- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
...
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):
And I know
There's nothing I can say
To change that part
But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak
I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead
There's nothing I can say
To change that part
But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak
I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead
- Famous Last Words by MCR -
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha
Quote:
Spoiler for Special Thanks:
***
Spoiler for From Me:
Versi PDF Thread Sebelumnya:
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/05/02/9605475_201705020801290527.jpg)
Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini
Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7
#5901
PART 87
Hari ini adalah hari spesial untuk seorang wanita blesteran Jerman - China. Seorang wanita cantik yang wajahnya lebih terlihat oriental daripada gen Papahnya yang berasal dari daratan benua eropa.
"Wow.. Banyak amat Lun yang diundang ?", Gua menyapukan pandangan kearah tamu undangan yang mulai memenuhi restoran di lantai dua ini.
"Iya, kata Helen sekalian ajang reuni teman sma nya dulu.. Eh ayo kita kesana Za..", ajak Luna kepada Gua.
Luna menggandeng tangan kanan Gua mesra. Jelaslah Luna terlihat cantik dengan dress yang ia kenakan, dress tanpa lengan sampai memeperlihatkan kulit punggungnya yang putih mulus itu benar-benar membuatnya terlihat seksi dan cantik. Sedangkan Gua memakai kemeja dengan warna senada dengan dress yang ia kenakan itu. Kami berdua menghampiri Helen serta Mamahnya yang sedang berdiri dihadapan kue ulang tahun di depan mereka. Kue yang sangat mewah karena cukup tinggi, lebih terlihat seperti kue pesta pernikahan.
"Udah datang semua Ay ?", tanya Luna kepada Helen.
Helen tersenyum lalu mengangguk kepada Kakaknya itu. "Udah Kak.. Kita mulai acaranya sekarang aja Kak", jawab Helen.
Lalu sedetik kemudian sang MC membuka acara ulang tahun malam ini. Gua menatap Helen dari sisi kirinya. Gua sempat terlena akan kecantikan sosok bidadari dunia yang sedang merayakan hari kelahirannya itu. Tak jauh beda pakaian yang ia kenakan dengan sang Kakak, sebuah dress yang cukup seksi dan pas ditubuhnya, hanya berbeda warna saja. Rambutnya dibuat sanggul dan makeup yang tipis telah membuatnya semakin terlihat mempesona. Kakak dan Adik yang sempurna dimata ini.
Setelah sang MC membuka acara dengan sedikit berbasa-basi, kini Helen mengambil alih microphone dan mengucapkan terimakasih kepada tamu undangan yang juga teman-teman masa sma nya itu. Kemudian acarapun dilanjutkan dengan pemotongan kue serta lantunan do'a, Helen memberikan potongan kue pertama untuk Mamahnya, lalu kepada Papahnya, baru terakhir kepada sang Kakak. Beres acara tersebut, sang MC mempersilahkan para tamu untuk menikmati hidangan sembari diiringi home band dari pojok kanan depan lantai dua ini.
Helen berbaur bersama teman-teman masa sma nya itu, saling melepas rindu karena mungkin sudah cukup lama mereka tidak bertemu. Gua dan Luna duduk disalah satu kursi yang tidak jauh dari meja kue ulang tahun.
Gua, Luna dan kedua orangtuanya membicarakan beberapa hal soal wisuda Luna tahun ini. Ya, Luna akhirnya selesai dengan skripsinya juga sidangnya. Tepat tiga setengah tahun dia menyelesaikan pendidikan strata satu di salah satu universitas ternama. Tidak lama kemudian Gua diajak Luna untuk dikenalkan ke beberapa teman kampusnya yang diundang ke acara ulang tahun Helen ini, tidak banyak teman Luna yang diundang, mungkin hanya delapan orang kalau Gua tidak salah ingat. Masih asyik mendengarkan obrolan mereka, Helen datang menghampiri kami ketika dirinya dipanggil oleh Luna. Kemudian teman-teman Luna mengucapkan selamat kepada Helen sambil memberikan kado.
"Makasih ya Kakak-kakak udah mau datang ke acara malam ini", ucap Helen kepada teman-teman Kakaknya itu.
"Eh Za mau ikut ke balkon sana ? Kita mau ngobrol di sana biar lebih santai", ajak Luna kepada Gua.
Gua menggaruk pelipis sebentar. "Eeuu.. Tar aku nyusul deh, mau ke toilet dulu", jawab Gua lalu pergi meninggalkan mereka untuk bergegas ke toilet.
Beres mencuci muka di toilet, Gua melihat jam pada pergelangan tangan kiri, baru pukul setengah delapan malam. Lalu Gua keluar toilet hendak kembali bergabung bersama Luna dan temannya. Tapi ketika Gua hendak meneruskan langkah, Gua berpas-pasan dengan Helen, ya calon adik ipar Gua itu ternyata baru saja hendak masuk ke toilet juga.
"Hai Ay...", sapa Gua.
"Eh hai Kak Eza.. Abis dari toilet ?".
Gua mengangguk. "Iya, eh.. Mmm.. Selamat ya Ay..", Gua mengulurkan tangan kepadanya.
Helen menyambut jabat tangan Gua. Ya memang Gua belum sempat mengucapkan selamat ketika acara ulang tahun baru dimulai tadi.
"Selamat ya, semoga jadi pribadi yang lebih baik dan kuliahnya lancar...", ucap Gua masih menjabat tangannya.
"Makasih Kak.. Oh ya, kadonya mana ? hihihi...", Dia terkekeh pelan.
"Hahaha.. Ada kok, tenang hehehe, sebentar ya, aku taruh di office kadonya", jawab Gua hendak mengambil kado untuknya.
Helen mengangguk lalu tersenyum. "Yaudah aku ke toilet dulu ya Kak, nanti ketemu di meja ultah aja".
