Kaskus

Story

.rafferthaAvatar border
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:


Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.

Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.

Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.


Quote:


Spoiler for Sambutan:


Quote:

Quote:

Quote:

Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
samsung66Avatar border
fikrifbsAvatar border
Arsana277Avatar border
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
.rafferthaAvatar border
TS
.raffertha
#4323
Part 114
Sudah beberapa hari ini aku membantu Riska untuk kembali kejalan yang benar.
Mengingatkan dia untuk sholat dan membantu untuk mengurangi nafsu birahinya.
Membantu mengurangi bukan melayani ya.
Aku semakin dekat dengan Riska dan sedikit senang dengan perubahannya sedikit demi sedikit.

Tiba dimana hari aku harus berangkat menuju kampusku.
Aku dikejutkan dengan sebuah SMS yang aku terima pagi itu.


Quote:


Setelah itu, aku bersiap menuju kampusku.
Tak lupa aku sarapan pagi dengan orang tuaku.
Lalu, aku panas kan motor papa dan berangkat.
40 menit perjalanan, tibalah aku dikampusku ini.

Aku hanya belajar dengan mata kuliah yang diajarkan dosen hari ini.
Kelasku bubar pada siang hari.
Aku berniat untuk makan siang terlebih dahulu sebelum pulang kerumah.
Mungkin bukan kerumah, lebih tepatnya aku mampir dulu ke warnet.

Aku berjalan menuju tempat parkir dimana motor papa diparkirkan.
Tetapi disana sudah ada 4 orang menunggu.
Aku tidak tahu siapa mereka.
Satu orang duduk diatas motor papa dan yang lainnya duduk dimotor samping tempatku.

Rea : "Misi ya, mas. Ini motor saya."
.... : "Terus kenapa ?"
Rea : "Saya mau balik."
.... : "Balik aja sana."

"Ini bocah kalo gw liat bukan senior atau anak kampus sini nih." gumamku dalam hati.

Rea : "Lo bukan anak sini kan ?"
.... : "Terus kenapa ?"
Rea : "Lo ada urusan apa ?"
.... : "Gw udah bilang kan sama lo.. Jauhin Riska!"
Rea : "Oh, jadi lo yang sering ngancem gw.. Akhirnya nongol juga.. Bawa temen lagi.. Banci Pasar Rebo aja sendiri kalo ngadepin orang.. Kalah sama banci!"
.... : "Bener-bener ini bocah minta diabisin!"

Sebuah pukulan darinya berhasil mendarat di pipiku.
Aku sengaja membiarkan dia memukulku terlebih dahulu.
Karena ada satpam penjaga parkir yang sedang melihat kearah kami.
Setelah menerima pukulan darinya, aku tendang dia hingga tersungkur ketanah.
3 orang temannya langsung membantu.
Mereka memukuliku tetapi aku dapat menahan beberapa serangannya dan membalas mereka.
Tak lama kemudian, datanglah Bang Mamat, satpam penjaga parkiran untuk melerai.
Mereka berempat langsung kabur tancap gas.

Mamat : "Lo gak apa-apa, tong?"
Rea : "Nggak bang.."
Mamat : "Berdarah tuh bibir lo. Ayo ke pos dulu dah.."

Aku berjalan ke pos jaga.
Disana juga ada Bang Tarjo yang berjaga berdua dengan Bang Mamat.

Tarjo : "Baru masuk aja udah ribut lu, Re."
Rea : "Yailah bang. Gw aja gak tau mereka siapa."
Mamat : "Mereka bukan anak sini, Jo. Gw aja gak kenal muka nya."
Tarjo : "Ya udah tuh ada kotak P3K. Obatin dulu aja bibir lo. Daripada gak bisa baik lo ntar.. Hahahahahaha.."
Rea : "Sue, masih aja dicengin.."

Aku dengan satpam penjaga parkiran memang sudah dekat dari awal aku masuk.
Karena aku selalu titipkan kendaraanku semenjak ospek dengan sogokan rokok 3 bungkus setiap harinya.
Dan sekarang, mereka membantuku.

Mamat : "Lo bener gak kenal ama tuh bocah tadi, Re ?"
Rea : "Gak kenal tapi tau siapa mereka."
Mamat : "Siapa emang ?"
Rea : "Musuh gw. Jadi gw ada kenalan, bang. Kenalan gw itu cewek gak bener bang awalnya. Dia berniat tobat dan gw bantu. Nah itu bocah tadi gak seneng."
Tarjo : "Wah, Mat. Gak dapet jatah lagi kali dia.."
Mamat : "Iyalah jelas. Yang namanya orang mau berubah jadi baik mah ada aja cobaannya."
Rea : "Udah kering nih luka nya. Gw balik ya bang.."
Mamat : "Sip, hati-hati lo.."

