- Beranda
- Stories from the Heart
Black Part Of Woman
...
TS
anism
Black Part Of Woman
Spoiler for Peringatan:
Spoiler for Anissa : Aku Bukan pramuria:
Spoiler for Ibu?!:
Spoiler for I Must Found a Father for You:
Wanita itu unik. Karena itu perlakuan terhadap mereka pun berbeda-beda dan spesial.
mereka selalu punya cerita menarik yang pantas disimak
Anism & (edit by) Fanzangela
Diubah oleh anism 30-05-2019 11:43
devarisma04 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
48.2K
379
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
anism
#134
Siapa?
Ario merasakan seluruh tubuhnya sakit dan menggigil. Dia tidak tahan bahkan untuk sekedar bangkit dari kasurnya.
Matanya yang masih belum benar-benar mampu menyesuaikan dengan cahaya samar-samar menangkap bayangan sebuah kaki.
“Lu..Luna?”, Ario menebak-nebak.
Tapi pemilik tangan itu tidak bersuara, malah meletakkan sebuah kain basah di atas keningnya. Ario merasa nyaman dan kembali menutup matanya. Beberapa saat kemudian Ario merasa dirinya lebih baikan. Rasa sakit di badannya berangsur-angsur menghilang. Tapi saat pandangannya pulih, dia tidak melihat siapapun di sana.
Luna datang dan menendang kaki Ario. “Bangun Ario. Mau tidur sampe kapan? Ayo makan dulu.”
Ario memaksakan diri bangkit dari kasurnya. Meraih semangkuk bubur dari Luna.
“Lun, makasih ya.”, ujar Ario.
Luna mengernyitkan dahi. “Untuk?”
“Untuk semuanya. Aku tidak tahu apa jadinya aku tanpa dirimu kemarin malam, Lun.”, ujar Ario berusaha menelan buburnya.
“Apa seorang anak perlu berterima kasih untuk ketulusan orang tuanya?”, ujar Luna lembut.
Ario hanya bisa menatap Luna tidak percaya.
“Lun, semalam kamu pasti tidur larut sekali. Maafkan aku.”, ujar Ario.
“Aku? Aku memang tidur larut. Tapi apa hubungannya aku tidur larut dengan kamu minta maaf?”, Luna kelihatan bingung.
“Bukannya kamu menjagaku semalam dan meletakkan kain kompresan ke kepalaku?”, Ario mulai curiga.
Luna tertawa terbahak-bahak. “Kamu masih demam Yo? Aku tidak mengompres kepalamu.”
Ario merasakan seluruh tubuhnya sakit dan menggigil. Dia tidak tahan bahkan untuk sekedar bangkit dari kasurnya.
Matanya yang masih belum benar-benar mampu menyesuaikan dengan cahaya samar-samar menangkap bayangan sebuah kaki.
“Lu..Luna?”, Ario menebak-nebak.
Tapi pemilik tangan itu tidak bersuara, malah meletakkan sebuah kain basah di atas keningnya. Ario merasa nyaman dan kembali menutup matanya. Beberapa saat kemudian Ario merasa dirinya lebih baikan. Rasa sakit di badannya berangsur-angsur menghilang. Tapi saat pandangannya pulih, dia tidak melihat siapapun di sana.
Luna datang dan menendang kaki Ario. “Bangun Ario. Mau tidur sampe kapan? Ayo makan dulu.”
Ario memaksakan diri bangkit dari kasurnya. Meraih semangkuk bubur dari Luna.
“Lun, makasih ya.”, ujar Ario.
Luna mengernyitkan dahi. “Untuk?”
“Untuk semuanya. Aku tidak tahu apa jadinya aku tanpa dirimu kemarin malam, Lun.”, ujar Ario berusaha menelan buburnya.
“Apa seorang anak perlu berterima kasih untuk ketulusan orang tuanya?”, ujar Luna lembut.
Ario hanya bisa menatap Luna tidak percaya.
“Lun, semalam kamu pasti tidur larut sekali. Maafkan aku.”, ujar Ario.
“Aku? Aku memang tidur larut. Tapi apa hubungannya aku tidur larut dengan kamu minta maaf?”, Luna kelihatan bingung.
“Bukannya kamu menjagaku semalam dan meletakkan kain kompresan ke kepalaku?”, Ario mulai curiga.
Luna tertawa terbahak-bahak. “Kamu masih demam Yo? Aku tidak mengompres kepalamu.”
Diubah oleh anism 28-05-2017 11:26
mmuji1575 memberi reputasi
1