Helen kembali berjalan masuk ke dalam toilet, sedangkan Gua turun ke lantai satu restoran untuk mengambil sebuah kado yang memang Gua siapkan untuknya dua hari lalu. Selesai mengambil kado tersebut Gua kembali naik kelantai dua dan duduk di samping Helen. Gua menaruh sebuah kotak persegi yang sudah terbungkus kertas kado berwarna pink.
"Wow.. Banyak amat Lun yang diundang ?", Gua menyapukan pandangan kearah tamu undangan yang mulai memenuhi restoran di lantai dua ini.
"Iya, kata Helen sekalian ajang reuni teman sma nya dulu.. Eh ayo kita kesana Za..", ajak Luna kepada Gua.
Luna menggandeng tangan kanan Gua mesra. Jelaslah Luna terlihat cantik dengan dress yang ia kenakan, dress tanpa lengan sampai memeperlihatkan kulit punggungnya yang putih mulus itu benar-benar membuatnya terlihat seksi dan cantik. Sedangkan Gua memakai kemeja dengan warna senada dengan dress yang ia kenakan itu. Kami berdua menghampiri Helen serta Mamahnya yang sedang berdiri dihadapan kue ulang tahun di depan mereka. Kue yang sangat mewah karena cukup tinggi, lebih terlihat seperti kue pesta pernikahan.
"Udah datang semua Ay ?", tanya Luna kepada Helen.
Helen tersenyum lalu mengangguk kepada Kakaknya itu. "Udah Kak.. Kita mulai acaranya sekarang aja Kak", jawab Helen.
Lalu sedetik kemudian sang MC membuka acara ulang tahun malam ini. Gua menatap Helen dari sisi kirinya. Gua sempat terlena akan kecantikan sosok bidadari dunia yang sedang merayakan hari kelahirannya itu. Tak jauh beda pakaian yang ia kenakan dengan sang Kakak, sebuah dress yang cukup seksi dan pas ditubuhnya, hanya berbeda warna saja. Rambutnya dibuat sanggul dan makeup yang tipis telah membuatnya semakin terlihat mempesona. Kakak dan Adik yang sempurna dimata ini.
Setelah sang MC membuka acara dengan sedikit berbasa-basi, kini Helen mengambil alih microphone dan mengucapkan terimakasih kepada tamu undangan yang juga teman-teman masa sma nya itu. Kemudian acarapun dilanjutkan dengan pemotongan kue serta lantunan do'a, Helen memberikan potongan kue pertama untuk Mamahnya, lalu kepada Papahnya, baru terakhir kepada sang Kakak. Beres acara tersebut, sang MC mempersilahkan para tamu untuk menikmati hidangan sembari diiringi home band dari pojok kanan depan lantai dua ini.
Helen berbaur bersama teman-teman masa sma nya itu, saling melepas rindu karena mungkin sudah cukup lama mereka tidak bertemu. Gua dan Luna duduk disalah satu kursi yang tidak jauh dari meja kue ulang tahun.
Gua, Luna dan kedua orangtuanya membicarakan beberapa hal soal wisuda Luna tahun ini. Ya, Luna akhirnya selesai dengan skripsinya juga sidangnya. Tepat tiga setengah tahun dia menyelesaikan pendidikan strata satu di salah satu universitas ternama. Tidak lama kemudian Gua diajak Luna untuk dikenalkan ke beberapa teman kampusnya yang diundang ke acara ulang tahun Helen ini, tidak banyak teman Luna yang diundang, mungkin hanya delapan orang kalau Gua tidak salah ingat. Masih asyik mendengarkan obrolan mereka, Helen datang menghampiri kami ketika dirinya dipanggil oleh Luna. Kemudian teman-teman Luna mengucapkan selamat kepada Helen sambil memberikan kado.
"Makasih ya Kakak-kakak udah mau datang ke acara malam ini", ucap Helen kepada teman-teman Kakaknya itu.
"Eh Za mau ikut ke balkon sana ? Kita mau ngobrol di sana biar lebih santai", ajak Luna kepada Gua.
Gua menggaruk pelipis sebentar. "Eeuu.. Tar aku nyusul deh, mau ke toilet dulu", jawab Gua lalu pergi meninggalkan mereka untuk bergegas ke toilet.
Beres mencuci muka di toilet, Gua melihat jam pada pergelangan tangan kiri, baru pukul setengah delapan malam. Lalu Gua keluar toilet hendak kembali bergabung bersama Luna dan temannya. Tapi ketika Gua hendak meneruskan langkah, Gua berpas-pasan dengan Helen, ya calon adik ipar Gua itu ternyata baru saja hendak masuk ke toilet juga.
"Hai Ay...", sapa Gua.
"Eh hai Kak Eza.. Abis dari toilet ?".
Gua mengangguk. "Iya, eh.. Mmm.. Selamat ya Ay..", Gua mengulurkan tangan kepadanya.
Helen menyambut jabat tangan Gua. Ya memang Gua belum sempat mengucapkan selamat ketika acara ulang tahun baru dimulai tadi.
"Selamat ya, semoga jadi pribadi yang lebih baik dan kuliahnya lancar...", ucap Gua masih menjabat tangannya.
"Makasih Kak.. Oh ya, kadonya mana ? hihihi...", Dia terkekeh pelan.
"Hahaha.. Ada kok, tenang hehehe, sebentar ya, aku taruh di office kadonya", jawab Gua hendak mengambil kado untuknya.
Helen mengangguk lalu tersenyum. "Yaudah aku ke toilet dulu ya Kak, nanti ketemu di meja ultah aja".