Setelah luka ku lebih baik, aku memutuskan untuk pergi dari kampusku ini.
Didalam perjalanan, aku selalu siaga melihat kiri dan kananku.
Aku tidak ingin mereka mengikutiku dan membuat masalah semakin besar.
1,5 jam perjalanan, sampailah aku ke warnet yang aku anggap sebagai rumah keduaku.
Ternyata disana ada Della yang sedang duduk dimeja server sedang digoda oleh para pengguna.
Lalu, aku duduk disamping Della supaya para lelaki itu tidak menggodanya lebih jauh.

Rea : "Della.. Nggak sama Vina ?"
Della : "Eh, Andrea.. Lagi keluar sama Roy.."
Rea : "Hah, ngapain ?"
Della : "Beli makanan.. Lo ribut lagi ?"
Rea : "Ribut sama siapa ?"
Della : "Bibir lo ada bekas luka.."
Rea : "Biasalah, jagoan.."
Della : "Lo tuh.. Jangan gitu terus kenapa.. Gak kasian sama Vina ?"
Rea : "Kenapa sama Vina ?"
Della : "Dia tuh sayang banget sama lo. Tapi lo nya aja bego. Jadi cowok gak pekaan sama cewek.."
Rea : "...."
Della : "Yang lain mah susah mau deketin dia juga.. Lo yg udah dapet malah didiemin.. Payah lo.."
Rea : "Gw masih bingung aja sama perasaan gw, Del.."
Della : "Apa yang bikin lo bingung sih ?"
Rea : "Entahlah.. Gw juga gak ngerti apa yang gw rasain sama si Vina."

Tak lama kemudian, datanglah Vina dan Roy membawa makanan.

Vina : "Kamu gak ngabarin kalo mau kesini ?"
Rea : "Biasanya juga nggak kan ?"
Vina : "Ya kan bisa aku beliin makan kalo kamu kesini.."
Rea : "Gak usah, Vin.. Gw udah kenyang.."

Aku beranjak dari tempat dudukku.
Lalu, aku masuk ke ruangan belakang untuk tidur-tiduran.

Roy : "Lo berantem lagi, Re ?"
Rea : "Sstt! Jangan keras-keras.."
Roy : "Oh iya.. Lo ribut ?"
Rea : "Iya.. Sama orang gak jelas.."
Roy : "Kok bisa ?"
Rea : "Itu orang gak suka gw deket sama kenalan gw.."
Roy : "Ya jauhin lah, bego."
Rea : "Lo bego. Dia itu lagi gw bantuin untuk tobat.. Nah yang ribut ama gw ini gak seneng."

Aku mendengar suara langkah kaki yang bergerak dengan cepat.
Lalu, seseorang masuk kedalam ruangan dimana aku dan Roy berada.
Dia melihat pipi ku yang terluka lalu menamparnya dengan keras.
Saat itu juga, Roy beranjak dari ruangan ini.

Vina : "Ngapain sih pake ribut!"
Rea : "Dia duluan yang mukul aku!"
Vina : "Mau sampe kapan kayak gini!"
Rea : "Sampe dia bisa berubah jadi lebih baik!"
Vina : "Dia siapa! Cewek?!"
Rea : "Iya! Dia lagi proses jadi lebih baik dan yang mukulin aku ini gak seneng!"
Vina : "Jauhin itu cewek!"
Rea : "Gak bisa!"
Vina : "Jauhin gak !"
Rea : "Gak! Aku gak peduli, Vin.. Mau aku mati sekalipun aku rela asal dia bisa balik ke jalan yang bener.."
Vina : "Itu yang aku nggak mau.. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa.."
Rea : "...."
Vina : "Kalo kamu mati, siapa yang bisa hibur aku lagi.."
Rea : "Hidup mati udah jadi takdir.. Lagian belum tentu juga aku mati gara-gara itu orang, Vin.."
Vina : "Kamu tuh hobi banget tau nggak bikin aku khawatir.."
Rea : "Hehehehehehe.."
Vina : "Cengengesan lagi.. Aku mau nangis rasanya.."
Rea : "Nangis aja.. Gak ada yang liat.."

