Kaskus

Story

bunbun.orenzAvatar border
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):


And I know
There's nothing I can say
To change that part

But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak

I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead



- Famous Last Words by MCR -


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha


Quote:


Spoiler for Special Thanks:


***



Spoiler for From Me:


Versi PDF Thread Sebelumnya:

MyPI PDF

Credit thanks to Agan njum26



[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)

Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini


Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
drakenssAvatar border
snf0989Avatar border
ugalugalihAvatar border
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
glitch.7
#5712
PART 85


Gua duduk di sofa ruang tamu rumah Luna, Gua hanya bisa terdiam membisu mendengarkan ocehannya sedari tadi. Sepanjang perjalanan pulang di dalam mobil, Gua menceritakan soal janji yang pernah terucap kepada Mba Yu dulu. Dan seketika itu pula Luna hanya terdiam dan tidak berkomentar apapun. Sampai akhirnya kami berdua kini sudah berada di dalam rumahnya, barulah Gua dicecar berbagai pertanyaan. Dan ini semua layaknya sebuah introgasi. Yap, Luna tidak mau duduk di samping Gua, dia memilih berdiri dihadapan Gua sambil terkadang berjalan bolak-balik dengan kedua tangannya yang ia lipat di depan dada.

"Kamu tuh macem-macem aja sih Za!", sungutnya kepada Gua.

"......"

"Sekarang gimana ? Dia nagih janji kamu kan, hm ?".

"Enggak, dia gak nagih kok...".

"Bukan enggak Za, tapi belum! Lagian kamu juga ngapain pakai bilang mau rebut dia dari pacarnya, kamu bukannya mikir dulu ih sebelum ngomong!".

"Ya ampun Lunaaa.. Itu janji udah lama, pupus udah ketika aku nikah sama Echa Lun...".

"Eza! Kamu sadar gak sih status kamu sekarang apa ? Hm ?!!", Luna melotot kearah Gua.

Gua tertunduk sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal sama sekali. "Iya iya... Aku sekarang udah duda..", jawab Gua melirik kearah wajahnya.

"Artinya apa ? Artinya kamu sendiri, dan dia liat itu sebagai jalan untuk nagih janji kamu lagi Eza!".

"Tapikan dia udah punya pacar Lun, aku gak niat untuk ngerebut dia dari pacarnya lagi, kalau dulu mungkin iya.. Sekarang kan beda Lun..", jawab Gua mencoba memberi pengertian.

"Iya tapi masalahnya kan kamu mau rebut dia da..".

"Luna... Ini soal janji aku ke dia Lun", Gua memotong ucapannya,
"Kalau aku yang ingkar dan salah, yaudah selesai.. Dia mau marah atau benci sama aku yaudah.. Yang jelas aku suka sama kamu sekarang Lun, bukan dia...", Gua berdiri dari duduk ketika Luna memalingkan mukanya.

Gua mendekatinya, lalu memegang kedua bahunya. "Aku sayang sama kamu sekarang Lun, Mba Yu udah jadi masa lalu aku... Dan biarkan aku hanya berteman dengannya, gak lebih Lun, i promise..", ucap Gua pelan.

Luna memejamkan matanya, Gua tau dia masih emosi, lalu Gua tarik tubuhnya dan menyandarkan kepalanya ke dada ini. "Aku sayang sama kamu Luna, aku sayang sama kamu.. Bukan Sherlin", lanjut Gua.

"Janji kamu gak akan balikkan lagi sama Sherlin..?", Luna berbicara dengan wajah yang masih bersandar ke dada Gua.

Gua mendorong tubuhnya hingga wajah kami saling berhadapan, Gua tatap matanya lekat-lekat. "Aku janji sama kamu... Kamu yang aku pilih sekarang, bukan Sherlin...".

"Za..", suaranya lirih terdengar dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Ssst.. I love you Luna..".

Sedetik kemudian Gua cium bibirnya lembut dan lama kelamaan dia pun membalas ciuman Gua hingga akhirnya kami saling memagut bibir. Cukup lama kami melakukan french kiss.Hingga kini kedua tangannya melingkar kebelakang tengkuk Gua, lambat laun Gua terdorong kebelakang karena Luna berjalan kedepan, sampai akhirnya kaki Gua tertahan oleh sofa dan Gua pun terduduk.

"I love you too Reza..", ucapnya lirih yang sudah duduk diatas pangkuan Gua dengan posisi saling berhadapan.