Helen kembali berjalan masuk ke dalam toilet, sedangkan Gua turun ke lantai satu restoran untuk mengambil sebuah kado yang memang Gua siapkan untuknya dua hari lalu. Selesai mengambil kado tersebut Gua kembali naik kelantai dua dan duduk di samping Helen. Gua menaruh sebuah kotak persegi yang sudah terbungkus kertas kado berwarna pink.
Erinnerungen an die Vergangenheit
"Ini hadiah untuk kamu, semoga suka ya... Maaf gak bisa kasih barang mewah hahaha...", ucap Gua ketika sudah menaruh kado tersebut diatas meja.
"Boleh dibuka sekarang ?", tanyanya.
Gua menganggukan kepala. Lalu Helen mulai membuka kertas kadonya perlahan hingga semua bungkusnya terlepas.
Cukup rasanya kejutan yang Gua harapkan dari ekspresi Helen itu. Helen menutupi mulutnya dengan telapak tangan kirinya seraya menatap terkejut kearah tangan kanannya yang masih memegang sebuah barang pemberian Gua tadi.
"Kak... Ini.. Ini...", ucapnya terbata masih tidak percaya.
"Maaf baru sempat ngembaliin itu sekarang ya, berapa tahun ya Ay ? Hahaha..".
"Mmm.. Enam tahun kurang lebih Kak, ya enam tahun lalu...", jawabnya,
"Kak.. Makasih...", Helen mendekap barang tersebut di depan dadanya lalu tersenyum kepada Gua.
"Enggak perlu, itu milik kamu Ay.. Oh ya, isinya itu kado dari aku loch, hehehe...", lanjut Gua mengingatkannya.
Helen membuka kotak makan yang dulu sempat ia berikan kepada Gua ketika kami masih di smp dulu. Ya, kotak makan berwarna putih dengan gambar penguin pada penutupnya itu adalah miliknya. Milik seorang wanita yang kini sedang berulang tahun.
"Wah.. Ini bagus banget Kak...", ucapnya ketika mengambil sebuah jam tangan model wanita.
"Kamu suka ?".
Helen mengangguk tersenyum lalu memegang tangan kanan Gua yang berada di atas paha ini.
"Makasih banyak...", ucapnya.
Pada akhirnya, kami berdua bernostalgia saat masa smp dulu. Dimana pertama kalinya kami bertemu saat ulangan dan duduk satu meja, saat itu Gua masih kelas tiga smp dan Helen kelas dua smp. Tidak banyak cerita diantara kami yang bisa kami bahas, karena kami memang tidak begitu dekat satu sama lain. Tapi...
Ternyata sedikit cerita di masa lalu itu adalah hal yang paling berkesan untuk kami berdua. Ya, tidak banyaknya kebersamaan kami mempermudah ingatan kami untuk mengingat tiap momen saat bersama dulu.
"Kak, kamu inget waktu aku pulang sendirian karena gak di jemput supir ?".
Gua tersenyum dan menganggukan kepala kepadanya. "Itu waktu aku anter kamu pulangkan ?", ingat Gua ketika itu.
"Iya.. Itu pertama kalinya bagi ku diantar pulang sama laki-laki..", jawabnya,
"Pertama kalinya naik motor..",
"Pertama kalinya naik vespa...",
"Pertama kalinya bawa laki-laki kerumah dan...",
"Dan pertama kalinya aku ngenalin laki-laki ke Mamah...", lanjutnya seraya tersipu malu.
Gua tersenyum kepada Helen, mengingat setiap detail cerita saat bersamanya dulu. Ya momen yang sedikit itu mampu berkesan diingatan kami masing-masing.
"Kamu tau Ay.. Dulu saat aku pertama kali ketemu Mamah kamu dan mencium tangan beliau, Mamah kamu itu nunjukin ekspresi kaget.. Aku bingung saat itu, apa ada yang salah dengan sikap atau pakaian aku.. Hahaha...", kenang Gua lagi.
"Oh iya.. Hahaha.. Iya iya Mamah kaget waktu itu.. Dan kamu sekarang tau kenapa Mamah kaget gitu Kak ?", tanyanya.
Gua mengangguk sambil memainkan garpu di atas meja. "Budaya liberalisme... Right ?", Gua menerka lalu melirik kepadanya.
Helen tersenyum lebar lalu mengangguk. "Iya.. Di keluarga ku gak ada budaya cium tangan. Jadi aku dan Mamah kaget waktu kamu cium tangan beliau...", jawabnya membenarkan,
"Tapi dari situ Mamah mulai terkesan sama kamu Kak.. Dia bilang kamu anak yang sopan banget", lanjutnya.
Gua tersenyum mendengarkan ucapannya itu. "Padahal budaya di kita itu udah jadi hal yang lumrah kan.. Tapi yaa.. Maybe it's different culture for your family Ay...".
Helen memainkan jam tangan yang menjadi kado dari Gua sambil menganggukan kepalanya lalu melirik kepada Gua lagi.
"Ah iya, vespa kamu masih ada ?", tanyanya tiba-tiba.
Gua cukup kaget mendengar pertanyaannya itu. "Mmm.. Udah ilang Ay, waktu sma...", jawab Gua ragu.
"Loch ? Kok bisa ? Sayang banget itu vespa...", Helen pun terkejut mendengar kebohongan yang Gua ucapkan.
"Yaa.. Mmm.. Gimana lagi ya.. Hahaha..", Gua pun kikuk harus menjawab apalagi kepadanya.
"Iiisshhh.. Sayang banget, unik tauu.. Dan..".
Helen terdiam sejenak sambil menatap potongan kue ultah diatas meja.
"Dan apa Ay ?", tanya Gua.
Helen melirik kepada Gua sambil tersenyum tipis. "Dan punya kesan tersendiri untuk aku...", jawabnya pelan.
