Kaskus

Story

bunbun.orenzAvatar border
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):


And I know
There's nothing I can say
To change that part

But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak

I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead



- Famous Last Words by MCR -


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha


Quote:


Spoiler for Special Thanks:


***



Spoiler for From Me:


Versi PDF Thread Sebelumnya:

MyPI PDF

Credit thanks to Agan njum26



[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)

Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini


Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
drakenssAvatar border
snf0989Avatar border
ugalugalihAvatar border
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread1Anggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
glitch.7
#5629
PART 84


Gua mengelus-ngelus punggung tangan kiri yang terasa sedikit perih karena cubitan Luna setelah tadi Gua memangkunya. Dia malah langsung melotot kepada Gua dan memberikan cubitan lalu pergi meninggalkan Gua di gazebo ini. Ya, seperti yang dia bilang, dia tidak mau mengganggu obrolan antara Gua dan Nona Ukhti.

"Za, aku minta maaf kalo kamu masih dendam karena kepergian ku waktu itu, maafin aku Za", ucap Nona Ukhti.

"Hmm..".

"Za..".

"Ve, udahlah!", Gua menepis tangannya dengan kasar ketika menyapa punggung ini. "Aku udah males dengerin semua alasan kamu...", lanjut Gua seraya berdiri.

Nona Ukhti pun ikut berdiri hingga kami kini saling berhadapan.

"Za, kamu harus tau, aku sendiri sakit ketika harus milih ninggalin kamu Za, aku nyesel dan selama itu aku gak bisa berhenti mikirin kamu, tapi aku sadar...", Nona Ukhti menundukkan kepala ketika mengucapkan kalimat terakhir,
"Aku sadar kalau saat itu Echa adalah yang terbaik untuk kamu, dan aku... Aku... Aku minta maaf.. Aku minta maaf selama ini ternyata hati aku masih sulit untuk lupain kamu..", Nona Ukhti mulai terisak,
"Aku masih nunggu kamu Za".

Gua terkejut mendengar ucapannya, Gua tidak percaya dengan apa yang sudah ia katakan barusan.

"Tapi kayaknya aku selalu salah dan terlambat ya Za..", ucapnya lagi kali ini sambil melihat kearah wajah Gua. "Kamu udah berhubungan sama Luna.. Ya kan ?".

Gua memalingkan muka ke arah kolam renang, entah harus jawab apa. Karena sejujurnya Gua sama sekali belum menyatakan perasaan secara terang-terangan soal status kami berdua, walaupun seharusnya Gua dan Luna sadar semua yang sudah kami lalui beberapa bulan kebelakang cukup untuk menggambarkan bahwa kami memang bukan lagi sekedar teman dekat.

"Za.. Kamu bener sayang dan cinta sama Luna ?", Nona Ukhti menyadarkan Gua dari lamunan.

"Aku...", sulit rasanya untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepada Nona Ukhti.

"Apakah kamu bener bisa mencintai Luna secepat ini Za ? Maaf.. Tapi kita semua tau, Echa itu belum satu tahun pergi..".

Gua mendengus kasar. "Hssss... Ve Vee.. Ve.. Jangan kamu berpikir seolah-olah tau semua tentang isi hati aku Ve... Kamu gak tau apa-apa Ve!", Gua menatap matanya tajam.

"Aku cuma ngingetin kamu, panjang jalan yang akan kamu lalui bersama Luna..".

"Maksud kamu ?".

"Kamu ngerti kok.. Kamu ngerti maksud aku..".

"Enggak, aku gak ngerti sama sekali..", Gua mengerenyitkan kening.

Nona Ukhti memegang kedua tangan Gua, lalu tersenyum menatap mata Gua lekat-lekat. "Siapa yang akan mengalah ? Atau kalian akan tetap menjalaninya dengan mempertahankan keyakinan masing-masing ?".

Gua tersadar dengan pertanyaan Nona Ukhti.. Shit!.

"Aku bukan mau ikut campur, tapi ini masalah serius antara kalian berdua, dan lambat laun pasti harus kalian bicarakan untuk menemukan jalan keluarnya...", lanjutnya seraya melepas kedua tangannya itu.

...

Malam harinya Gua sedang bersama Luna di rumahnya, duduk di sofa ruang tamunya yang luas. Ini pertama kalinya Gua masuk dan bertamu ke dalam rumah Luna. Gua sedang membelai lembut rambutnya ketika kepalanya bersandar ke dada ini, kami berdua sedang menonton acara tv kabel.

"Lun..", Gua masih membelai rambutnya.

"Ya Za ?", Luna masih fokus menatap layar Tv di depan kami itu.

