- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] Saat Senja Tiba
...
TS
gridseeker
[TAMAT] Saat Senja Tiba
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 333 suara
Siapa tokoh yang menurut agan paling layak dibenci / nyebelin ?
Wulan
20%
Shela
9%
Vino (TS)
71%
Diubah oleh gridseeker 04-07-2017 19:00
afrizal7209787 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
1.4M
5.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
gridseeker
#5085
Part 5
Jam menunjukkan pukul 11.05, dan kuliah sudah berjalan satu jam, tapi ane sejak tadi gelisah karena kepikiran Wulan terus, apalagi Putri yang sejak tadi ane BBM nggak bales-bales. Saat kuliah selesai sekitar jam 12 kurang, ane langsung aja cepet-cepet ngebel Putri.
*** tuuuut…. Tuuuttt… ***
“Halo Vin. “ jawab Putri.
“Eh halo Put. Kamu masih di klinik ? “ tanya ane.
“Nggak, aku barusan ngantar Wulan pulang. “ jawab Putri.
“Dia sakit apa Put ? “ tanya ane.
“Kata dokter sih cuma demam biasa karena kondisinya drop. Mungkin kecapekan atau stress. “ jawab Putri. Oh, cuma demam biasa, ane merasa agak lega.
“Tadi udah dikasih resep obat sama dokternya, dan kata dokter harus bedrest dua atau tiga hari. “ kata Putri lagi.
“Oh syukurlah kalau gitu. Makasih banyak ya Put. “ kata ane.
“Kalau bisa ntar kamu jenguk dia Vin sama ajak Shela juga. “ pinta Putri.
“Oke oke. “ jawab ane, lalu menutup panggilan HP.
Ane agak lega mendengar Wulan sekarang udah ada di rumah. Untung aja ada Putri yang selalu bisa diandalkan di saat genting seperti ini. Sambil berjalan menuju parkiran motor perasaan ane nggak karu-karuan. Sekali lagi ane melihat HP, udah hampir jam setengah dua belas, dan Shela minta dijemput jam tiga. Masih ada beberapa jam, mending ane sekarang ke rumahnya Wulan aja lah daripada nggak tenang.
Dari kampus ane langsung menggeber motor menuju rumah calon istri ane (sekarang udah bisa bilang gitu dong
). Dan jam dua belas ane sampai di sana, untungnya mobilnya Putri udah nggak ada soalnya kalo ane ketemu Citra pasti bakalan ribut lagi. Ane langsung mengetuk pintu dan dibukakan oleh camer ane alias ibunya Wulan, yang menyambut ane dengan senyum ramah seperti biasanya.
“Siang bu. “ sapa ane.
“Mas Vino. Wah silahkan masuk mas. “ kata ibunya Wulan dengan nada senang.
“Barusan aja Mbak Putri sama Mbak Citra pulang. “ sambung beliau yang bikin ane lega.
“Wulan kondisinya gimana bu ? “ tanya ane sambil berjalan masuk ruang tamu.
“Dia sekarang lagi ada di kamarnya mas. Mending kamu temui dia, pasti dia senang sekali. “ jawab beliau.
“Iya bu. “ kata ane.
“Oh ya sebentar mas. “ kata ibunya Wulan lalu masuk ke dalam, dan kemudian keluar sambil membawa semangkuk sup, segelas the hangat serta tas plastik berisi obat.
“Tolong sekalian kamu suruh Wulan makan ya, lalu minum obat ini. “ pinta beliau.
“Iya, baik bu. “ jawab ane sambil membawa semua yang diberikan ibunya Wulan ke kamarnya Wulan.
Sampai di atas ane langsung masuk kamarnya Wulan dan ane lihat dia lagi tiduran di springbednya. Melihat ane datang, senyumnya langsung mengembang.
“Hai. “ sapa ane tersenyum sambil menaruh semua bawaan ke meja.
“Aku tahu kamu bakal datang Vin. “ kata Wulan dengan lirih.