Gua menghela nafas pelan, entah kenapa Gua merasa sangat bersalah kepada Helen telah membohonginya karena Bandot sebenarnya telah Gua jual. Tapi tidak mungkin juga Gua menceritakan kenyataan yang sebenarnya, karena menyangkut cerita tentang Olla dan Indra pada kisah si Bandot.
Gua dan Helen masih terdiam ketika Luna menghampiri kami berdua.
"Hei.. Di tungguin daritadi malah duduk berduaan disini Za..", ucap Luna menyadarkan Gua.
"Eh.. Maaf Lun, ini habis cerita-cerita waktu aku dan Helen di smp.. Maaf sampe lupa mau nyamperin kamu", jawab Gua.
"Yaudah kesana dulu yuk..", ajak Luna.
Baru saja Gua bangun dari kursi, seorang lelaki menghampiri Luna dari arah belakangnya.
"Luna..".
Luna menengok kebelakang dan terkejut melihat sosok lelaki tersebut.
"Endra ?!!", pekiknya.
Gua ikut kaget mendengar bahwa lelaki itu adalah Endra mantan pacar Luna. Seorang lelaki keturunan Chinese (no sara) dengan penampilan yang berkelas, metroseksual dan cukup membuat orang-orang mengetahui bahwa dirinya adalah seorang yang mapan. Helen ikut bangun dan berdiri di samping Gua.
"Kok bisa ada Endra ?", bisiknya kepada Gua,
"Kakak kenal sama mantannya Kak Luna ?", tanyanya.
Gua melirik kepada Helen. "Cuma tau namanya, baru sekarang liat mahluknya..", jawab Gua asal.
"Mahluk ? Ah, hahaha.. Dasar ih", ucap Helen menepuk lengan Gua pelan.
"Luna baru cerita kemarin soal mantannya itu sama Aku, Ay..", lanjut Gua yang menatap tajam kearah lelaki itu, dan sepertinya dia mulai memaksa Luna untuk ikut dengannya.
"Lepas tangan kamu En!", Luna menepis tangan Endra yang berusaha menarik tangannya.
"Please, aku cuma mau ngomong sama kamu Luna..", jawab Endra.
"Yaudah ngomong disini aja!", balas Luna.
"Gak disini Luna, aku perlu ngomong berdua sama kamu".
"Endra, jangan berani-berani kamu ngerusak acara ulang tahun adik ku! Lagian siapa yang undang kamu kesini sih ?!", sentak Luna.
"Lun, please.. Aku mau minta maaf dan jelasin semuanya, kita ngomong dibawah ya Lun", Endra kembali menarik tangan Luna.
Gua berjalan menghampiri mereka berdua, baru saja Gua hendak menahan tangan Luna, tangan kiri Luna langsung menarik bahu kiri Endra yang sedang membelakanginya itu. Gua rasa dan yakin pula bahwa tangan kirinya itu mencemgkram kuat bahu Endra. Sedetik kemudian Endra mengerang kesakitan lalu berbalik dan reflek menampar pipi Luna.
Tap..Nyaris saja tamparannya mengenai pipi kekasih Gua itu jika Gua terlambat sedetik saja.
Gua menahan tangan Endra. "Kasar heh ?", ucap Gua.
Endra melotot kearah Gua lalu melirik kepada Luna.
"Pergi kamu En.. Aku enggak mau liat muka kamu lagi..", ucap Luna.
"Luna.. Please, give me one more chance Honey..", jawab Endra.
Kyuutt... Gua mencekik lehernya.
Gua mendekati wajahnya hingga jarak wajah diantara kami sangat dekat.
"Pergi atau Gua keluarin isi tenggorokan Lu...", bisik Gua.
"Hhhheeuuhh.. Uhuk.. Uhukk.. Uhuukk..", Endra terbatuk ketika Gua melepaskan cengkraman pada lehernya.
Tidak lama kemudian Helen memanggil beberapa pegawai restoran yang datang bersama seorang satpam. Lalu Endra pun mau tidak mau digiring secara paksa keluar dari restoran ini.
"Ini belum selesai...", ucapnya sambil menatap Gua dan kembali digiring keluar.
Kemudian Luna mengambil microphone dan meminta maaf atas sedikit suasana yang menjadi tegang tadi, lalu kembali semuanya tenang walaupun banyak wajah-wajah para tamu yang masih kebingungan.
"Ay, maafin Kakak ya, Kakak beneran gak tau kenapa Endra bisa datang kesini..", ucap Luna kepada Helen.
"Udah enggak apa-apa, yang penting enggak sampai bikin keributan..", jawab Helen.
"Lun, aku ke bawah sebentar ya.. Mau ambil brownies", potong Gua.
"Brownies ?", Luna mengerenyitkan kening.
"Mmm.. Iya, pesenan Mba Laras, aku cuma mau cek aja di bagian pastry.. Sebentar..", Gua pergi meninggalkanya dan mengacuhkan Luna yang masih memanggil Gua.
Gua menuruni tangga dan bergegas ke kitchen, lalu mengambil sebuah butcher knife dari sana dan kembali keluar kitchen. Gua berlari kecil ketika melihat Endra sudah berada di parkiran resto.
"Wooii..", teriak Gua ketika Endra baru membuka pintu mobilnya.
Dia menengok kepada Gua yang sedang berjalan menghampirinya.
"Mau apa Lu ?", tanyanya.
Gua menyeringai. "Lu bilang kita belum selesaikan ?",
"Gimana kalo kita selesain disini ?".
"Wait.. Wait.. Apa-apaan ini ?! Heeiii... Tunggu tungguuu..", Endra mundur beberpa langkah dengan panik.
Gua tetap menghampirinya sambil menenteng sebuah butcher knife.
"Sini Lu! Biar Gua gorok Lu punya leher!", teriak Gua.