Gua membelai kedua sisi wajahnya dengan tersenyum, lalu kedua tangan Gua turun kepundaknya hingga Gua mengelus-elus sisi pinggangnya yang ramping itu. Matanya terpejam dan kepalanya mendongak keatas.... Saat itulah Gua memajukan wajah dan menghujami leher jenjangnya dengan sebuah kecupan...

"Sssshhh... Zaa.. Aahhh..", lirihnya.

Gua ciumi terus menerus lehernya itu hingga dirinya terus mengeluarkan desahan-desahan. Lama kelamaan jemarinya menjambak rambut Gua dan akhirnya dia mendorong bahu Gua hingga kini tubuh Gua bersandar ke bahu sofa. Matanya nanar menatap Gua, dia dekatkan wajahnya kearah Gua, lalu...

"Cukup adegan dewasanya sayang, atau trit ini mau di delete...". BEHAhahahaha emoticon-Peace

...

Keesokan pagi Gua sudah kembali berada di Jakarta untuk mengikuti perkuliahan seperti biasa. Tidak banyak yang bisa Gua ceritakan selain suasana kelas yang berbeda dan Gua mulai kurang bergaul dengan teman-teman baru. Siang hari menjelang sore sekitar pukul dua Gua sudah selesai mengikuti perkuliahan lalu bergegas meninggalkan kampus menuju rumah seorang wanita.

Hari ini Gua sudah ada janji untuk bertamu ke rumahnya. Gua sampai di depan rumahnya sekitar pukul empat kurang, mengetuk pintu yang tertutup lalu tidak lama kemudian seorang wanita paruh baya membukakan pintu.

"Reza ? Apa kabar Nak ?", ucap Ibunda Nona Ukhti.

"Baik Tante, Tante sendiri bagaimana kabarnya ?", tanya Gua balik setelah mencium tangan beliau.

"Alhamdulilah Tante sehat.. Ayo masuk Nak", ajaknya.

Gua duduk di sofa ruang tamu rumah ini, lalu berbincang-bincang dengan beliau sebentar dan tidak lama kemudian Nona Ukhti keluar dari dalam kamar, menghampiri kami berdua.

"Nah ini Vera, ya silahkan ngobrol dulu ya Nak, santai aja dulu di sini..", ucap Ibundanya seraya bangkit dan meninggalkan Gua.

"Hai Za.. Maaf jadi kamu yang kesini ya", Nona Ukhti duduk di samping Gua.

"Ya, kalau bukan Luna yang maksa sih..", Gua berucap dingin.

"Iya, makasih banyak untuk Luna juga.. Maaf ya Za...".

Gua terdiam memikirkan ucapan Luna malam tadi. Dia mengetahui kalau Nona Ukhti mengirimkan pesan singkat, yang isinya meminta Gua untuk bertemu dengannya, awalnya Gua enggan untuk menemui Nona Ukhti sampai akhirnya Luna lah yang memaksa Gua untuk pergi berdua atau mendatangi rumahnya, sekalian silaturahmi katanya. Ya, Gua akhirnya menuruti kemauan Luna dan Nona Ukhti.

"Kamu sudah makan ?", tanya Nona Ukhti.

"Gampang nanti aja.. Ngomong-ngomong kamu mau ketemu aku ada apa lagi Ve ?".

"Mmm.. Kita makan dulu ya, mau makan di rumah atau di luar Za ?".

Gua malas kalau sampai pergi berdua dengan Nona Ukhti, jujur... Sebenernya Gua takut, karena perasaan ini untuknya masih sama, tapi situasi dan status Gua sudah bukan sendirian lagi. Ada satu nama wanita yang menjadi kekasih Gua saat ini.

"Terserah kamu Ve..".

"Ya udah kita makan di hanamasa aja ya.. Aku kangen pingin makan tempuranya di sana..", jawab Nona Ukhti seraya bergegas ke kamar untuk berganti pakaian.

Singkat cerita Gua dan Nona Ukhti sudah berada di sebuah resto hanamasa yang tidak jauh dari perumahan Ibunda Nona Ukhti. Kami berdua menyantap makanan sambil sesekali bercerita soal perkuliahan kami masing-masing. Pada akhirnya, Gua larut dan tidak dapat menutupi lagi rasa rindu kepada Nona Ukhti, ya Gua kangen dengan momen kebersamaan seperti ini, saat dahulu kami sering jalan berdua.

