Kaskus

Story

bunbun.orenzAvatar border
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):


And I know
There's nothing I can say
To change that part

But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak

I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead



- Famous Last Words by MCR -


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha


Quote:


Spoiler for Special Thanks:


***



Spoiler for From Me:


Versi PDF Thread Sebelumnya:

MyPI PDF

Credit thanks to Agan njum26



[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)

Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini


Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
drakenssAvatar border
snf0989Avatar border
ugalugalihAvatar border
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
glitch.7
#5845
PART 86


Satu bulan sudah Gua dan Luna resmi menjalin hubungan ini. Sebenarnya kalau dihitung sudah lebih dari satu bulan, tapi secara resmi dan diketahui orang terdekat kami rasanya baru satu bulan terakhir. Tidak ada kendala yang berarti antara hubungan Gua dengan Luna, sekalipun dia pernah mewanti-wanti kedekatan Gua dan Mba Yu, nyatanya dia tidak mempermasalahkan ketika Gua berbalas chatt di bbm dengan Mba Yu, mungkin lain cerita jika Gua bertemu dan jalan berdua bersama Mba Yu, bisa jadi, oh ralat, sudah pasti, ya sudah pasti Luna marah.

Kabar soal hubungan Gua dan Luna pun sudah diketahui oleh Nona Ukhti, dan reaksinya, dia terima dengan pilihan Gua, tapi bukan berarti kami berdua menjadi jauh. Setelah Nona Ukhti kembali ke Singapore untuk melanjutkan perkuliahannya, kami berdua masih intens berkomunikasi via chatting di bbm. Lebih baiknya lagi, Nona Ukhti dan Luna sering berkomunikasi juga, selain saling menanyakan kabar untuk basa-basi, mereka berdua suka membahas satu hal, fashion. Ya, apalagi kalo bukan soal pakaian, aksesoris dan tas wanita. Semenjak Gua memberikan oleh-oleh berupa tas dari Jerman dahulu kepada Nona Ukhti, Luna sering sekali memberikan saran dan informasi tentang online shop atau toko perlengakapan wanita yang recommended... Wanita oh wanita...

Hari minggu Gua sedang pergi bersama Luna ke sebuah toko perhiasan di ibu kota, saat itu Gua mengantarkan Luna membelikan kado untuk sang adik yang akan ulang tahun.

"Kalung atau cincin ya Za ?", Luna bertanya sambil melihat-lihat deretan perhiasan wanita yang berada di dalam etalase.

"Kira-kira dia sukanya apa ?", tanya Gua balik.

"Mmm.. Kayaknya sih keduanya dia suka, bingung aku...".

"Kalo gitu, kalung atau cincin yang paling lama belum dia beli lagi ?".

"Ah iya.. Dia udah lama sih gak beli kalung baru. Kalung aja kalo gitu ya ?".

Gua mengangguk ketika Luna menengok kepada Gua.

Kemudian dibelilah sebuah kalung oleh Luna yang hiasannya berbentuk permata. Beres membeli kado, kami berdua keluar dari toko perhiasan dan berjalan-jalan di dalam mall, sekedar mencuci mata melihat-lihat barang yang di jual oleh gerai-gerai di lantai dua ini.

"Lun, Helen kapan pulang ?", tanya Gua ketika kami masih berjalan berdampingan.

"Mungkin minggu depan kalau sesuai jadwal.. Rencananya Mamah sama Papah mau ngadain pestanya di resto kamu loch, hihihi...".

"Wah ? Kok baru ngomong ? Kirain di rumah kalian acaranya..".

"Enggak, aku sih yang saranin hehehe... Lumayan kan dapet income tuh hihihi..", Luna menggandeng tangan kanan Gua.

"hahaha dasar, masa keluarga sendiri di obyekin sih..".

"Enggak apa-apalah, kan sekali-sekali.. Oh iya nanti aku koordinasi sama Mba Laras aja ya untuk detail acaranya..".

"Iyalah... Mana ngerti aku kalo soal gituan Lun...".

"Kamu harus mulai banyak-banyak turun ke bisnis ini Za, maksud ku biar kamu tau perkembangan restoran kamu.. Masa sih kamu cuma liat hasil laporan perbulannya terus..".

