“Awas ya kalo kamu ntar berani macam-macam sama Citra. “ Anjrittt !! Ane tiba-tiba teringat kata-kata Irfan di kampus tadi. Ane pun buru-buru bangun dari tempat tidur. Waduh celaka, Citra kan terkenal ember, kalo dia sampai keceplosan ke semua temen tentang aktivitas kami hari ini, bisa-bisa Irfan marah besar ke ane, dan persahabatan kami bakalan bubar. Nggak hanya itu aja, Wulan juga dipastikan bakalan benci sama ane. Ah f*ck !!

“Kenapa Vin ? “ tanya Citra yang berbaring di sebelah ane.
“Kok kayaknya kamu bingung banget ? “
“Ehh Cit, tolong kamu jangan bilang siapa-siapa ya kalau hari ini kita… “
“Emang kenapa ? Kan kamu belum punya pacar jadi bebas dong mau sama cewek mana aja. “ tanya Citra.
“Bukan gitu… “ ah sial, nggak mungkin juga ane bilang kalau Irfan suka sama Citra.
“Atau jangan-jangan kamu udah punya gebetan ? “ tanya Citra sembari menatap ane penuh arti.
“Ngg.. itu.. ya aku ada sih cewek yang aku taksir… “ jawab ane pelan.
“Siapa ? Cewek SMA kemaren ? “ tanya Citra.
“Iya. “ jawab ane sembari mengangguk pelan, padahal yang ane maksud Wulan.
“Tapi kalian belum pacaran kan ? “ tanya Citra lagi.
“Ya belum sih, baru PDKT aja. “ jawab ane.
“Oooohh ? Tapi tenang aja say, mulut aku kekunci rapat kok. “ jawab Citra tersenyum.
“Bener ya ? “ tanya ane memastikan.
“Lagian perlu kamu tau, you’re not my type. “ jawab Citra ketawa.
“Oh really ? Like I care. “ jawab ane ketawa juga. Kami berdua lalu ketawa bareng.
“Komputer kamu udah bisa tuh. “ kata ane sembari menunjuk monitor yang menampilkan desktop Windows.
“Wah makasih. “ jawab Citra dengan nada riang.
“Kalau gitu sekarang aku boleh pulang kan ? “ tanya ane lagi.
“Sini pendinginan dulu. “ jawab Citra tersenyum centil.

Ane tahu apa yang dimaksud Citra dan ane lalu mendekatkan wajah ane ke wajah Citra dan nggak lama bibir kami udah beradu. Tapi nggak lama sih karena tiba-tiba aja dia melepas bibir ane.

“Ciuman kamu kaku amat. Kayak robot. “ protes Citra.

“Masa ? Emang kamu pernah ciuman sama robot ? “ tanya ane. Citra nggak menjawab cuma tersenyum simpul.

“Ya udah kalo gitu… “ kata ane lagi.

Belum juga ane selesai ngomong ane langsung menciumi leher Cit… ehh skip skip skip … sehingga dia kaget lalu .... skip skip skip lagi… pokoknya skip skip skip….

“Kamu mau pulang sekarang ? “ tanya Citra setelah kami selesai melakukan pendinginan.
“Gimana ya ? “ ane balik bertanya.
“Gimana kenapa ? “ tanya Citra penasaran.
“Bukannya dingin, akunya malah panas lagi. “ jawab ane sambil nyengir.
“Ya elaaaahh… “ kata Citra ketawa.
“Terus ? “ tanya Citra penuh selidik.
“Sekali lagi yuk. “ ajak ane penuh harap.
“Ya ampun ternyata kamu ini ya. “ jawab Citra sembari mentowel hidung ane. Ane cuma ketawa.

Oke, berhubung semangat ane masih membara, maka kami berdua lalu… ehm … kembali main catur dan seperti ronde pertama, Citra menerapkan strategi agresif, tapi ane udah bersiap mengatasinya sehingga dia yang kewalahan dan sempat beberapa kali bilang “pelan-pelan dong…” gara-gara serangan ane yang sangat cepat. Aneh ya padahal awal2 tadi dia hebat banget.

Setelah puas main catur, ane lalu segera memakai baju.. ummm… maksudnya membereskannya, memasukkan semua bidak-bidak ke papan kotak lalu menaruhnya di tempat semula. Sedangkan Citra cuma menatap ane sambil duduk di tepi springbed.