Keesokan harinya, semuanya kembali normal, hubungan Gua dengan Luna berjalan baik setelah kejadian dengan Mba Yu. Sedangkan dengan Mba Yu, entahlah, dia tidak mengontak Gua sama sekali, apalagi Gua, tidak mungkin berani menghubunginya. Ultimatum dari sang kekasih, yap yap yap... Gua akhirnya resmi berpacaran dengan Luna, ultimatumnya cukup membuat Gua keder dan mengurungkan niat untuk tidak menghubungi Mba Yu.

Hari ini masih dalam bulan juni, Gua sedang duduk di halaman belakang, di dalam gazebo, dan di temani oleh seorang wanita berpakaian gamis lengkap dengan hijabnya, ya siapa lagi kalau bukan Nona Ukhti. Sebelumya, Gua bingung dan heran kepada Luna, kenapa dirinya bisa membiarkan Gua bertemu dengan Nona Ukhti, apalagi dia tidak mempermasalahkan jika Gua dan Nona Ukhti berduaan seperti ini, begitu besarnya rasa percaya Luna kepada Gua dan Nona Ukhti. Dan tentu saja, semuanya berubah dan berbanding terbalik jika Mba Yu yang kini bersama Gua. Kalau difikir apakah karena memang Luna dan Mba Yu memang sudah saling bertengkar dan memiliki hubungan yang buruk sejak lama, masuk akal memang. Tapi ada hal lainnya yang membuat Gua tetap heran kepada Luna. Gua jujur soal perasaan Gua kepada Luna tentang hati ini terhadap Nona Ukhti.

Gua terang-terangan kepadanya sebelum bertemu Nona Ukhti hari ini, Gua bilang bahwa ancaman terbesar hubungan Gua dengan Luna adalah Nona Ukhti Vera. Ya, Gua mengatakan kalau Gua masih sayang, benar-benar sayang kepada Nona Ukhti, tapi apa tanggapan Luna ? Dia malah biasa saja, bingungkan ? Aneh lebih tepatnya.

Gua belum juga mendapatkan alasan yang masuk akal dari Luna kenapa dia tidak memperdulikan bahkan tidak mempermasalahkan perasaan Gua yang jujur ini kepada Nona Ukhti. Entahlah, mungkin suatu saat nanti Gua akan mendapatkan alasan yang jelas dari Luna.




Gua duduk bersebelahan dengan Nona Ukhti di dalam gazebo. Sore ini cuacanya cukup hangat karena sinar senja menyinari halaman belakang rumah. Gua menghisap sebatang rokok sambil mendengarkan cerita dari Nona Ukhti.

"Aku besok pagi pulang ke Singapore Za..".

Gua menghela nafas pelan lalu berdiri dan melemparkan batang rokok yang baru setengah terbakar ke rerumputan di dekat kolam.

"Ve.. Aku minta maaf atas semuanya yang udah terjadi, sampai kemarin aku bersikap kasar ke kamu di depan Luna", Gua menundukan kepala, tanpa berani menengok kepadanya di samping kiri.

Nona Ukhti berjalan menghampiri Gua dan berada tepat di sisi kiri. "Za, aku gak pernah masalahin setiap sikap kamu selama ini... Aku paham kenapa kamu seperti itu Za, andaikan saat pertama kali kamu ditinggal Echa dan aku tau hal itu lebih dulu, aku pasti udah berada di samping kamu. Sayang aku terlambat mengetahui itu semua...".

"Maafin aku Ve yang udah jadi seperti ini, aku minta maaf dan kamu gak pernah ada salah apapun ke aku.. Aku yang salah. Dari dulu aku tau perasaan kamu.. Dari..", Sial, Gua sulit melanjutkan kalimat ini, hati Gua berdegup kencang dan rasanya sakit.

Tangan lembutnya mengusap bahu kiri Gua, lalu dia menariknya hingga kini Gua berhadapan dengannya. Gua memalingkan muka ke sisi lain saat kedua mata Nona Ukhti menatap Gua.

"Aku udah mencintai kamu tulus dari awal kita bertemu di kelas satu sma Za.. Dan sampai saat ini enggak pernah berubah sama sekali.. Perasaan itu masih sama di dalam hati ini", tangan kanannya kini memegangi dadanya.

