gue bakal nepatin janji gue untuk ngusahain update tiap hari, tapi harap maklum kalo updatenya pendek2, karena gue nulis langsung gue post. Enjoy!
Dari dulu gue percaya, ga ada hal yang terjadi secara kebetulan. Ketika orang tua gue jatuh bangkrut, beberapa keluarga gue bilang karena ortu gue kurang memperhatikan gue waktu dari kecil. Ketika terjadi gempa, dan bagian rumah yang roboh cuma kamarku dan ruang tamu tempat gue tidur, gue nganggep itu sentilan Tuhan buat gue. Ketika gue ditinggal pergi almarhum, gue mikir mungkin ini cara terbaik untuk berpisah, toh kalopun enggak, kelak konter bakal bangkrut dan gue mungkin tetep terbujuk untuk ke bali. dan tetep aja, kita bakal putus. Dan sekarang gue jadi gigolo pun, bukan terjadi karena kebetulan. Gue yakin, dulu ada hal yang bikin gue terjun ke dunia ini, meski gue belum tau itu apa.
Gue mendengarkan music dari handphone gue sepanjang perjalanan ke sunset road sambil baca2 artikel tentang pemrograman di browser opera mini gue, semenjak gue stay di bali, dan gue udah punya laptop lagi, gue kadang mengisi waktu luang gue dengan belajar otodidak tentang bahasa pemrograman, dan untungna gue ga belajar dari nol banget karena dulu almarhum beberapa kali ngajarin gue. dan itu berguna buat gue sekarang.
“saya sudah mau sampai.” Kukirim sms singkat ke jeff untuk memberi tahu kalo gue udah mau sampai rumahnya. Setelah sekitar 10 menitan, sampailah gue ke rumah minimalis dengan model ala2 villa kecil. Kupencet bel dan tak lama kemudian dia membuka pintu.
“hai. Come in. gimana tadi jalan-jalan sama temenmu?”
“thank. Biasa saja, mereka langsung balik ke penginapanya. So, i decided to hangout alone tonite, then you asking me to come. Hehehe, thank anyway.” Sahut gue sambil berjalan masuk.
“dont mention it. I know u are good boy. Tadi kamu bilang kamu mau hangout, where?”
“dunno, mungkin di bounty, atau di wild cat (udah tutup). Kamu sendiri, kenapa cuma di rumah saja?”
“naaah, saya malah pengen ngajak kamu dugem malam ini. How? Tapi enggak di daerah legian. Too many b*stard there. Kamu sudah makan?”
“belum, belum begitu lapar. Kamu sudah?”
“kita makan di luar saja, ok? And u need to change your clothes. Kamu terlihat seperti anak kecil dengan kaos itu. Hahahaha.”
“hahahaha. And you look like mafia with that piyama. Enggak ah, saya ga bawa cukup uang untuk beli baju.” Gue cuma tertawa kecut diledek seperti itu.
“saya cuma pengen kamu ganti pakaianmu, enggak nyuruh beli hahaha. Use my shirt, or u wanna buy? Saya belikan nanti sekalian keluar. How?"
“enggak ah, malah merepotkan kamu. Saya pinjam saja kalo emang harus ganti baju hahaha.”
“haha gak apa-apa. Udah yuk, kita beli baju sekalian makan terus ke M di dhyanapura. Udah pernah kesana?” sahut dia sambil menyebutkan tempat yang asing di telinga gue.
“belum. Tapi gak apa2?” sahut gue agak kuatir karena gue pamitnya jalan2 dengan yuli dan bukan hangout ama tamu.
“gak ada yang kenal kamu kok. Tenang aja.” Dia sepertinya tahu kekuatiranku.
“baguslah kalo begitu. Mau jalan sekarang?”
“well...” dia tersenyum kemudian mendekat dan memeluk gue. kalian paham lah kelanjutannya kek gimana.
:
..........
Setelah quickie versi anggar, gue dan jeff membersihkan diri kemudian keluar ke toko baju yang berada di daerah sunset road. Jeff menyuruh gue memilih antara kemeja warna biru atau putih, Gue memilih kemeja lengan pendek warna putih dan untungnya gue udah memakai celana panjang jadi ga perlu beli celana lagi. Gue pasang muka tembok disitu karena gue pasti yakin para penjaga toko yang melihat anak muda jalan dengan bule umur 30an, dan di bali itu pikiran orang pasti kebanyakan, itu bule dan gigolo. Setelah sekalian gue pake di fitting room, dan gue cuma cengar-cengir dipuji ganteng sama dia, jeff membayar kemudian kita keluar dari toko tersebut.