“Makasih ya udah datang kemari. “ kata Citra tersenyum.
“Hehe harusnya aku yang makasih lah. “ jawab ane balas tersenyum.
“Tapi inget ya, kita cuma have fun lho, dan aku nggak ada perasaan apa-apa ke kamu because you still not my type. “ kata Citra sembari menunjuk ke ane.
“Iya iya. “ jawab ane tersenyum sembari memakai jaket.
“Kalau gitu aku pulang dulu ya. Kalau ada apa-apa calling aku aja. “ timpal ane sembari menuju pintu kamar. Maksud ane ada apa-apa sama komputernya.
“Ada apa-apa ? Misalnya aku hamil gitu ? “ jawab Citra tersenyum penuh arti.
“Hah ?! Tapi kamu tadi bilang udah itung-itungan periode ?! “ tanya ane dengan nada kaget sekali.
“Haha bercanda say, bercanda… “ jawab Citra ketawa nakal.
“Jangan bercanda kayak gitu dong. “ kata ane dengan nada sewot sekaligus lega.
“Hehe iya iya sorry… ya udah sana, hati-hati ya. “ kata Citra melambaikan tangan.
“Daaah. “ kata ane sembari balas melambaikan tangan lalu berjalan keluar meninggalkan kamarnya Citra.

Dari kosannya Citra ane langsung menggeber motor menuju rumah. Sampai rumah udah jam satu lebih. Seperti biasa kondisi rumah sepi banget karena ane lihat Dina lagi tidur di kamarnya dan ibu memasak di dapur.

“Udah makan belum Vin ? “ tanya ibu saat melihat ane memasuki dapur.

“Belum bu. “ jawab ane sembari mencomot daging goreng yang masih hangat dari meja makan.

“Jangan lupa lho Vin, ntar jam empat Dina les Karate. “ kata ibu.

Belum sempat ane menjawab tiba-tiba …. tililililit… tilililililit….telepon ruang tamu berbunyi dengan nyaringnya. Ane buru-buru menghabiskan daging tersebut lalu segera menuju ke ruang tamu.

“Halo. “ jawab ane.
“Halo selamat siang. Bener ini rumahnya Dina ? “ terdengar suara cewek di seberang sana.
“Iya benar. Maaf, mbak ini siapa ? “ ane bertanya balik.
“Saya Shela mas, saya guru les Karate-nya Dina. “ jawab cewek tersebut.
“Oh Mbak Shela ya ? Kebetulan Dina lagi tidur. Emang ada apa ya ? “ tanya ane lagi. Wiih seksi juga suara guru Karate-nya Dina.
“Nggak cuma mau ngasih tau aja kalau sore ini lesnya libur karena aula-nya mau dipakai buat acara. Tapi kalau Dina mau, dia bisa ikut les kelas saya yang hari Selasa besok. “ kata sang guru Karate itu alias Shela.
“Oke, ntar saya sampaikan ke Dina kalau dia udah bangun. “ jawab ane.
“Makasih ya mas. Ini dengan mas… ? “ tanya Shela lagi.
“Saya Vino, kakaknya Dina. “ jawab ane.
“Makasih ya Mas Vino. “ kata Shela.
“Sama-sama mbak, makasih juga atas infonya. “ jawab ane kemudian menutup telpon.
“Telpon dari siapa Vin ? “ tanya ibu saat ane berada di dapur.
“Itu dari Shela guru les Karate-nya Dina. Dia bilang kalau hari ini lesnya libur soalnya aula mau dipakai buat acara. Tapi Dina bisa ikut yang hari Selasa besok kalau mau. “ jawab ane.
“Oh gitu. Coba ntar ibu tanya ke anaknya mau nggak ikut yang hari Selasa. “ jawab ibu sambil asyik mengaduk-aduk wajan.

Ah bodo amat, yang penting sore ini ane bebas nggak nganter Dina les Karate. Selain males antar jemput, ane juga bete gara-gara dicomblangi terus sama bocah ember itu agar mau pacaran sama si guru Karate-nya yang seolah-olah paling cantik sedunia, ah elah…

Setelah mandi bersih (karena badan ane terasa lengket semua gara-gara kelamaan main catur sama Citra ) dan makan siang, ane lalu tiduran di springbed kamar ane dan nggak lupa ngirim pesan WA ke Rara buat memastikan jadi nggak-nya acara jalan-jalan ntar malam. Sebuah pesan chat ane kirim dan nggak lama kemudian… kling..kling… HP ane berbunyi yang tandanya ada notif masuk.

Ane: ra?
Rara: ada apa mas?
Ane: malam ini jd jalan kan (emot senyum)
Rara: aq sih nurut mas klo mas vino ngajak si aq mau2 aja
Ane: sipp (emot jempol)
Ane: aku jmput kamu jam 7 ya
Rara: oke
Ane: sipp sipp tnggu aku ya ra (emot senyum malu)
Rara: iya mas

Hati ane langsung berbunga-bunga sembari menatap layar HP. Cihuiii… malam ini beneran jalan sama Rara. Oke, strateginya jangan terlalu frontal, pertama ajak jalan-jalan ke mall, lalu ke café dan mungkin kemudian ke tempat sepi seperti taman kota, lalu.. lalu….