"Ampuun.. Amppuun.. Wooii.. Toloooong... Tolooooongg!!!", Endra berteriak-teriak sambil berlari kearah pos satpam di dekat jalan keluar mobil restoran.
"Ada apa ini ? Loch ? Pak Eza ? Ada apa Pak ?", seorang satpam menghampiri kami dan melihat kepada Gua.
Gua berhenti berjalan ketika satpam tersebut menghalangi Gua.
"Pak ada apa Pak ? Jangan gegabah Pak..", ucap satpam tersebut.
"Minggir..", ucap Gua.
"Pak istigfar, istigfar...", lanjutnya.
"Lu mau Gua pecat malam ini juga ?", tanya Gua kepada satpam tersebut.
"Waduh.. Bukan gitu Pak, tapi situ mau ngapain bawa-bawa pisau sambil ngejar-ngejar orang.. Maaf Pak bukan saya lancang, tapi saya menjaga keamanan disini Pak.. Apalagi Bapak Bos saya Pak.. Istigfar ya Pak, istigfar.. Kita obrolin baik-baik..", terang si satpam mencoba menenangkan Gua.
Gua menengok kebelakang tubuh satpam di depan Gua itu, menatap kepada Endra yang sedang ketakutan dan ditemani oleh seorang tukang parkir di sampingnya.
"Denger baik-baik Jing! Lu jangan sekali-sekali deketin Luna lagi.. Atau Gua bener-bener nebas Lu punya leher!!", ancam Gua seraya menunjuk wajahnya dengan pisau pemotong daging di tangan kanan ini.
Endra mengangguk cepat dengan ekpresi yang masih ketakutan.
"Sumpah, Gua gak akan deketin Luna lagi.. Maafin Gua.. Tolong bilang sama Luna, Gua cuma mau minta maaf.. Maaf banget bro...", ucapnya dengan suara yang bergetar.
"Gua pegang omongan Lu.. Sekali aja Gua denger Lu deketin Luna.. Gua pastiin isi tenggorokan Lu jadi makanan anjing...".
Endra mengangguk dengan cepat, lalu Gua meminta satpam tersebut membawanya pergi dari hadapan Gua.
Setelah itu Gua pun kembali masuk ke dalam restoran, baru saja Gua memasuki pintu utama resto, Luna sudah berdiri di depan pintu sambil melipat kedua tangannya.
"Abis ngapain kamu ?!", tanyanya tegas sambil menatap mata Gua tajam.
"Aku enggak mau debat Lun.. Kamu bisa nebak apa yang aku lakuin tadikan...", jawab Gua seraya melewatinya dan masuk ke dalam resto.
Kami berdua kini sudah kembali ke lantai dua, Gua duduk di sampingnya, di balkon sambil memandangi jalan raya yang cukup dipadati kendaraan. Luna memeluk Gua dari samping dengan melingkarkan kedua tangannya kepinggang ini, sedangkan kepalanya bersandar ke dada Gua.
"Za..".
"Ya ?".
"Kamu marah sama aku ya ?".
Gua mengelus rambutnya hingga punggung. Lalu berbisik pelan. "Aku enggak marah sama kamu", jawab Gua.
"Za..", Luna menengadahkan kepalanya keatas untuk menatap wajah Gua,
"Kamu terima aku apa adanyakan ? Gak menyesal dengan kondisi dan keadaan aku ini ?", tanyanya kali ini penuh kekhawatiran.
Gua tersenyum lebar. "Kamu dari kemarin nanyain itu terus sayang, berapa kali lagi harus aku jawab ? Aku gak masalahin hal kayak gitu..".
"Tapi..", Luna menghentikan ucapannya.
Gua memundurkan tubuh agar kami bisa saling berdiri berhadapan. Lalu Gua memegang kedua sisi lengannya, menatap matanya lekat-lekat.
"Aku mencintai kamu dengan segala kekurangan yang ada dalam diri kamu Luna..",
"Aku gak masalahin masa lalu kamu yang pernah hamil..",
"Yang terpenting kamu yang sekarang.. Kita.. Semua ini untuk masa depan kita kan ?", lanjut Gua.
Mata Luna berkaca-kaca. "Makasih Za.. Makasih banyak... Aku sayang sama kamu", balasnya lalu memeluk Gua, menyandarkan kepalanya ke dada ini.
Gua belai lembut punggungnya dan mencium ubun-ubun kepalanya. Luna menengadahkan kepala dan tangan kanannya membelai pipi kiri Gua.
"Kamu apain Endra ?", tanyanya.
"Aku cuma minta dia jauhin kamu, jangan pernah deketin kamu lagi.. Itu aja", Gua tersenyum kepada Luna.
"Jangan berlebihan ya sayang..", ucapnya.
Gua mengerenyitkan kening lalu menatapnya keheranan. "Maksud kamu ? Jangan berlebihan gimana ? Kamu takut dia kenapa-kenapa ? Jangan-jangan kamu masi..", ucapan Gua terpotong.
Luna memundurkan tubuhnya. "Eza, apa siih.. Aku khawatir sama kamu Za.. Bukan sama Endra.. Aku tau kamu kalo udah emosi kayak apa!",
"Nanti yang ada masalahnya melebar kemana-kemana! Aku udah gak sayang sama dia, Za",
"Buat apa aku gugurin janin itu kalo sayang sama dia ? Aku benci sama Endra, benci... Kamu jangan pernah berfikir aku masih sayang sama dia!", tubuh Luna bergetar dan Linangan airmatanya sudah membasahi wajahnya yang cantik itu.
Gua menarik bahunya dan kembali memeluknya. Gua dekap tubuhnya erat. "Maafin aku Luna.. Maafin aku... Aku sayang sama kamu dan gak mau kehilangan kamu Lun..", bisik Gua dengan mata yang berkaca-kaca.
"Boleh dibuka sekarang ?", tanyanya.