Ah benar apa yang dikatakan Luna. Gua selama ini tidak pernah terlibat dan terjun langsung untuk mengurusi bisnis tersebut, terlalu asyik melepaskannya kepada Ibu Gua, Mba Laras.

"Mmm.. Iya Lun, nanti deh aku coba belajar ke Mba Laras..", jawab Gua seraya melepas kaitan tangannya lalu merangkul bahunya.

Kami masih berjalan mengitari mall ini sampai akhirnya Luna masuk ke dalam toko pakaian, kemudian membeli satu dress gaun berwarna ungu untuk acara ulang tahun Helen minggu depan. Setelah itu dia memaksa Gua untuk ikut membeli satu buah kemeja dengan warna yang senada dengan gaun yang baru ia beli tadi. Selesai berbelanja kami pun pulang ke kota kami dengan menggunakan mobil milik Gua (almh. Echa).

Sekitar pukul setengah tujuh malam Gua dan Luna sudah berada di rumahnya, Gua menemaninya memasak di dapur. Malam itu Luna memasak ayam goreng serta sup asparagus. Beres memasak, kami berdua menyantap makan malam di ruang makan rumahnya.

"Lun, kamu pinter masak ya.. Enak masakan kamu", Gua memulai obrolan sambil menyendok makanan.

"Mm.. Enggak juga sih, aku belajar masak dari Bibi hehehe...", jawabnya setelah mengunyah dan menelan makanan dalam mulutnya.

Gua cukup senang mendengar jawabannya. Bukan apa-apa sih, biasanyakan wanita sekelas dan model Luna yang terbiasa hidup mewah jarang bisa memasak, ternyata dia malah belajar memasak dari art nya sendiri, calon istri yang baik ini nih. Pukul tujuh malam Gua sudah santai di ruang tamu rumahnya, Gua membakar sebatang rokok dan baru saja dua kali hisapan ketika Luna selesai mengganti pakaiannya. Dia mengenakan baju tidur berwarna pink, piyama yang berbahan satin.

Luna duduk tepat di samping kanan Gua, lalu mengambil bantal sofa dan menaruhnya di atas paha Gua, kemudian dia rebahan dengan menaruh kepalanya diatas bantal tersebut.

"Sayang..".

"Ya Lun ?", Gua menundukan wajah untuk melihat kepadanya.

"Emang kenapa sih kalo habis makan enggak ngerokok ? Susah ya ? Gak enak gitu ?", tanyanya lembut.

Gua tersenyum lalu mematikan rokok ke asbak diatas meja.

"Hehehe.. Maaf ya, kebiasaan aja sih".

"Hmmm... Enggak baik untuk kesehatan sayang, kamu ngerokok dari kapan ?", Luna memainkan jemarinya di dagu Gua.

"sma kelas satu kayaknya, kalo enggak salah inget sih...".

"Tuh, udah lama kan... Kurangi ngerokoknya ya, mau apa tuanya penyakitan ?".

"Enggak hehehe.. Iya iya nanti diusahain kurangin rokok", jawab Gua seraya membelai rambut diatas keningnya.

Kami saling menatap satu sama lain. Perasaan Gua kini benar-benar tenang berada di dekat Luna. Tidak Gua pungkiri bahwasannya Gua merasakan cinta dalam hati ini kepada wanita yang sedang rebahan diatas pangkuan Gua itu. Ah Luna... You are my everything.

Gua menundukan tubuh untuk mengecup keningnya dalam-dalam, lalu memundurkan wajah sedikit. "Aku sayang sama kamu Luna...", bisik Gua pelan.

Luna tersenyum lalu mengaitkan satu tangannya ke tengkuk Gua, kemudian menariknya pelan dan mencium bibir ini sesaat.

"Aku juga sayang sama kamu Za.. Sayang banget..", balasnya.


***


Hari-hari Gua terasa semakin indah saat ini, ya semuanya berjalan dengan baik. Kebersamaan Gua dan Luna membuat Gua bisa kembali menjalani hidup ini dengan normal. Segala apa yang sudah Gua lalui beberapa waktu kemarin rasanya seperti mimpi buruk, dan Luna telah membangunkan Gua dari mimpi buruk tersebut, dia lah wanita yang bisa membuat Gua kembali berjalan dalam kerasnya kehidupan di dunia ini. Gua berharap kalau dia, wanita itu, Luna, adalah jawaban atas penantian Gua, penantian akan wanita yang dapat bersanding untuk Gua miliki dalam ikatan yang sah setelah Echa. Bukan untuk menjadi pengganti.