“Masa sih ? Mungkin kita ada ikatan batin kali ya. “ jawab ane sambil nyengir, dan Wulan ikut tersenyum.
“Gimana, masih sakit ? “ tanya ane sambil duduk di sebelah Wulan.
“Kepalaku pusing banget, dan semuanya serasa berputar-putar. “ jawab Wulan lirih.
Ane terdiam seraya menatap wajahnya Wulan. Ya ampun, wajahnya pucat banget, ane sampai nggak tega melihatnya.
“Kamu sama siapa kesini ? “ tanya Wulan.
“Sendiri lah. “ jawab ane.
“Kalau Shela tahu kamu kesini gimana ? Nanti kalian salah paham lagi. “ kata Wulan.
“Udahlah nggak usah dipikirin. Lagian aku kesini kan niatnya murni mau jenguk kamu. “ jawab ane.
“Sekarang kamu makan dulu ya, habis itu minum obat biar cepet sembuh. Oke ? “ kata ane lalu mengambil sup dari meja.
Ane lalu mulai menyuapi Wulan tapi baru dua sendok tiba-tiba dia minta berhenti.
“Aku mual Vin. Rasanya pengen muntah. “ kata Wulan sambil menutup mulutnya.
“Kunyah pelan-pelan Lan, jangan dimuntahin. “ jawab ane.
Tapi Wulan makin kenceng menutup mulutnya dengan kedua tangan, dan ane buru-buru menaruh mangkuk lalu meraih tas plastik yang berisi obat, menumpahkan semua isinya ke meja lalu memberikannya ke Wulan. Dan bener juga, Wulan langsung memuntahkan semua isi perutnya ke tas plastik tersebut.
Setelah muntahnya selesai, ane lalu meminta tas plastik yang berisi muntahan sembari memberikan secarik tisu ke Wulan. Sambil mengikat tas plastik dengan erat, ane menatap Wulan yang lagi mengelap bibirnya. Kasihan banget kamu Lan, keluh ane dalam hati.
“Minum dulu deh. Habis itu makan lagi ya. “ kata ane sembari menyodorkan segelas the hangat ke Wulan.
“Tapi kalo muntah lagi gimana ? “ tanya Wulan dengan lirih.
“Kunyahnya pelan-pelan. Bagaimanapun kamu harus makan biar cepet minum obat. Mau sembuh kan ? “ kata ane.
Wulan pun mengangguk, dan ane pun segera menyuapinya sesuap demi sesuap. Untungnya setelah beberapa suapan Wulan nggak menunjukkan gejala-gejala mau muntah. Tapi tetep aja ane menyiapkan sebuah tas plastik lagi buat jaga-jaga.
“Kenyang Vin. “ kata Wulan tiba-tiba.
“Lho tapi ini baru separuh. Habisin lah. “ kata ane.
“Kenyaaang. “ kata Wulan lagi sambil menggelengkan kepala dengan pelan. Ane pun mengalah, daripada dipaksa makan ntar Wulan malah muntah lagi.
“Sekarang minum obat ya. “ kata ane lalu mengambil obat yang berceceran di meja.
Sebelum meminumkannya ke Wulan, ane melihat dulu petunjuk di bungkus obat-obat tersebut dengan hati-hati soalnya ternyata ada yang diminum dua kali sehari dan ada yang tiga kali.
“Vin, ambilin HP ku dong. “ pinta Wulan sembari menunjuk HP-nya yang ada di atas meja, yang sejak tadi bunyi klang kling mulu.
“Nggak. “ jawab ane.
“Kamu sakit nggak boleh pegang-pegang HP. “ kata ane lagi seraya meraih HP-nya Wulan.
“Tapi kalo ada kabar penting gimana Vin ? “ protes Wulan.
“An kabar penting apa ? Sekarang kamu istirahat dan tidur, itu yang penting. Nih aku matiin HP-nya. “ kata ane seraya mematikan HP-nya Wulan.