Gua menganggukan kepala. Lalu Helen mulai membuka kertas kadonya perlahan hingga semua bungkusnya terlepas.
Cukup rasanya kejutan yang Gua harapkan dari ekspresi Helen itu. Helen menutupi mulutnya dengan telapak tangan kirinya seraya menatap terkejut kearah tangan kanannya yang masih memegang sebuah barang pemberian Gua tadi.
"Kak... Ini.. Ini...", ucapnya terbata masih tidak percaya.
"Maaf baru sempat ngembaliin itu sekarang ya, berapa tahun ya Ay ? Hahaha..".
"Mmm.. Enam tahun kurang lebih Kak, ya enam tahun lalu...", jawabnya,
"Kak.. Makasih...", Helen mendekap barang tersebut di depan dadanya lalu tersenyum kepada Gua.
"Enggak perlu, itu milik kamu Ay.. Oh ya, isinya itu kado dari aku loch, hehehe...", lanjut Gua mengingatkannya.
Helen membuka kotak makan yang dulu sempat ia berikan kepada Gua ketika kami masih di smp dulu. Ya, kotak makan berwarna putih dengan gambar penguin pada penutupnya itu adalah miliknya. Milik seorang wanita yang kini sedang berulang tahun.
"Wah.. Ini bagus banget Kak...", ucapnya ketika mengambil sebuah jam tangan model wanita.
"Kamu suka ?".
Helen mengangguk tersenyum lalu memegang tangan kanan Gua yang berada di atas paha ini.
"Makasih banyak...", ucapnya.
Pada akhirnya, kami berdua bernostalgia saat masa smp dulu. Dimana pertama kalinya kami bertemu saat ulangan dan duduk satu meja, saat itu Gua masih kelas tiga smp dan Helen kelas dua smp. Tidak banyak cerita diantara kami yang bisa kami bahas, karena kami memang tidak begitu dekat satu sama lain. Tapi...
Ternyata sedikit cerita di masa lalu itu adalah hal yang paling berkesan untuk kami berdua. Ya, tidak banyaknya kebersamaan kami mempermudah ingatan kami untuk mengingat tiap momen saat bersama dulu.
"Kak, kamu inget waktu aku pulang sendirian karena gak di jemput supir ?".
Gua tersenyum dan menganggukan kepala kepadanya. "Itu waktu aku anter kamu pulangkan ?", ingat Gua ketika itu.
"Iya.. Itu pertama kalinya bagi ku diantar pulang sama laki-laki..", jawabnya,
"Pertama kalinya naik motor..",
"Pertama kalinya naik vespa...",
"Pertama kalinya bawa laki-laki kerumah dan...",
"Dan pertama kalinya aku ngenalin laki-laki ke Mamah...", lanjutnya seraya tersipu malu.
Gua tersenyum kepada Helen, mengingat setiap detail cerita saat bersamanya dulu. Ya momen yang sedikit itu mampu berkesan diingatan kami masing-masing.
"Kamu tau Ay.. Dulu saat aku pertama kali ketemu Mamah kamu dan mencium tangan beliau, Mamah kamu itu nunjukin ekspresi kaget.. Aku bingung saat itu, apa ada yang salah dengan sikap atau pakaian aku.. Hahaha...", kenang Gua lagi.
"Oh iya.. Hahaha.. Iya iya Mamah kaget waktu itu.. Dan kamu sekarang tau kenapa Mamah kaget gitu Kak ?", tanyanya.
Gua mengangguk sambil memainkan garpu di atas meja. "Budaya liberalisme... Right ?", Gua menerka lalu melirik kepadanya.
Helen tersenyum lebar lalu mengangguk. "Iya.. Di keluarga ku gak ada budaya cium tangan. Jadi aku dan Mamah kaget waktu kamu cium tangan beliau...", jawabnya membenarkan,
"Tapi dari situ Mamah mulai terkesan sama kamu Kak.. Dia bilang kamu anak yang sopan banget", lanjutnya.
Gua tersenyum mendengarkan ucapannya itu. "Padahal budaya di kita itu udah jadi hal yang lumrah kan.. Tapi yaa.. Maybe it's different culture for your family Ay...".
Helen memainkan jam tangan yang menjadi kado dari Gua sambil menganggukan kepalanya lalu melirik kepada Gua lagi.
"Ah iya, vespa kamu masih ada ?", tanyanya tiba-tiba.
Gua cukup kaget mendengar pertanyaannya itu. "Mmm.. Udah ilang Ay, waktu sma...", jawab Gua ragu.
"Loch ? Kok bisa ? Sayang banget itu vespa...", Helen pun terkejut mendengar kebohongan yang Gua ucapkan.
"Yaa.. Mmm.. Gimana lagi ya.. Hahaha..", Gua pun kikuk harus menjawab apalagi kepadanya.
"Iiisshhh.. Sayang banget, unik tauu.. Dan..".
Helen terdiam sejenak sambil menatap potongan kue ultah diatas meja.
"Dan apa Ay ?", tanya Gua.
Helen melirik kepada Gua sambil tersenyum tipis. "Dan punya kesan tersendiri untuk aku...", jawabnya pelan.
Gua menghela nafas pelan, entah kenapa Gua merasa sangat bersalah kepada Helen telah membohonginya karena Bandot sebenarnya telah Gua jual. Tapi tidak mungkin juga Gua menceritakan kenyataan yang sebenarnya, karena menyangkut cerita tentang Olla dan Indra pada kisah si Bandot.
Gua dan Helen masih terdiam ketika Luna menghampiri kami berdua.
"Hei.. Di tungguin daritadi malah duduk berduaan disini Za..", ucap Luna menyadarkan Gua.