Vina menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Suara isak tangisnya pun keluar dan terdengar ditelingaku.
Jantungku langsung berdebar dengan hebatnya.
Membuat nafasku sesak dan sulit bicara.
Perasaan ini sama seperti waktu aku membuat sedih Vania dan Calista.
Perasaan yang lama terkubur, muncul kembali.
Tapi, justru perasaan ini datang untuk Vina.

Rea : "Vin.."
Vina : "Bodo.. Jangan ngomong sama gw.."
Rea : "Bukan gitu.."
Vina : "Sana lo mati aja mendingan!"
Rea : "Kok gitu ?"
Vina : "Lebih sayang sama cewek itu kan? Sana tolongin aja dia.."
Rea : "Aku cuma mau nolong kok.. Dia aku anggep kayak adekku sendiri yang harus aku jaga.."
Vina : "Terus, kamu anggep aku apa ?"
Rea : "...."
Vina : "Apa ?"
Rea : "Aku nggak tau, Vin.. Aku gak bisa ngomong disini.. Udah kamu nangis dulu aja.. Aku mau keluar.."

Aku keluar dari ruangan ini.
Aku menemui Della yang sedang duduk didepan warnet.

Rea : "Bingung gw.."
Della : "Kenapa ?"
Rea : "Vina.."
Della : "Kalo sayang ya bilang lah.."
Rea : "Antara sayang sama cuma sekedar suka aja sih.."

Tak lama kemudian, Vina keluar dari ruangan itu dan menghampiriku.
Dia menarik tanganku lalu masuk kedalam mobil.

Rea : "Aduh.. Kenapa sih!"
Vina : "Jalan."
Rea : "Kemana ?"
Vina : "Kemana kek.. Kata nya gak bisa ngomong didalem.. Ya udah kemana gitu.."
Rea : "Iya iya.."

Aku membawa mobil ini menuju tempat dimana aku biasa menenangkan pikiranku.
Tempat dimana banyak kenangan disana.
Tempat dimana angin dan ombak saling berderu.
40 menit perjalanan, dan sampailah kami ditempat itu.

Rea : "Ini tempat dimana gw biasa ngabisin waktu.."
Vina : "Kenapa ditempat ini ?"
Rea : "Banyak kenangan disini.."
Vina : "Tadi, kamu bilang kamu gak bisa ngomong disana.. Sekarang, kamu bisa ngomong disini ?"
Rea : "Entahlah.. Aku juga bingung sama perasaanku.."

Kami hanya duduk berdua dipinggiran laut.
Ditemani oleh ombak dan angin laut yang sejuk.
20 menit tidak ada obrolan sama sekali.
Sampai akhirnya, dia berbicara.

Vina : "Aku sayang kamu."
Rea : "Kan.. Mabok lagi.."
Vina : "Nggak.. Aku sadar kok.."
Rea : "Beneran ?"
Vina : "Aku lagi gak mabok atau setengah sadar.. Aku bener-bener lagi dalam keadaan sadar, Andrea.."
Rea : "Aku bingung.."
Vina : "...."
Rea : "Bingung sama perasaanku sama kamu, Vin.."
Vina : "Kenapa gitu ?"
Rea : "Gak tau.. Aku ngerasa aku gak mau kamu jauh.. Gak mau kamu hilang.. Gak mau kamu nangis.."
Vina : "...."
Rea : "Aku juga gak bisa milikin kamu.."
Vina : "...."
Rea : "Perasaan ini sama kayak dimasa laluku.. Aku gak bisa milikin seseorang tapi aku gak mau kehilangan dia.."

Vina merapatkan duduknya.
Dia merangkul tanganku dan bersandar dibahuku.

Rea : "Ditengah laut sana, apa yang kamu liat ?"
Vina : "Ombak, kapal, awan.."
Rea : "...."
Vina : "Emang ada apa disana ?"
Rea : "Pelangi.."
Vina : "Pelangi ?"
Rea : "Cuma aku yang bisa lihat.. Pelangi diatas laut.. Pelangi itu adalah warna dari orang-orang dimasa laluku yang mengisi kekosongan hatiku, Vin.. Dan laut adalah tempat dimana bisa aku dan mereka menghabiskan waktu.."
Vina : "Sekarang kita lagi habisin waktu disini, apa aku termasuk pelangi ?"
Rea : "...."

Hari semakin sore.
Matahari mulai menenggelamkan diri.
Langit berubah menjadi memerah dan burung-burung terbang kembali menuju kedarat.
Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutku waktu Vina menanyakan soal dirinya.
Lalu, dia menghadapkan wajahku dan kami saling bertatapan.

Vina : "Kamu sayang nggak sama aku ?"
JabLai cOY
JabLai cOY memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.