- Beranda
- Stories from the Heart
Black Part Of Woman
...
TS
anism
Black Part Of Woman
Spoiler for Peringatan:
Spoiler for Anissa : Aku Bukan pramuria:
Spoiler for Ibu?!:
Spoiler for I Must Found a Father for You:
Wanita itu unik. Karena itu perlakuan terhadap mereka pun berbeda-beda dan spesial.
mereka selalu punya cerita menarik yang pantas disimak
Anism & (edit by) Fanzangela
Diubah oleh anism 30-05-2019 11:43
devarisma04 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
48.2K
379
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
anism
#135
Dia
Ario segera menyambar jasnya, ia tahu siapa yang melakukannya. Selama ini dia tidak punya siapapun selain Luna.
Reni? Dulu Reni sangat ragu dan tidak tegas dengan perasaannya. Dan karena itu, saat Ario kehilangan segalanya akibat sebuah bencana. Reni memilih meninggalkannya.
Dia melihat jam di layar handphone-nya. Jam sekolah sudah berakhir, seharusnya ia sudah di rumah. Ario mencoba menelepon whats app Anissa. Berkali-kali sampai akhirnya di angkat.
“Halo, Nis. Tunggu. Dengarkan aku. Aku akan ceritakan semuanya padamu. Aku mohon kamu mau mendengarkanku dulu.”, Ario berbicara tanpa putus.
Di balik sana. Hanya suara hening.
“Halo, Nis. Kamu dengar aku kan?”, ujar Ario.
“Iya. Kita ngomong di luar aja. Jangan di rumah.”, jawab Anissa. Ario merasa sangat lega.
“Baiklah. Kita ngomong di luar aja. Aku jemput kamu ya.”, ujar Ario.
“Di kafe dekat rumah saja. Kamu tinggalin motor di rumah. Aku izin ke mama dulu.”, nada bicara Anissa sangat datar.
“Oke..Oke…”, Ario langsung mengiyakan.
Dalam sepuluh menit Ario tiba di depan rumah Anissa. Masih sama dengan waktu itu, pagar yang menjulang tinggi seakan menunjukkan bahwa Ario dan Anissa berada di status sosial yang berbeda. Ario yang hanya bergerak spontan sesuai perasaannya.
Pantaskah Ario memiliki Anissa?
Ario memilih untuk menunggu di luar pagar. Dua puluh menit kemudian, Anissa keluar dari rumah bersama mamanya. Mamanya tampak tersenyum menatap Ario. Ario menyapa dan tersenyum.
“Kalian hati-hati ya jalan-jalannya.”, ujar mama Anissa.
“Ma, itu cuma beberapa meter dari rumah.” Anissa memutar bola matanya.
“Baik tante.”, jawab Ario riang.
Maka Anissa dan Ario pun berjalan bersama. Namun mereka tetap menjaga jarak.
“Nis, terima kasih banyak buat semalam. Aku tahu kamu yang menjagaku.”, ujar Ario.
“Jadi ajakan keluarnya hanya sebagai ucapan terima kasih?”, cibir Anissa.
“Aku mau cerita semuanya. Kalau kamu mau mendengarkan juga.”, Ario menatap Anissa.
“Iya Yo. Aku mau mendengarkan kok.”, ujar Anissa simpati.
Ario segera menyambar jasnya, ia tahu siapa yang melakukannya. Selama ini dia tidak punya siapapun selain Luna.
Reni? Dulu Reni sangat ragu dan tidak tegas dengan perasaannya. Dan karena itu, saat Ario kehilangan segalanya akibat sebuah bencana. Reni memilih meninggalkannya.
Dia melihat jam di layar handphone-nya. Jam sekolah sudah berakhir, seharusnya ia sudah di rumah. Ario mencoba menelepon whats app Anissa. Berkali-kali sampai akhirnya di angkat.
“Halo, Nis. Tunggu. Dengarkan aku. Aku akan ceritakan semuanya padamu. Aku mohon kamu mau mendengarkanku dulu.”, Ario berbicara tanpa putus.
Di balik sana. Hanya suara hening.
“Halo, Nis. Kamu dengar aku kan?”, ujar Ario.
“Iya. Kita ngomong di luar aja. Jangan di rumah.”, jawab Anissa. Ario merasa sangat lega.
“Baiklah. Kita ngomong di luar aja. Aku jemput kamu ya.”, ujar Ario.
“Di kafe dekat rumah saja. Kamu tinggalin motor di rumah. Aku izin ke mama dulu.”, nada bicara Anissa sangat datar.
“Oke..Oke…”, Ario langsung mengiyakan.
Dalam sepuluh menit Ario tiba di depan rumah Anissa. Masih sama dengan waktu itu, pagar yang menjulang tinggi seakan menunjukkan bahwa Ario dan Anissa berada di status sosial yang berbeda. Ario yang hanya bergerak spontan sesuai perasaannya.
Pantaskah Ario memiliki Anissa?
Ario memilih untuk menunggu di luar pagar. Dua puluh menit kemudian, Anissa keluar dari rumah bersama mamanya. Mamanya tampak tersenyum menatap Ario. Ario menyapa dan tersenyum.
“Kalian hati-hati ya jalan-jalannya.”, ujar mama Anissa.
“Ma, itu cuma beberapa meter dari rumah.” Anissa memutar bola matanya.
“Baik tante.”, jawab Ario riang.
Maka Anissa dan Ario pun berjalan bersama. Namun mereka tetap menjaga jarak.
“Nis, terima kasih banyak buat semalam. Aku tahu kamu yang menjagaku.”, ujar Ario.
“Jadi ajakan keluarnya hanya sebagai ucapan terima kasih?”, cibir Anissa.
“Aku mau cerita semuanya. Kalau kamu mau mendengarkan juga.”, Ario menatap Anissa.
“Iya Yo. Aku mau mendengarkan kok.”, ujar Anissa simpati.
Diubah oleh anism 28-05-2017 22:03
mmuji1575 memberi reputasi
1