Dan ane sempet lihat ada banyak notif di HP-nya entah WA, BBM, FB, Line… ah namanya juga cewek. Melihat “sumber gosip”-nya ane matiin, Wulan terlihat cemberut.
“Sekarang kamu tidur ya. Nggak usah mikir yang lain. “ kata ane sembari mengusap dahinya Wulan.
“Kamu jemput Shela jam berapa Vin ? “ tanya Wulan.
“Jam setengah tiga. “ jawab ane.
“Temani aku dulu ya ? Kamu mau kan ? “ pinta Wulan dengan lirih.
“Iya. “ jawab ane tersenyum. Ane lihat jam masih menunjukkan pukul 13.35, masih ada waktu sejam.
Nggak sampai seperempat jam Wulan udah terlelap, mungkin efek dari obat yang barusan diminumnya. Tiba-tiba ibunya Wulan masuk sambil membawa semangkuk sup hangat dan segelas teh hangat.
“Mas Vino, kamu udah makan ? “ tanya beliau.
“Belum bu. “ jawab ane.
“Makan dulu, nih ibu bawakan sup. “ kata ibunya Wulan sambil menaruh sup di meja.
“Iya, makasih bu. “ jawab ane.
“Wulan tidur ? “ tanya beliau lagi.
“Iya, tadi habis minum obat. “ jawab ane.
“Makannya cuma habis separuh bu, soalnya dia tadi muntah. Takutnya kalo saya paksa malah muntah lagi. “ jawab ane sambil menunjuk kresek bekas muntahan Wulan.
“Nggak papa mas. Yang penting dia mau makan. “ jawab camer ane.
“Ya udah saya kebawah dulu. Silahkan dimakan mas. “ kata beliau sambil membawa mangkuk kotor dan kresek tersebut.
“Baik bu. Makasih. “ jawab ane sambil meraih semangkuk sup di meja. Kebetulan juga perut ane sejak tadi emang minta diisi.
Setelah menghabiskan hidangan dari sang camer ane lalu memutuskan pamit, soalnya jam udah menunjukkan pukul setengah tiga kurang. Apalagi ane lihat Wulan udah tertidur pulas, sehingga ane rada tenang ninggalin dia.
Karena udah mepet waktunya, ane langsung menggeber motor menuju kosan tuan putri dan saat sampai sana untunglah masih jam tiga kurang lima. Saat sampai di kamarnya Shela, ane lihat bebeb ane itu lagi tiduran sambil mainin HP. Dan dia masih pakai kaos oblong tipis dan hotpants yang menjadi pakaiannya sehari-hari.
“Kok kamu belum siap ? “ tanya ane sembari masuk ke kamar.
“Iya bentar. “ jawab Shela cuek.
“Eh say, Mbak Wulan sejak tadi aku BBM kok nggak dibales-bales ya ? Sekarang malah HP-nya nggak aktif. “ tanya Shela.
“Nah itu yang sebetulnya mau aku omongin ke kamu say. “ jawab ane.
“Lho emang Mbak Wulan kenapa ? “ tanya Shela penasaran.
“Wulan sakit demam tinggi. Tadi aku habis dari rumahnya jenguk dia. “ jawab ane.
“Terus kondisinya gimana say ?! “ tanya Shela dengan nada kuatir.
“Dia panas banget dan sempet muntah-muntah juga. Untungnya dia mau makan dikit sama minum obat. Dan pas aku tinggal dia lagi tidur pules. “ jawab ane. Shela cuma terdiam mendengar kata-kata ane barusan.
“Say kamu nggak marah kan aku tadi ke rumahnya Wulan ? Sumpah, aku nggak ngapa-ngapain, cuma jenguk aja kok. Lagian tadi Putri sama Citra udah kesana juga jadi… “
“Kok kamu nggak ngajak aku sih ?! “ tanya Shela dengan nada marah. Waduh.. ?
“Kan kamu tadi siang masih kuliah say. “ jawab ane gelagapan.