Gua melirik menatap matanya. Dan hancur sudah pertahanan Gua saat melihat tulusnya perasaan itu dari kedua bola matanya, Gua menangis dan tubuh Gua pun bergetar hebat. Lalu sebuah pelukan akhirnya cukup menenangkan Gua. Nona Ukhti memeluk Gua, menyandarkan kepala ini ke bahu kirinya.

"Kita pernah saling meninggalkan, sekarang biarkan aku mencoba untuk memperbaiki semuanya... Aku sayang kamu Za..", ucapnya lirih berbisik.

"Ve.. Aku.. Aku minta maaf, aku enggak bisa.. Aku sama Luna udah..".

Nona Ukhti memundurkan tubuhnya lalu menyeuka airmata Gua, dia tersenyum. "Za, aku masih disini.. Menunggu kamu, sampai kapanpun..".

Entah harus bagaimana lagi Gua menjawab semua ungkapan perasaan yang ia utarakan itu. Bibir Gua kelu dan tidak mampu menjawab semua ungkapannya.... Maafin aku Ve.. Maaf.


Masih Disini Menantimu
Berharap Kau Akan Memikirkan Ku
Masih Disini Menunggumu
Menanti Jawaban Atas Cintaku


***


Tiga hari sudah Nona Ukhti kembali ke Singapore, Gua, Luna, Ibundanya serta Adik lelaki tirinya ikut mengantarkan ke bandara ketika itu. Setelah keberangkatan Nona Ukhti, Gua kembali menjalani hari-hari ini seperti biasa. Dan sekarang adalah malam minggu, saat dimana Gua dan Luna pergi layaknya pasangan lain diluar sana yang melewati malam untuk berduaan.

Malam ini Gua mengajak Luna pergi ke sebuah restoran. Restoran yang berada di jalan protokol, restoran yang sudah dibuka hampir satu tahun lalu ini adalah milik Gua. Tentu saja ada andil Luna serta Papahnya. Kami berdua makan di lantai dua restoran, sambil menyantap makanan Gua mulai menanyakan hal-hal yang selama ini belum terjawab oleh Luna.

"Lun.. Aku mau nanya sama kamu", ucap Gua sambil memotong tenderloin steak.

"Mau nanya apa Za ?".

"Soal Vera...".

Luna menghentikan tangannya yang sedang menusuk potongan daging steak dengan garpu. Lalu dia menaruh garpu serta pisau itu di atas piring makannya, kemudian menopang dagu dengan kedua tangan.

"Kenapa sama Vera ?", tanyanya balik.

"Pertanyaan yang sama Lun.. Pertanyaan aku akhir-akhir ini, kenapa kamu bisa sedemikian terbuka untuk Vera ? Membiarkan dia dekat dengan aku lagi ? Kamu tau kan perasaan aku ke Vera masih sama...".

Luna tersenyum kepada Gua. "Za.. Gak ada alasan untuk aku buat kamu jauhin dia. Kamu tau pengorbanan Vera itu gak mudah. Setelah apa yang dia lewati sampai saat ini pun dia masih mencintai kamu Za. Aku gak bisa menjauhkan kamu dengan Vera. Dia terlalu baik, terlalu tulus, dan dia seorang wanita yang sangat aku hormati", jawab Luna menerangkan.

"Kamu ? Sebegitunya sama Vera ?".

"Iya Za, aku tau dia itu wanita yang sempurna dengan segala perasaan dan hatinya yang tulus... Kamu beruntung Za, beruntung kenal sama Vera".

Gua benar-benar tidak menyangka jawaban dari Luna seperti itu. Ternyata dia sedemikian menghormati Nona Ukhti, dan pertanyaan terakhir Gua semakin membuat Gua heran kepada Luna.

"Andaikan.. Andaikan aku milih Vera.. Apa kamu...".

"Za, kalau kamu pilih Vera dari awal ataupun sekarang, aku rela... Karena aku tau dia yang terbaik untuk kamu Za..".

"Lun.. Aku sayang sama kamu dan aku gak mau kehilangan kamu Lun..".

"Aku juga sayang sama kamu Za..",
"Oh ya.. Soal Vera kamu udah paham kan..?".

Gua mengangguk lalu kembali mendengarkan kalimat ultimate yang membuat Gua sedikit bergidik.

"Tapi lain cerita kalo sama Sherlin ya sayang...", ucapnya lalu mengelus lembut punggung tangan kanan Gua seraya menyeringai...
Diubah oleh glitch.7 10-06-2017 19:10
dany.agus
fatqurr
fatqurr dan dany.agus memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.