“thank jeff. Ini kan kemeja mahal.” Sahut gue singkat saat kita makan di warung nasi pedas di deket kuta square.
“you look great. Nanti saya kenalkan dengan teman-teman saya di sana.”
“kamu itu ga seperti mereka yang beberapa kali sama saya. They only thinking about money. They has No manner.”
“ah masak?” sahut gue sambil membatin “menurut ngana, gue terjun di dunia ini nyari jodoh sejenis? Yakali.” Batin gue.
“hehehe.”
Selesai makan, kita meluncur ke club yang dimaksud jeff, dan gue baru tau kalo di bali ada pusat night life khusus kaum sejenis. Sepanjang jalan keliatan banget orang2 belok, dan banci yang berlalu lalang disana. Kita masuk ke club tersebut kemudian mengambil posisi di pinggir. Gue melihat kesekitar dan sejauh mata melihat cuma ada kaum homo yang ada di dalam club ini. Bahkan waiternya pun ibaratnya badan ade rai, kelakuan melambai. Tak lama seorang lelaki bernama dean menghampiri kami kemudian berpelukan dengan jeff, kemudian dikenalkan sama gue. ternyata mereka berasal dari negara yang sama.
Kami mulai ngobrol ringan sambil menikmati bir serta hiburan musik yang ada di sini. Beberapa kali mereka berdua mengedarkan pandangan kesekitar melihat pengunjung dan gue juga pura2 menikmati suasananya, padahal dalam hati gue geli sekaligus jijik melihat cowok2 telanjang dada menari2 ga jauh dari posisi kita. Mereka berjoget sementara gue cuma duduk di kursi dan menghabiskan minuman, gue sempet melihat mereka ngobrol tapi ga kedengeran sama gue. tak lama kemudian mereka kembali ke kursi kami, lalu ngobrol santai.
“yur. Kami lanjutin di rumah. Kamu mau kan? Threesome.”
“ummm.. threesome? I never do that before.”
“its okay. We’ll give you more.”
“umm. Okay.”
“yuk balik. Kamu pulang pagi gpp kan?”
“gak apa2, aku udah ijin kalau pulang besok. Tapi jangan bilang2 ya. Please.” Gue agak kuatir.
“easy my boy.”
Bertiga kami pulang menuju rumah jeff, namun kami mampir ke minimarket membeli beberapa camilan dan buah yang udah dipotong2 dalam kemasan serta membeli tequila 1 botol. Gue masih mikir kalo mereka pengen mabuk2an di rumah trs ngegangbang gue.
:. Sesampainya rumah, gue segera meletakkan belanjaan kemudian ijin ke jeff untuk masuk ke kamar mandi untuk bersih2. Saat di dalam kamar mandi gue ga kepikiran macem2, cuma saat keluar gue melihat lampu ruang tamu berganti lampu redup kemudian belanjaan yang gue taroh di meja telah berada di karpet. Gue melihat mereka duduk bersebelahan dan berganti memakai piyama.
“come here.”
Gue duduk di depan jeff seperti kebo dicucuk idungnya sampai dia mendekat dan membisikkan beberapa kata ke gue. gue sempet kaget dan agak canggung mendengar perkataan dari jeff, gimana enggak kaget, gue disuruh tiduran telanjang di karpet sementara buah2an tersebut di tata di tubuh gue. gue pernah melihat dari video tentang shasimi girl. Cuma sekarang gue ga cuma nonton tapi cuma mempraktekan sendiri langsung. Wa de pak! Cuma gue tetep kudu profesional dengan kerjaan gue, pakaian yang menempel di badan gue tanggalkan semua lalu tiduran terlentang dihadapan mereka. selama mereke berfantasi, gue cuma merem dan membayangkan tangan dan mulut yang celamitan di badan gue itu cewek2 cakep model dan bohay. Dan ga cuma itu, setelah acara ngemil tersebut, gue sampai pagi melayani mereka secara threesome. Kebayang ga? Gue aja ampe sekarang suka eneg kalo kebayang.