"Kamu.. Kamu gak ke ganggu dengan adanya Vera ?", tanya Gua hati-hati.

Luna membenarkan posisi duduknya hingga dia berada di samping Gua dan menyerong menghadap Gua. "Kenapa kamu tanya gitu ?".

Gua tersenyum tipis. "Enggak, cuma kayaknya Vera itu..", Luna memotong ucapan Gua.

"Za.. Aku gak da masalah dengan Vera, kenapa aku harus ngerasa dia ganggu hubungan kita ? Lagian dia orang yang baik, aku gak ngerasa ada yang perlu dikhawatirkan dari dia", Luna memegang tangan kiri Gua dan memainkan jemarinya.

"Ya bagus sih kalo kamu ngerasa baik-baik aja.. Udah aku cuma iseng aja nanya gitu", Gua pun membalas genggaman tangannya.

"Yang perlu dikhawatirkan itu kamu Za..".

"Hm ? Kok aku ? Kenapa dengan aku ?".

"Kamu tuh harusnya gak perlu bersikap kasar kayak tadi di depan Vera..", Luna melepaskan tangannya dari genggaman tangan Gua,
"Pertama kamu udah sengaja bikin dia sedih bahkan mungkin sakit hati ketika tadi narik aku dan bilang sayang", Luna memalingkan mukanya,
"Kedua... Kamu gak pantas bersikap kayak tadi Za, di depan makam Echa dan Jingga..", Luna melirik kepada Gua lalu menatap Gua dengan sendu.

Gua mendengus kasar lalu kembali menggenggam tangannya. "Lun, aku sayang sama kamu salah ? Yaa walaupun aku tau tadi udah berlebihan di depan Vera..".

"Za, aku gak suka kalo kamu sengaja kayak gitu di depan Vera ataupun perempuan yang pernah dekat sama kamu, jangan jadiin aku sebagai pelampiasan emosi sesaat kamu Za".

Gua menundukkan kepala mendengar ucapannya itu. Ya Gua sadar kalau apa yang sudah Gua lakukan tadi sore di depan Nona Ukhti keterlaluan, dan apa yang dikatakan Luna soal Gua yang berlebihan di depan makam istri dan anak Gua pun sama buruknya, terlalu berlebihan. Gua akui kejadian itu memang membuat Gua sedikit emosi, hingga melampiaskannya dengan bersikap seperti tadi.

"Maafin aku Luna...", Gua menggelengkan kepala. "Iya aku akui tadi sedikit emosi.. Maaf.. Aku gak akan bersikap seperti tadi lagi".

Luna memegang wajah Gua dengan kedua tangannya lalu menatap mata ini lekat-lekat. "Jangan diulangi lagi ya Za, Vera itu udah baik banget sama kamu, dia sama khawatirnya dengan aku ketika kamu pergi..", ucapnya lembut.

Gua tersenyum lalu menganggukkan kepala. Lalu Luna pun ikutan tersenyum dan sedetik kemudian Gua memeluknya, mendekapnya erat.

"Aku beneran sayang kamu Lun...", ucap Gua seraya mengusap punggungnya.

Luna memundurkan tubuhnya, lalu dengan wajah yang menggoda dia berucap tengil. "Masa ?".

Gua terkekeh pelan melihat prilakunya. "Hahaha.. Kamu tuh ngeselin ya kadang..", Gua acak poni rambutnya kemudian Luna pun tertawa.

"I love you Za..".

Kemudian Gua memiringkan wajah ke kanan dan membuatnya terpejam untuk menikmati pagutan bibir ini...

...
...
...

Bulan juni Gua sudah kembali mengikuti kegiatan perkuliahan di kampus dan memang masa cuti Gua sudah habis. Gua memasuki kelas baru, yang mana tak ada satupun kini mahasiswa ataupun mahasiswi yang Gua kenal seperti sebelumnya, tidak ada teman kelas yang benar-benar dekat sekarang, entahlah mungkin karena Gua yang mulai jenuh atau sedikit menutup diri di kampus. Gua masih sering bertemu dengan Kinan, Veronica, Mat Lo, Lisa dan juga teman kelas lainnya, tapi hanya pada istirahat dan pulang kuliah saja. Hari-hari Gua di kampus berjalan dengan apa adanya dan normal. Gua pun masih suka main sesekali ke apartemen Kinanti.