"Eh.. Maaf Lun, ini habis cerita-cerita waktu aku dan Helen di smp.. Maaf sampe lupa mau nyamperin kamu", jawab Gua.
"Yaudah kesana dulu yuk..", ajak Luna.
Baru saja Gua bangun dari kursi, seorang lelaki menghampiri Luna dari arah belakangnya.
"Luna..".
Luna menengok kebelakang dan terkejut melihat sosok lelaki tersebut.
"Endra ?!!", pekiknya.
Gua ikut kaget mendengar bahwa lelaki itu adalah Endra mantan pacar Luna. Seorang lelaki keturunan Chinese (no sara) dengan penampilan yang berkelas, metroseksual dan cukup membuat orang-orang mengetahui bahwa dirinya adalah seorang yang mapan. Helen ikut bangun dan berdiri di samping Gua.
"Kok bisa ada Endra ?", bisiknya kepada Gua,
"Kakak kenal sama mantannya Kak Luna ?", tanyanya.
Gua melirik kepada Helen. "Cuma tau namanya, baru sekarang liat mahluknya..", jawab Gua asal.
"Mahluk ? Ah, hahaha.. Dasar ih", ucap Helen menepuk lengan Gua pelan.
"Luna baru cerita kemarin soal mantannya itu sama Aku, Ay..", lanjut Gua yang menatap tajam kearah lelaki itu, dan sepertinya dia mulai memaksa Luna untuk ikut dengannya.
"Lepas tangan kamu En!", Luna menepis tangan Endra yang berusaha menarik tangannya.
"Please, aku cuma mau ngomong sama kamu Luna..", jawab Endra.
"Yaudah ngomong disini aja!", balas Luna.
"Gak disini Luna, aku perlu ngomong berdua sama kamu".
"Endra, jangan berani-berani kamu ngerusak acara ulang tahun adik ku! Lagian siapa yang undang kamu kesini sih ?!", sentak Luna.
"Lun, please.. Aku mau minta maaf dan jelasin semuanya, kita ngomong dibawah ya Lun", Endra kembali menarik tangan Luna.
Gua berjalan menghampiri mereka berdua, baru saja Gua hendak menahan tangan Luna, tangan kiri Luna langsung menarik bahu kiri Endra yang sedang membelakanginya itu. Gua rasa dan yakin pula bahwa tangan kirinya itu mencemgkram kuat bahu Endra. Sedetik kemudian Endra mengerang kesakitan lalu berbalik dan reflek menampar pipi Luna.
Tap..Nyaris saja tamparannya mengenai pipi kekasih Gua itu jika Gua terlambat sedetik saja.
Gua menahan tangan Endra. "Kasar heh ?", ucap Gua.
Endra melotot kearah Gua lalu melirik kepada Luna.
"Pergi kamu En.. Aku enggak mau liat muka kamu lagi..", ucap Luna.
"Luna.. Please, give me one more chance Honey..", jawab Endra.
Kyuutt... Gua mencekik lehernya.
Gua mendekati wajahnya hingga jarak wajah diantara kami sangat dekat.
"Pergi atau Gua keluarin isi tenggorokan Lu...", bisik Gua.
"Hhhheeuuhh.. Uhuk.. Uhukk.. Uhuukk..", Endra terbatuk ketika Gua melepaskan cengkraman pada lehernya.
Tidak lama kemudian Helen memanggil beberapa pegawai restoran yang datang bersama seorang satpam. Lalu Endra pun mau tidak mau digiring secara paksa keluar dari restoran ini.
"Ini belum selesai...", ucapnya sambil menatap Gua dan kembali digiring keluar.
Kemudian Luna mengambil microphone dan meminta maaf atas sedikit suasana yang menjadi tegang tadi, lalu kembali semuanya tenang walaupun banyak wajah-wajah para tamu yang masih kebingungan.
"Ay, maafin Kakak ya, Kakak beneran gak tau kenapa Endra bisa datang kesini..", ucap Luna kepada Helen.
"Udah enggak apa-apa, yang penting enggak sampai bikin keributan..", jawab Helen.
"Lun, aku ke bawah sebentar ya.. Mau ambil brownies", potong Gua.
"Brownies ?", Luna mengerenyitkan kening.
"Mmm.. Iya, pesenan Mba Laras, aku cuma mau cek aja di bagian pastry.. Sebentar..", Gua pergi meninggalkanya dan mengacuhkan Luna yang masih memanggil Gua.
Gua menuruni tangga dan bergegas ke kitchen, lalu mengambil sebuah butcher knife dari sana dan kembali keluar kitchen. Gua berlari kecil ketika melihat Endra sudah berada di parkiran resto.
"Wooii..", teriak Gua ketika Endra baru membuka pintu mobilnya.
Dia menengok kepada Gua yang sedang berjalan menghampirinya.
"Mau apa Lu ?", tanyanya.
Gua menyeringai. "Lu bilang kita belum selesaikan ?",
"Gimana kalo kita selesain disini ?".
"Wait.. Wait.. Apa-apaan ini ?! Heeiii... Tunggu tungguuu..", Endra mundur beberpa langkah dengan panik.
Gua tetap menghampirinya sambil menenteng sebuah butcher knife.
"Sini Lu! Biar Gua gorok Lu punya leher!", teriak Gua.
"Ampuun.. Amppuun.. Wooii.. Toloooong... Tolooooongg!!!", Endra berteriak-teriak sambil berlari kearah pos satpam di dekat jalan keluar mobil restoran.
"Ada apa ini ? Loch ? Pak Eza ? Ada apa Pak ?", seorang satpam menghampiri kami dan melihat kepada Gua.
Gua berhenti berjalan ketika satpam tersebut menghalangi Gua.
"Pak ada apa Pak ? Jangan gegabah Pak..", ucap satpam tersebut.
"Minggir..", ucap Gua.