Tapi Gua lupa akan satu hal terpenting dalam hidup, dalam kehidupan yang tidak bisa kita duga ini, kita membutuhkan campur tangan Tuhan untuk membantu kita dalam menghadapi masalah atau mengingatkan kita untuk bersyukur akan nikmat dan karunia yang kita dapatkan. Sampai saat Gua bersama Luna sekarang, Gua sama sekali belum lagi kembali ke ajaran-Nya, menjalankan ibadah, melaksanakan perintah-Nya sebagai seorang muslim.

Hari minggu pagi di bulan juli Gua sedang berada di pelataran parkir sebuah tempat ibadah. Gua bakar sebatang rokok sambil menikmati udara pagi yang mulai beranjak siang. Alunan suara-suara dari dalam tempat ibadah di depan sana terdengar merdu sampai ke telinga ini. Gua memperhatikan bangunan tempat ibadah itu, melihat bentuk dan aristekturnya, sekedar mengamati akan keindahannya.

Sekitar pukul sepuluh lewat orang-orang dari dalam bangunan tersebut keluar secara perlahan, menandakan bahwa ibadah minggu pagi ini telah usai. Gua mematikan batang rokok kedua ketika seorang wanita cantik berjalan menghampiri dengan alkitab yang ia peluk di depan dadanya.

"Maaf lama ya..".

Gua menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Enggak kok Lun, gak apa-apa.. Namanya juga ibadah..".

"Mau langsung pulang ? Atau kemana dulu Za ?".

"Mmm.. Makan yuk aku lapar nih..", ajak Gua seraya membuka pintu samping kemudi mobil.

Luna mengangguk lalu masuk ke dalam mobil, baru saja Gua akan menutup pintu mobil, suara seorang lelaki terdengar lantang memanggil nama Gua.

"Rezaa...".

Gua menengok kebelakang dan tersenyum lebar. "Wah.. Bernat..", ucap Gua ketika Bernat berjalan menghampiri.

"Apa kabar broo ?", Bernat langsung memeluk Gua sebentar dan menepuk-nepuk bahu ini.

"Baik, Gua baik kok.. Lu sendiri apa kabar Nat ?".

"Baik juga Za.. Ckckck.. Makin tinggi aja Lu Za.. Gimana sekarang ?".

"Ya Gua gini-gini aja, masih sibuk kuliah karena belum lulus haha...".

"Oh belum lulus, Eh ngomong-ngomong ngapain Lu kesini ? Sama siapa Za ?".

Gua tersenyum lalu menggeser tubuh sedikit agar wanita yang duduk di dalam mobil bisa terlihat oleh Bernat.

"Anter dia tuh..", jawab Gua.

"Loch ? Luna ?", Bernat cukup terkejut setelah melihat Luna yang baru saja kembali keluar dari mobil.

"Hai Nat..", sapa Luna.

"Kalian kenal ?", tanya Gua.

Bernat mengangguk cepat. "Iyalah Za, kita disini satu gereja, sering misa bareng juga, masa gak kenal.. Sebentar... Istri Lu kemana ?", Bernat melirik kepada Gua dan Luna secara bergantian.

Luna tersenyum kepada Bernat. "Kayaknya kita perlu ngobrol ditempat lain", ucap Luna.

"Ada apa ini Lun ?", tanya Bernat lagi.

"Panjang ceritanya Nat..", jawab Gua.

"Gimana kalo kita pergi ke tempat makan, ya kalo kalian berdua gak ada acara..", ucap Bernat lagi.

Luna melirik kepada Gua. "Terserah Eza..", ucapnya.

Singkat cerita Gua dan Luna masuk kembali kedalam mobil dan mengikuti mobil sedan biru di depan sana, mobil milik Bernat. Di dalam perjalanan Gua dan Luna sedikit berbincang.

"Kamu kenal Bernat dimana Za ?", Luna bertanya sambil memutar saluran radio pada tape mobil.

"Dia kakak kelas ku di sma dulu Lun..".