Saat itu, Gua pulang dari kampus menggunakan mobil sedan berwarna merah, milik almh. Echa yang mulai Gua pakai akhir-akhir ini. Gua sudah ada janji dengan Luna sore itu. Kami akan pergi ke bioskop untuk menonton film yang Luna sudah tunggu-tunggu, Transformers : Revenge of the Fallen.Gua menjemput Luna di kampusnya, karena memang hari ini dia sengaja tidak membawa mobil, lalu setelah kami sampai di sebuah mall yang memiliki studio bioskop di dalamnya, kami berdua masuk ke dalam dan Gua pun mengantri tiket bersama Luna.

Beres membeli tiket, Gua dan Luna berjalan ke counter makanan, Luna memesan popcorn dan soft drinks untuk kami. Masih menunggu pesanan jadi, bahu kiri Gua dicolek oleh seseorang.

"Hai Za..", ucap seorang wanita yang tersenyum kepada Gua.

"Eh, hai Kak..", Gua cukup terkejut.

"Ehm, udah pulang kok gak ada kabar sih ?", tanyanya.

"Mm.. Sorry lupa ngabarin haha.. Ya sekarang udah baikkan kok disini.. Oh ya kenalin ini Luna", Gua memperkenalkan Luna yang sedari tadi memperhatikan wanita itu.

"Hai, Nin apa kabar ?", tanya Luna kali ini.

"Alhamdulilah baik Lun, kalian habis pulang kuliah juga ?".

"Iya..", Luna mengangguk.

"Sebentar, kok kalian udah saling kenal ?", Gua kebingungan sambil melirik kepada keduanya.

"Selama kamu pergi kan Luna sama aku beberapa kali ketemu di rumah kamu Za.. Lagian kita kenalan udah dari pada saat Almh. Echa enggak ada.. Kamunya aja gak tau", jawab Nindi kali ini.

Gua menganggukkan kepala mengerti penjelasan Nindi barusan, kemudian tidak lama kami pun duduk di sofa tunggu di dekat studio bioskop. Gua dan Luna dikenalkan kepada seorang lelaki yang menjadi kekasih Nindi saat itu. Dari situ kami hanya mengobrol seputar kehidupan Gua selama di Jepang dan Jerman, Nindi cukup antusias mendengarkan semua cerita Gua, tentunya Gua tidak menceritakan hal-hal buruk ketika berada di Jepang. Akhirnya kami pun harus berpisah ketika film di studio dua akan segera dimulai. Nindi dan kekasihnya masih menunggu di luar karena kami memang berbeda tontonan.

Selama acara menonton film, Gua dan Luna sama-sama fokus pada jalan cerita dan hanya sesekali mengomentari adegan-adegan film tersebut, atau Luna yang menyuapi Gua makanan ringan atau popcorn. Hingga film usai, kami berdua bergegas keluar studio dan menuju toilet, karena Luna sepertinya sudah tidak tahan ingin buang air kecil. Gua menunggu di dekat toilet wanita sambil mengetik sebuah balasan sms untuk Mba Laras, masih asyik mengetik balasan, ada seseorang yang mengagetkan Gua dari depan dengan mengambil handphone yang masih Gua genggam.

"Eh ?", Gua menatap kedepan dan sedikit terkejut.

Wanita ini tersenyum lebar dengan mata yang sudah berkaca-kaca, dan tanpa malu-malu langsung menabrak Gua, memeluk Gua cukup erat hingga beberapa orang memperhatikan kami berdua.

"Kamu kemana ajaaa!! Hiks.. Hiks.. Hiks..", ya.. Dia menangis dalam pelukan dengan menyandarkan kepala ke bahu ini.

Gua mengusap-usap punggungnya. "Maaf ya Mba, aku gak ada kabar selama ini, maaf.. Udah udah, malu diliat orang, aku ceritain di tempat lain ya..", Gua melepaskan pelukan lalu memundurkan tubuh.

Tidak lama kemudian Luna sudah keluar dari toilet dan menghampiri kami berdua.

"Sherlin ?".

"Loch Luna ?".

Gua terkekeh pelan. "Woi.. Kayak sinetron aja.. Udah ah, yuk kita keluar cari makan sekalian", ajak Gua kepada mereka berdua.

Mba Yu tertawa pelan lalu memukul tangan kanan Gua pelan, tapi Luna hanya tersenyum tipis sekali.

"Oh ya kamu sama siapa Mba kesini ?", tanya Gua.

"Tuh sama temen-temen kampus disana..", Mba Yu menunjuk kearah gerombolan gadis-gadis cantik di dekat pintu keluar.

Kami bertiga akhirnya berjalan menuju pintu keluar, Gua jalan beriringan bersama Luna sedangkan Mba Yu jalan terlebih dahulu. Mba Yu pamit kepada teman kampusnya itu untuk pergi bersama Gua dan Luna, kemudian kami berjalan menuruni eskalator turun untuk menuju food court di dalam mall ini.

