Kaskus

Story

.rafferthaAvatar border
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:


Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.

Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.

Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.


Quote:


Spoiler for Sambutan:


Quote:

Quote:

Quote:

Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
samsung66Avatar border
fikrifbsAvatar border
Arsana277Avatar border
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
.rafferthaAvatar border
TS
.raffertha
#4357
Part 115
Aku alihkan pandanganku seketika kearah lautan luas.
Sebuah perasaan yang tak menentu tiba-tiba hadir didalam hatiku kini.

Vina : "Aku cuma butuh jawaban kamu.. Aku gak minta kita untuk jalanin suatu hubungan kok, Re.."
Rea : "Setelah apa yang telah kamu lakuin ke aku, Vin.. Sama cemburu kamu yang kadang ngeselin.. Bohong sih kalo aku gak sayang sama kamu.."
Vina : "Aku cuma kamu peka sama apa yang aku lakuin ke kamu.. Lihat kamu berdarah itu bikin aku panik dan khawatir.."
Rea : "Maaf, Vin.."
Vina : "Aku tau kamu orang yang baik, Re.. Nolong orang tanpa mikirin diri sendiri.. Tapi kamu juga harus mikirin orang disekitarmu.."
Rea : "...."
Vina : "Kalo kamu mati, yang sedih bukan cuma aku.. Perempuan itu pasti sangat kehilangan.."
Rea : "Iya, aku tau kok.."

Kami masih duduk berdua dipinggiran pantai.
Ditemani dengan suara ombak dan hembusan angin laut yang sejuk.
Suasana kembali hening.
Aku bingung apa lagi yang harus aku bicarakan.
Tetapi, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku menyayanginya.

Vina : "Aku mau tanya sama kamu.."
Rea : "Apa ?"
Vina : "Apa cewek itu berharga banget buat kamu ?"
Rea : "Nggak tau.. Aku aja baru kenal beberapa hari.."
Vina : "Siapa namanya ?"
Rea : "Riska.."
Vina : "Kamu sayang dia ?"
Rea : "Entah.. Aku gak ngerti.. Dia cuma aku anggap sebagai adikku.."
Vina : "Sama kayak Velina ?"
Rea : "Velina ? Ya, mungkin.."
Vina : "Re.."
Rea : "...."
Vina : "Aku penasaran sama warna pelangi yang kamu maksud.."
Rea : "Yang mana ?"
Vina : "Siapa aja yang ngisi warna nya ?"
Rea : "Warna pertama, ada seseorang yang memperkenalkan aku tempat ini.. Yang ngajarin aku arti cinta yang sebenarnya.. Dia Vania.."
Vina : "Lalu, yang kedua ?"
Rea : "Dia yang selalu jaga aku diwaktu aku sakit, hibur aku diwaktu sedih.. Dia Calista.."

Calista.
Aku teringat dia.
Tiba-tiba aku teringat dirinya.

Dia datang kepadaku.
Ditempat ini, diwaktu yang sama.
Dia memelukku dan menghiburku dikala aku sedih karena Vania.

Vina : "Cowok jangan nangis..", sambil mengusap pipiku yang tanpa sadar air mataku menetes.
Rea : "Eh.. Sori.."
Vina : "Kamu unik ya.."
Rea : "...."
Vina : "Aku pikir semua cowok gak punya perasaan.."
Rea : "...."
Vina : "Kamu beda, Re.."
Rea : "Aku cuma inget dia.."
Vina : "Calista ?"
Rea : "....", aku hanya menganggukkan kepalaku.
Vina : "Warna selanjutnya ?"
Rea : "Orang yang mencintaiku dalam diam.. Velina.."

Suasana kembali hening dan sepi.
Vina tiba-tiba saja menyandarkan kepalanya dibahuku dan melingkarkan tangannya ditubuhku.
Wangi aroma tubuhnya tercium jelas dihidungku.
Wanginya manis.

Perasaan yang sudah lama terkubur kini benar-benar muncul kembali.
Dia berhasil membuatku berdebar tak karuan.

Vina : "Apa mereka semua masih ada sampai sekarang ?"
Rea : "Masih.. Mereka masih hidup.."
Vina : "Dihatimu ?"
Rea : "....", aku hanya menganggukkan kepala.
Vina : "Masih berhubungan sama mereka ?"
Rea : "Nggak.. Semua hilang bagai ditelan ombak.."
Vina : "Itu yang aku nggak mau, Re.."
Rea : "Nggak mau apa ?"
Vina : "Kamu cari pelampiasan karena kamu gak bisa lupain mereka.."
Rea : "...."

Perkataannya membuatku berpikir sejenak.
Ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Vina.
Tidak seharusnya aku melampiaskan semuanya kepada yang lain.
Pasti ada jalan untukku melupakan mereka khususnya Calista.

Vina : "Warna keempat.."
Rea : "Aku nggak tau.."
Vina : "Kenapa nggak tau ? Baru tiga loh.."
Rea : "Masih samar.."
Vina : "Pasti Riska.."
Rea : "Entah.. Sepertinya bukan.."
Vina : "Nggak mungkin aku kan.. Aku kan nyebelin.."
Rea : "Vina.."
Vina : "Ya.."
Rea : "Kenapa kamu sayang aku ?"
Vina : "Aku gak tau kenapa.. Tiba-tiba muncul aja perasaan ini.."
Rea : "Kenapa harus aku ? Kamu tau kan aku lebih muda dari kamu.."
Vina : "Hhmm.. Iya sih.. Tapi ya mau gimana lagi.. Aku ngerasanya gitu kok.."