Jam dinding menunjukan pukul 7 pagi saat gue terbangun, gue melihat di sebelah gue ada jeff dan temennya masih pada tidur, gue bangun dengan gerakan perlahan supaya ga membangunkan mereka lalu menuju ke kamar mandi. Di dalem kamar mandi gue berlama2 mandi dan menggosok badan gue, seolah berharap aib kerjaan gue ikut luruh. Setengah jam gue berada di kamar mandi kemudian keluar dan menengok ke kamar mereka masih pada pules.
“jeff, wake up.” Kata gue pelan sambil menggoyangkan badannya.
“ummmm. What time is it?” sahut dia menggeliatkan badannya.
Gue cuma tertawa kecil sambil menunjukkan angka 7 dengan kedua jari tangan gue.
“maaf jeff, aku tadi ke make kamar mandimu sekalian ke dapur buatin kopi untuk kalian. Jam setengah delapan aku pulang ya.” gue sedikit kuatir karena pas selesai mandi, ada beberapa miskal dari mbak arin dan mustofa.
“aw, thank boy. Btw, uangnya mau cash atau transfer? How much?”
“transfer aja jeff, aku ga pengen bikin curiga orang rumah, pulang bawa duit banyak di dompet. Terserah kalo itu, up 2 u.”
“gimme few minutes, kay? Saya masih ngantuk kecapekan semalam hahaha.”
Gue cuma pura2 tersenyum seolah ikut menikmati acara semalaman tersebut, padahal mah boro2. Kadang gue lelah, kudu pura2 menikmati padahal gue jijik. Bahkan kadang gue setelah nerima tamu, gue masturbasi di kamar mandi sambil membayangkan wanita, supaya gue ga berubah orientasi seksualnya.
Sepanjang perjalanan pulang, gue nyiapin alasan yang sekiranya ga bikin anak2 rumah curiga. Sebelum pulang gue mampir beli beberapa botol bir untuk oleh2 anak rumah sekalian ngecek uang di atm. gue sedikit lega saat melihat saldo yang bertambah setelah ditransfer sama jeff. Setidaknya gue tinggal bikin alasan yang bagus.
.....
“gile yang indehoi, ampe lupa pulang.” Canda rudi saat melihat kedatangan gue.
“baru balik yur? Check in?” sapa mbak arin saat gue baru mau masuk kamar naruh tas berisi pakaian kotor.
“nggg. Iya mbak. Sama yuli. Semalem dugem terus yuli agak mabuk. Ga brani balik penginapannya. Maaf mbak lupa ngabarin.”
“gpp, asal jangan diulangi lagi aja. Ga enak sama yang lain. Mentang2 kamu anak baru dan laris, terus dikira aku pilih kasih.”
“enggak kok mbak. Sante aja.”
“kirain nginep ama tamu ga bilang2 hahahaha. Jangan gitu ya kelak. Jangan sampe kayak si H, dulu keluar dari rumah sini setelah sering nerima tamu ga bilang2.”
“enggak lah mbak. Hehehe.” Sahut gue sambil tersenyum lalu ijin buat masuk ke kamar.
“fitness ga kamu hari ini? Kalo fitness sekarang aja. Tar jam jam 11 kamu ke hyatt sanur, tar biar dianter bowo.”
“ga aja deh mbak. Tanggung.”
“yaudah, sarapan dulu sana.”
“iya mbak. Makasih.”
Gue mengambil hp yang tergeletak di meja kemudian membuka messenger ebudd* melihat barangkali ada chat masuk. Gue liat ada beberapa chat dari temen ym gue dan salah satunya cewek yang akhir2 ini sering chat intens ama gue.
Little_bear (lanaya): hi dh bngun? gi pa?
Me: sori gi bls. lg prpare mo krj. u?
Lanaya: mo brngkt kuliah. U jam sgni lom krj?
Me: msk jam 9 naya.
Ga terasa gue udah chatting sama lanaya sampai sejam lebih dan gue baru ingat jam 11 gue ke sanur, gue sudahi percakapannya kemudian gue mandi. Btw, gue kenal sama lanaya ini di salah satu room chat yang sering gue masukin. Dan karena keseringan becanda bareng, gue tukar kontak dan sering kojom atau mojok (PM kalo istilah lokalnya). Sering chatting bikin gue ga begitu kesepian disini, karena selama disini, anak2 yang lain itu kalo diajak ngobrol susah nyambungnya. Ibaratnya kalo mendengar kata bule = uang, room = tempat dapat uang. Ya mau gimana lagi, mereka ketika lagi mau mengepakkan sayap, belum2 startnya udah dari sini. Sebenarnya ga beda jauh ama gue sih, cuma kalo gue pas lagi terbang aja nyungsepnya di PP laknat ini.