Gua duduk bersebelahan bersama Luna, sedangkan Mba Yu duduk tepat di hadapan Gua. Dan suasana ini akhirnya menyadarkan Gua bahwa terlalu awkward rasanya emoticon-Nohope

Mba Yu duduk dihadapan Gua dengan tersenyum menatap Gua tanpa henti-hentinya, sedangkan Gua ? Bohong kalau Gua sampai tidak kangen dan ingin bertemu Mba Yu juga, tapi jujur, semuanya bisa berantakan kalau sampai wanita di sebelah Gua cemburu. Ya, walaupun Gua tau mereka berdua sudah memiliki hubungan baik setelah kepergian Echa saat itu, tapi kali ini Gua dapat merasakan kalau Luna sangatlah berbeda, bukan Luna yang Gua kenal dan Gua ketahui. Tatapan matanya itu tatapan yang tidak biasa kepada Mba Yu. Entah kenapa dia jadi berubah seperti itu.

"Ehm.. Kamu gak sama Feri kesininya Sher ?", tanya Luna tiba-tiba.

"Oh enggak Lun, dia lagi fokus kerjain skripsi.. Eh iya kalian.. Udah jadian ?".

Gua menengok kepada Luna yang langsung dibalasnya dengan senyuman, lalu Luna melirik kepada Mba Yu lagi. "Secara resmi belum, tapi kalau dirunut dari apa yang udah kita jalanin bisa dibilang gitu.. Kenapa Sher ? Kamu enggak ada masalah kan dengan hubungan aku dan Eza sekarang..", kemudian Luna melipat kedua tangannya diatas meja makan.

Gua terkejut mendengar pertanyaan Luna kepada Mba Yu itu. Karena dari nada bicaranya terasa seperti menantang. Gua menengok kepada Mba Yu yang sedang tersenyum kecut seraya menggelengkan kepala.

"Bukan urusan aku kok Lun, tenang aja, aku gak akan jadi seperti kamu yang pernah mengganggu hubungan orang lain.. Ups ralat... Merusak lebih tepatnya...", Mba Yu terkekeh pelan seraya menatap mata Gua kali ini.

"Sher.. Apa yang kamu lakukan saat aku deket sama Eza itu persis dengan sikap aku sekarang, jadi aku rasa kamu harus tau diri untuk membatasi hubungan kamu dengan Eza", Luna berkata serius dengan menatap Mba Yu lekat-lekat.

"Oh ya ? Apa kamu gak mikir waktu di smp dulu saat ganggu hubungan aku dengan mantan ku, hm ? Siapa perempuan gatel yang godain cowok lain ?!", Mba Yu mulai terpancing emosinya.

"Oke stop stopp.. Itu semua kan udah jadi masa lalu kalian masing-masing.. Gak perlu dibahas lagi. Kalian berdua juga udah baikkan selama ini, gak perlu saling cari masalah lah..", Gua yang mulai risih dengan percakapan mereka akhirnya ikut menengahi.

"Bilang sama pacar mu Mas, kamu pernah punya janji sama aku! Biar dia paham!", tandas Mba Yu lalu berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Gua dan Luna.

"Mba.. Mba Yu tunggu..", Gua berdiri seraya menggeser bangku dan hendak mengejarnya.

Tangan kanan Gua dipegang kuat oleh Luna. Lalu matanya menatap Gua tajam, sumpah seumur-umur baru pertama kalinya Gua melihat tatapan membunuh dari kedua mata Luna itu.

"Kamu mau kejar dia ?", ucapnya dingin seraya tersenyum tipis.

Gua menelan ludah lalu menggelengkan kepala pelan.

"Duduk..", perintahnya. Gua pun kembali duduk dan memalingkan muka ke kiri.
"Sekarang jelasin sama aku..", Luna memegang dagu Gua dan membuat kepala ini menengok kepadanya,
"Pernah janji apa kamu sama Sherlin ?", tangan kanannya menopang dagunya seraya menaikkan kedua alisnya.

".........".

"Jelasin ke aku... Ngejanjiin apa kamu sama dia ?".

".........".

"Enggak mau jawab ?".

".........".

"Okey kalo kamu gak mau jawab".

Luna berdiri lalu berjalan meninggalkan Gua sendirian di meja food court ini.

"Eh.. Lunaaa.. Tunggu tunggu...".

Gua pun tersadar lalu berlari mengejarnya sebelum semakin menjauh.
Diubah oleh glitch.7 09-06-2017 19:20
dany.agus
fatqurr
fatqurr dan dany.agus memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.