Hari sudah semakin larut.
Matahari mulai tergelincir.
Aku harus pulang kerumahku segera.

Rea : "Udah mau malem nih.. Pulang yuk.."
Vina : "Yuk.."

Aku dan Vina beranjak dari tempat ini.
Kami berjalan berdua perlahan menuju tempat dimana mobil diparkirkan.
Vina menggandeng tanganku.
Kami benar-benar seperti pasangan.

Vina : "Udah lama aku gak ngerasain perasaan ini, Re.."
Rea : "Sama.. Aku juga.. Beda ya pas aku deket kamu.. Deket sama Riska.."
Vina : "Beda gimana ?"
Rea : "Beda aja.. Kayak ada rasa ingin memiliki.. Tapi nggak mungkin.."
Vina : "Kenapa nggak mungkin ?"
Rea : "Aku takut aja pas kita pisah, kita bener-bener musuhan dan kehilangan kontak.."
Vina : "Ya jangan sampe pisah dong.."
Rea : "Iya sih.. Harusnya.."

Setelah lama berjalan, akhirnya sampailah kami ditempat parkir.
Kami berdua masuk kedalam mobil.
Dan kali ini, Vina yang mengendarai.

Rea : "Gak apa-apa nih ?"
Vina : "Gak apa-apa lah.. Sekali-sekali mah.."
Rea : "Makan yuk.. Laper.."
Vina : "Yuk.. Seafood mau ?"
Rea : "Kamu yang bayar ?"
Vina : "Iya kali ini aku yang traktir deh.."
Rea : "Nah kan enak kalo gitu.."
Vina : "Hahahahaha.. Oke deh.."

Kami pun segera keluar dari kawasan pantai ini.
Vina membawaku kesebuah tempat makan seafood didaerah Jakarta Utara.
Tempat ini sangat terkenal dan sangat ramai.

Rea : "Gila! Rame bener.."
Vina : "Disini selalu rame.. Enak soalnya.."
Rea : "Makannya dimana ?"
Vina : "Nunggu tempat.. Hahahahahahaha.."

Setelah setengah jam menunggu, akhirnya kami mendapatkan tempat duduk.
Seorang pelayan memberikan menu kepada kami dan kami mulai untuk memilih.
Tidak ada hal yang bisa aku ceritakan disini.
Kami berdua hanya makan untuk mengisi kekosongan perut karena cacing berdemo.
Setelah itu, kami kembali ke warnet.
Disana masih ada Della dan Roy.

Roy : "Et dah bocah.. Dari mana aja ?"
Rea : "Baek-baekin orang ngambek.."
Roy : "Hahahahahaha.. Lo diapain, Vin ?"
Vina : "Mau tau aja lo.."
Della : "Gw nunggu sampe lumutan.. Gw telpon gak diangkat.."
Roy : "Gw kan udah bilang.. Gak bakalan dijawab.. Orang lagi pacaran.."
Rea : "Apa sih! Gw gak pacaran sama Vina.."
Della : "Hahahahahaha.. Iya juga gak apa-apa.."

Vina masuk kedalam ruangan yang ada dibelakang.
Diikuti oleh Della.
Aku dan Roy duduk didepan warnet dibawah pohon besar.

Roy : "Ada masalah apa sih lo berdua ?"
Rea : "Gak ada apa-apa."
Roy : "Jangan bohong lu.. Lo berkawan ama gw gak sebulan dua bulan re.."
Rea : "Gw gak habis pikir aja.. Selama ini dia gak pernah jujur sama gw.."
Roy : "Cewek mah susah, Re.. Harus cowok duluan yang ngomong.."
Rea : "Ya, tapi lo tau gw kan.."
Roy : "Tau lah.. Vina harusnya jujur dari awal, bukan ngasih kode.."
Rea : "Pusing gw.."
Roy : "Cewek aja dibikin pusing.."
Rea : "Tau ah.. Gw ambil konci motor dulu.."

Aku masuk kedalam untuk mengambil kunci motor papa.
Aku mendengar suara tangisan dari Vina dari dalam sana.
Terdengar pula Della yang sedang mencoba menenangkannya.


Quote:


Rea : "Vin.."
Vina : "...."
Rea : "Aku.. Pulang ya.. Makasih untuk hari ini.."
Vina : "...."
Rea : "Della, gw balik ya.."
Della : "I.. Iya, Re.. Hati-hati dijalan.."

Aku langsung pergi keluar warnet dan memacu motor papa kerumah.
Sesampainya dirumah, aku langsung mengurung diriku didalam kamar.
Betapa bodohnya aku.
Tetapi, aku juga menyesali sikap Vina yang tidak ingin jujur dari awal.
Jika memang dia menyayangiku, katakanlah sejujurnya.
Sekarang keadaan sudah berubah.
Mungkin aku dengan Vina tidak akan bisa sedekat ini lagi..

Mungkin...
JabLai cOY
JabLai cOY memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.