungkin?”,ujar Brian sambil menghirup sup kaki ayamnya.

“Tentu saja mereka harus mencari jalan yang mengamankan diri mereka. Harapan mereka dengan mengatakan tidak mengenal korban. Maka urusan selesai.”, Johnny memainkan sumpitnya sambil menyumpit sebuah acar.

“Jadi apa kita perlu menemui mereka kembali?”, ujar Brian.

“Iya. Kita akan kembali menemui mereka. Tapi dengan cara yang sedikit berbeda.”, Johnny menatap Brian dan mereka tersenyum bersama. Para tersangka dalam bus memberikan informasi data diri mereka masing-masing ke kantor kepolisian China.

Mereka juga telah meminta kartu nama A Fei. Supir taksi yang telah menceritakan sedikit soal A Rong kepada mereka. Mereka memberikan imbalan yang cukup besar kepada A Fei untuk mengorek informasi pribadi A Rong kepada mereka.

“Aku suka bagaimana uang memiliki kekuatan untuk melakukan semuanya.”, ujar Johnny.

“Jadi apa yang akan kita lakukan selama berada disini?”, tanya Romeo.

“Tentu saja kita bersantai. Itu kan tujuan kita sebenarnya.”, timpal Brian. Kemudian mereka berdua melakukan toast.

“Ck…. ck…. Dasar pemalas.”, decak Arelia.

“Ini bukan soal malas Dear. Ada saatnya otak kita butuh relax dari semua perkara, prasangka dan prahara.”, Romeo berbicara sambil menopangkan dagunya ke depan Arelia.

“Oke. Makan siang selesai. Bagaimana kalau kita makan dessert?”, tawar Brian.

“Apa?! Makan lagi?!”, James berseru gemas.

“Makanlah sebelum makan itu menjadi sebuah tindakan pidana.”, Brian menjawab James sambil menjitak pelan kepalanya.

Pada saat James sedang makan es krim, tanpa sengaja esnya tercecer ke tangannya.
“Jem, Jem…. Ada es di tanganmu”, ujar Brian. Secara refleks Jamie menjilat tangannya.

Tapi…. Hueeeek!!! James meludah ke lantai.
Brian tertawa terbahak-bahak. James menatap Brian kesal.

“Kenapa bisa ada rasa pedas?! Siapa yang menaburkan Tabasco ke tanganku!”, muka James memerah.
“Brian, aku sudah bilang kalau dia pasti tidak tahan.”, ujar Lativa iba. Dia mengambilkan selembar tisu untuk James.
“Ini karena kamu pesan rasa red velvet. Kalau tidak aku juga tidak bisa melakukannya. Lagipula kamu makan berteteran. Aku tidak tahan kalau tidak mengerjaimu”, tawa Brian semakin keras.

James sangat kesal dan ingin mencoba menaburkan juga sesuatu kedalam gelas Brian. Tapi Brian tidak membiarkannya melakukan itu. Sementara yang lain tertawa terbahak-bahak. Arelia tampak berpikir. Sebelum siapapun menyadarinya. Arelia kemudian tersenyum. Kembali, senyum penuh kemenangan. ‘Sedikit demi sedikit, kasus pasti terkuak’