"Ooh.. Satu sekolah ya, aku baru tau.. Eh iya, berarti kamu kenal sepupunya juga dong yang perempuan. Olla kalo gak salah namanya", tanya Luna lagi sambil melirik kepada Gua kali ini.

Gua melirik kepada Luna sambil tersenyum tipis. "Kenal.. Dia mantan aku".

"What ? Serius Zaa ?!".

Gua mengangguk sambil menatap jalan raya di depan sana. Kemudian selama perjalanan Gua menceritakan kisah masa sma Gua saat bersama Olla dahulu kepada Luna. Dengan antusias Luna mendengarkan semua cerita Gua ketika saat bersama Wulan lalu sampai kehadiran Olla. Kali ini Gua menceritakan semuanya sampai saat Olla menikah dengan Indra enam tahun lalu. Luna jelas cukup terkejut mendengar semuanya. Dalam beberapa kejadian yang Gua ceritakan cukup membuat dirinya nampak emosi, lalu kembali tenang, bahkan sedih ketika Gua melanjutkan cerita saat bersama Olla.

"Wow.. Cerita kamu benar-benar luar biasa, Za.. What kind of stories ? How Olla can do that to you Za ?".

Gua menaikkan kedua bahu, lalu menggelangkan kepala. "Enggak tau Lun, rasanya emang aneh saat itu.. Mungkin Olla benar mencintai Indra dengan tulus, bukan perkara dia berani selingkuh dan berbuat tega seperti itu ke aku.. Dan Aku sendiri gak percaya kalo nginget kejadian sama dia dulu, sampai segitunya.. Tapi yaa.. Aku gak menyesal, mungkin udah jalannya harus begitu.. Sayangnya aku gak pernah benar-benar bisa mencintai Olla saat itu, dan mungkin itulah salah satu alasan aku mau relain semuanya", jawab Gua sambil tetap fokus pada jalanan di depan sana.

"Dan dia sama Indra sekarang masih berumah tangga ?", tanya Luna lagi.

"Yap, terakhir kali aku bertemu Olla dan Indra saat pernikahan aku dengan Echa dua tahun lalu.. Saat itu kalo gak salah Olla sedang hamil anak kedua.. So i happy to hear that Lun.. Enggak ada yang sia-sia.. Yeah.. I hope so..".

Luna mengelus-elus bahu kiri Gua. "You are a strong man i ever known..".

Gua dan Luna serta Bernat bersama kekasihnya sampai di sebuah restoran cepat saji. Kami berempat duduk di bagian luar resto.

"Nah kenalin Za, ini pacar Gua Alin..", Bernat memperkenalkan pacarnya kepada Gua.

"Hai, Gua Eza, salam kenal", Gua menjulurkan tangan kepada Alin.

"Hai Za, Gue Alin, salam kenal juga yaa..", sambut Alin seraya menjabat tangan Gua.

"Kalo Luna sih udah kenal ya, tiap misa kan ketemu sama kita hehehe..", ucap Bernat.

Luna tersenyum kepada Bernat. "Hahaha iyalah Nat.. Alin sama Lo itu udah lama juga kan pacaran.. Kapan nikah kalian ? Hihihi...", ucap Luna seraya mengambil fried fries.

"Nantilah, lulus kuliah juga belum, kerja dulu baru nikah nanti..", jawab Bernat,
"Oh ya, gimana nih ceritanya kalian berdua bisa kenal sekarang ?", tanya Bernat kepada Gua dan Luna.

Pada akhirnya Gua menceritakan pertama kalinya kenal Luna saat sma dulu. Kemudian semakin panjang Gua bercerita hingga sampai menikah dengan Echa hingga saat ini dan Luna memotong, kemudian dia yang melanjutkan cerita kepada Bernat. Cukuplah cerita masa lalu Gua itu membuat Bernat dan pasangannya terkejut, apalagi dia baru mengetahui kalau Echa telah meninggal dunia. Bernat dan Alin jelas tidak percaya dengan semua cerita yang Gua alami beberapa tahun kebelakang, dia merasa terlalu berat ujian yang Tuhan berikan untuk Gua, apalagi ketika Jingga pun ikut pergi menyusul Bundanya.

"Gua gak nyangka jalan hidup Lu jadi gini Za... Gua gak bisa ngomong apa-apa, gak tau kalau misalkan Gua yang harus ngalamin itu semua Bro..", ucap Bernat setelah mendengar semua cerita dari Gua dan Luna.