“udah siap lo? Widih, baju baru nih.” Sahut bowo saat melihat gue sedang merapihkan diri depan cermin.
“hehehe. Baju gue dikit wo. Mosok itu-itu mulu yang gue pake. 5 menit lg ya.” Sahut gue sambil menyamprotkan parfum b**gari ke badan gue.
“yok.” Sahut gue singkat.
“ati2 di jalan.” Sahut mbak arin yang gue jawab dengan senyum serta acungan jempol. Dan gue berangkat menuju sanur di antar bowo.
“kata anak2, bule yang mo lo temuin ini kalo ngasih tips gede loh.” Sahut rudi saat gue dalam perjalanan naik motor sama dia menuju sanur.
“iya kah? Kalo iya tar pulangnya gue kasih lebih lo.”
“hahaha santai. Tau aja gue lg jarang pegang duit lebih sekarang.”
“sante wo. Kalo urusan rokok makan mah, ada gue.” gue teringat bowo pernah ngeluh ga pernah megang uang lebih selama di bali karena dia cuma ngandelin dari fee anter, karena uang bulananya dikirim ke keluarganya.
“lo juga mikirin lo sendiri kali. Lo mau ampe tua jualan pej*?”
“ga usah sok baik bagi2 duit ke anak yang lain. Kalo mereka di posisi lo, gue yakin bakal dikekep sendiri kok duitnya.”
“gpp wo. Cuma sesekali ini.”
....
Beberapa petugas hotel melihat gue saat turun di parkiran kemudian berjalan masuk sementara bowo keluar dan seperti biasa nunggu di minimarket yang ga jauh dari lokasi gue. kerja kayak gini itu kudu pasang muka badak, karena gua yakin orang-orang hotel juga tahu ketika ada anak muda dandan necis dan dijemput bule yang sama2 cowok diajak masuk ke dalam kamar itu pasti kebanyakan gigolo, apalagi kalo ga ada obrolan panjang cuma langsung diajak ke kamar. Cuma ya mau gimana lagi. Jalan gue sekarang begini, bodo amat dengan rasa malu. Dan gue masih ingat kata-kata mbak arin, selama ga ada yang kenal lo. Kumpulin duit sebanyak-banyaknya kemudian buat usaha.
2x masuk ke hyatt, gue dulu suka ga abis pikir ada orang mau ngeluarin uang jutaan cuma buat nginep semalam. Bahkan kadang cuma buat indehoi terus check out. Cuma ya gue dulu masih labil pikirannya, jadi mikirnya masih simpel aja hahaha. gue ngikutin bule yang bernama allan ini dari belakang sambil mengedarkan pandangan ke suasana hotel.
“gue ngekos di sini kayaknya seru ya.” Pikiran bodoh gue mencuat keluar.
Sesampainya kamar gue ijin ke kamar mandi buat membersihkan badan, sementara membuka kopernya yang sepertinya mau ganti baju juga. Namun ketika keluar, gue melihat ada benda2 aneh yang tergeletak di di samping allan, dan benda itu ada dildo, tali, topeng masquerade dan ada lilin segala. Yasalam, 2 malam gue jadi obyek fantasi bule homo. Well, sepertinya emang gue harus berimprovisasi supaya para tamu ga kecewa. Kalo gue kepalang basah jadi gigolo, so be it! Gue melihat ke arah allan dan memberikan senyum palsu gue ke dia kemudian mendekati dia..
Sekali lagi, siang ini gue harus berpura2 lagi sebagai homo demi uang yang bisa gue dapatkan. Ga gue peduliin rasa aneh campur mual ketika melihat wajah yang satu jenis kelamin sama gue, berada di depan muka gue, bahkan menciumi gue. gue cuma berharap tamu gue segera puas dan gue bisa keluar dari ruangan biadab ini.. Gue pura2 ikut menikmati permainan ini sampai dildo yang dipegang allan diarahkan ke arah bawah tubuh gue. langsung gue tahan tangan dia lalu gue tatap tajam...
Bersambung....