"Pak istigfar, istigfar...", lanjutnya.
"Lu mau Gua pecat malam ini juga ?", tanya Gua kepada satpam tersebut.
"Waduh.. Bukan gitu Pak, tapi situ mau ngapain bawa-bawa pisau sambil ngejar-ngejar orang.. Maaf Pak bukan saya lancang, tapi saya menjaga keamanan disini Pak.. Apalagi Bapak Bos saya Pak.. Istigfar ya Pak, istigfar.. Kita obrolin baik-baik..", terang si satpam mencoba menenangkan Gua.
Gua menengok kebelakang tubuh satpam di depan Gua itu, menatap kepada Endra yang sedang ketakutan dan ditemani oleh seorang tukang parkir di sampingnya.
"Denger baik-baik Jing! Lu jangan sekali-sekali deketin Luna lagi.. Atau Gua bener-bener nebas Lu punya leher!!", ancam Gua seraya menunjuk wajahnya dengan pisau pemotong daging di tangan kanan ini.
Endra mengangguk cepat dengan ekpresi yang masih ketakutan.
"Sumpah, Gua gak akan deketin Luna lagi.. Maafin Gua.. Tolong bilang sama Luna, Gua cuma mau minta maaf.. Maaf banget bro...", ucapnya dengan suara yang bergetar.
"Gua pegang omongan Lu.. Sekali aja Gua denger Lu deketin Luna.. Gua pastiin isi tenggorokan Lu jadi makanan anjing...".
Endra mengangguk dengan cepat, lalu Gua meminta satpam tersebut membawanya pergi dari hadapan Gua.
Setelah itu Gua pun kembali masuk ke dalam restoran, baru saja Gua memasuki pintu utama resto, Luna sudah berdiri di depan pintu sambil melipat kedua tangannya.
"Abis ngapain kamu ?!", tanyanya tegas sambil menatap mata Gua tajam.
"Aku enggak mau debat Lun.. Kamu bisa nebak apa yang aku lakuin tadikan...", jawab Gua seraya melewatinya dan masuk ke dalam resto.
Kami berdua kini sudah kembali ke lantai dua, Gua duduk di sampingnya, di balkon sambil memandangi jalan raya yang cukup dipadati kendaraan. Luna memeluk Gua dari samping dengan melingkarkan kedua tangannya kepinggang ini, sedangkan kepalanya bersandar ke dada Gua.
"Za..".
"Ya ?".
"Kamu marah sama aku ya ?".
Gua mengelus rambutnya hingga punggung. Lalu berbisik pelan. "Aku enggak marah sama kamu", jawab Gua.
"Za..", Luna menengadahkan kepalanya keatas untuk menatap wajah Gua,
"Kamu terima aku apa adanyakan ? Gak menyesal dengan kondisi dan keadaan aku ini ?", tanyanya kali ini penuh kekhawatiran.
Gua tersenyum lebar. "Kamu dari kemarin nanyain itu terus sayang, berapa kali lagi harus aku jawab ? Aku gak masalahin hal kayak gitu..".
"Tapi..", Luna menghentikan ucapannya.
Gua memundurkan tubuh agar kami bisa saling berdiri berhadapan. Lalu Gua memegang kedua sisi lengannya, menatap matanya lekat-lekat.
"Aku mencintai kamu dengan segala kekurangan yang ada dalam diri kamu Luna..",
"Aku gak masalahin masa lalu kamu yang pernah hamil..",
"Yang terpenting kamu yang sekarang.. Kita.. Semua ini untuk masa depan kita kan ?", lanjut Gua.
Mata Luna berkaca-kaca. "Makasih Za.. Makasih banyak... Aku sayang sama kamu", balasnya lalu memeluk Gua, menyandarkan kepalanya ke dada ini.
Gua belai lembut punggungnya dan mencium ubun-ubun kepalanya. Luna menengadahkan kepala dan tangan kanannya membelai pipi kiri Gua.
"Kamu apain Endra ?", tanyanya.
"Aku cuma minta dia jauhin kamu, jangan pernah deketin kamu lagi.. Itu aja", Gua tersenyum kepada Luna.
"Jangan berlebihan ya sayang..", ucapnya.
Gua mengerenyitkan kening lalu menatapnya keheranan. "Maksud kamu ? Jangan berlebihan gimana ? Kamu takut dia kenapa-kenapa ? Jangan-jangan kamu masi..", ucapan Gua terpotong.
Luna memundurkan tubuhnya. "Eza, apa siih.. Aku khawatir sama kamu Za.. Bukan sama Endra.. Aku tau kamu kalo udah emosi kayak apa!",
"Nanti yang ada masalahnya melebar kemana-kemana! Aku udah gak sayang sama dia, Za",
"Buat apa aku gugurin janin itu kalo sayang sama dia ? Aku benci sama Endra, benci... Kamu jangan pernah berfikir aku masih sayang sama dia!", tubuh Luna bergetar dan Linangan airmatanya sudah membasahi wajahnya yang cantik itu.
Gua menarik bahunya dan kembali memeluknya. Gua dekap tubuhnya erat. "Maafin aku Luna.. Maafin aku... Aku sayang sama kamu dan gak mau kehilangan kamu Lun..", bisik Gua dengan mata yang berkaca-kaca.
*
*
*
'Cause I'm your lady
And you are my man
Whenever you reach for me
I'll do all that I can
*
*
'Cause I'm your lady
And you are my man
Whenever you reach for me
I'll do all that I can
Diubah oleh glitch.7 13-06-2017 18:39
fatqurr dan dany.agus memberi reputasi
2
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/03/18/9605475_20170318104940.jpg)
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/03/19/9605475_20170319120710.jpg)



love u too bun...ahaha..

). 
(Jangan lupa tempura seminggu sekali ya Yah) 