"Gua sendiri gak kuat sebenarnya Nat, Gua sampai depresi beberapa waktu ketika semua itu terjadi.. Tapi.. Gua beruntung masih memiliki orang-orang yang menyayangi Gua.. Salah satunya ya wanita di samping Gua ini", Gua menengok kepada Luna.

"Ehm.. Sebentar, Lu berdua...?".

Luna tersenyum lalu mengenggegam tangan Gua yang berada diatas meja makan. "Iya kita pacaran Nat... Do'a kan ya supaya Gua dan Eza bisa langgeng", ucap Luna.

"Wah.. Gua kira Lu sama Endra mas..".

"Ehm.. Ssstt.. Itu masa lalu Nat, gak perlu dibahas deh..", potong Luna seraya memberikan gestur peringatan kepada Bernat.

"Oooh.. Sorry sorry.. Hehehe kirain..".

"Ada yang perlu aku tau kah ?", tanya Gua melirik kepada Luna.

"Enggak sayang, gak ada apa-apa.. Cuman masa lalu yang gak penting untuk diceritakan kok..", jawab Luna kepada Gua sambil mengelus punggung tangan Gua.

Gua tersenyum walaupun dipikiran ini masih bingung soal ucapan Bernat tadi.

Tidak lama kemudian kami pun berpisah, setelah Bernat dan Gua saling bertukar pin bbm. Lalu Gua bersama Luna kembali ke dalam mobil dan pulang ke rumah.

Di dalam perjalanan Gua masih memikirkan ucapan Bernat soal nama seorang lelaki yang tidak boleh diceritakan oleh Luna tadi. Sampai di depan rumah Luna, Gua masukan mobil ke halaman parkir dan turun dari mobil. Sekarang Gua duduk di sofa ruang tamu, sedangkan Luna berganti pakaian di kamarnya. Gua mulai membakar sebatang rokok, lalu tidak lama kemudian sebuah pesan bbm masuk ke handphone Gua.

Quote:


Gua menaruh handphone diatas meja ruang tamu lalu menghisap rokok dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Memikirkan apa lagi yang akan terjadi selanjutnya dengan kehidupan Gua.

"Sayang.. Kenapa ?", Luna ternyata sudah berjalan mendekati Gua lalu duduk di samping Gua.

"Eh ? Udah beres ?", Gua tersadar.

"Kamu kenapa ? Kok kayak ada yang lagi kamu pikirin ?", Luna menaruh tangannya di atas paha kanan Gua.

Gua menjentikan jemari agar abu rokok jatuh kedalam asbak diatas meja makan. Lalu menyandarkan punggung ke bahu sofa, menatap langit-langit ruang tamu ini.

"Lun.. Apa yang kamu belum ketahui soal hidup aku selama ini ?", tanya Gua tanpa menoleh kepadanya.

"Maksudnya ?".

"Selama ini kamu udah mengetahui segala persoalan hidup aku kan.. Hampir semuanya sudah kamu ketahui", Gua menghisap rokok lagi lalu menghembuskannya keatas,
"Luna.. Aku sayang sama kamu dan memilih kamu bukan tanpa alasan.. Aku percaya sama kamu Lun".

"Hey.. What's wrong honey ?", Luna mengusap kening Gua pelan.

Gua menghela nafas kasar lalu memejamkan mata sejenak sebelum bertanya lagi kepada Luna.

"Siapa Endra ?", tanya Gua seraya menengok kepadanya kali ini.

Luna memalingkan muka kearah lain. Lalu memainkan jemarinya di atas paha Gua, barulah kemudian dia menengok lagi kepada Gua.

"Janji enggak marah ? Enggak akan merubah perasaan kamu untuk aku sekarang Za ?".

Gua memajukan tubuh lalu mematikan rokok yang masih cukup panjang kedalam asbak.

"Aku gak ada alasan untuk marah dan gak menyayangi kamu Lun.. So, tell me the truth about your past...".

Luna tersenyum tipis kepada Gua, lalu mengangguk pelan.

"Aku ceritain semuanya ke kamu Za..".
Diubah oleh glitch.7 13-06-2017 00:45
dany.agus
fatqurr
fatqurr dan dany.agus memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.