“Ya udah, ntar habis dari sasana anter aku ke rumahnya Mbak Wulan ya ? “ pinta Shela.
“Iya beres. “ jawab ane.
Shela lalu beranjak berdiri dan membuka lemari pakaiannya. Ane nggak menyia-nyiakan kesempatan ini lalu memeluknya pinggangnya dari belakang.
“Aduh say, kamu apa-apaan sih ? “ kata Shela sambil berusaha melepaskan pelukan ane.
“Kamu nggak marah kan tadi aku ke rumahnya Wulan ? “ tanya ane sambil mendekatkan wajah ane ke lehernya Shela.
“Ya nggak lah. Kenapa juga aku harus marah. “ jawab Shela.
“Kamu nggak cemburu kan ? “ tanya ane.
“Sapa yang cemburu ? Asal kamu tau ya, aku sekarang jauh lebih percaya sama Mbak Wulan dibanding kamu. “ jawab Shela sambil asyik memilih baju.
“Kok gitu sih ? Kamu masih nggak percaya sama aku ? “ tanya ane tapi Shela cuma diem aja.
“Ibaratnya ya, kalo aku ini seorang raja, kamu ini udah aku pilih jadi calon permaisuri. Gitu say. “ kata ane lagi.
“Oh ya ? Terus gimana misalnya ada banyak cewek yang lebih cantik dari aku berebut jadi permaisuri kamu ? “ tanya Shela.
“Ya akan aku tampung di istana keputren aku jadiin selir. “ jawab ane nyengir.
“Tuh kan ?! “ teriak Shela dengan nada marah lalu mendorong tubuh ane. Lhaa udah ane duga tuan putri pasti bakalan marah.
“Yee aku kan bercanda say. “ jawab ane ketawa.
“Bercandamu selalu bikin emosi tauk ?! Dasar mesum !! “ kata Shela sewot sambil berjalan keluar sambil membawa baju ganti.
“Kamu mau kemana say ? “ tanya ane.
“Mandi !! “ teriak Shela dari luar kamar.
Untung aja sang tuan putri ngambeknya nggak lama dan kemudian kami segera berangkat menuju sasana. Dan seperti biasa Shela minta dijemput jam tujuh karena dia ada sesi latihan sendiri. Ane pun pulang ke rumah dan beristirahat sebentar karena badan ane sangat capek seharian belum pulang. Setelah merebahkan diri di springbed (tempat dimana ane semalam maen sama bebeb ane
) nggak lama kemudian ane pun terlelap.
Jam tujuh kurang seperempat, ane udah tiba lagi di sasana. Tentu saja dengan kondisi sudah mandi dan pake baju yang bersih soalnya ane mau berkunjung lagi ke rumah calon istri eh.. Wulan. Tapi saat di parkiran.. lho kok ada mobil Toyota Vios silver terparkir di halaman sasana ? Punya siapa nih ? Perasaan selama ini ane nggak pernah liat mobil kayak gini di sini ?
Karena penasaran ane langsung masuk ke dalam sasana dan ane lihat di dalam aula Shela lagi ngobrol dengan dua orang cewek. Salah satu cewek itu adalah Mita, salah seorang murid senior dan yang satunya lagi…. WULAN ?! Lho kok Wulan ada disini ?! Tapi nggak ding, dia bukan Wulan, cuma rambutnya aja sama-sama model bob haircut. Ya kalau sekilas emang mirip sama Wulan, kalo cantiknya sih…
“Ehhh si ganteng datang.. !! “ teriak Mita saat melihat ane datang menghampiri mereka. Ah elah…
“Lho jam berapa sih kok kamu udah datang ? “ tanya Shela lalu melihat jam dinding.
“Udah hampir jam tujuh say. Tuh. “ jawab ane sambil menunjuk jam dinding aula.
“Tuh, bener kan Mbak Vi, pacarnya Mbak Shela ganteng banget. “ kata Mita ke cewek yang mirip Wulan tersebut.
“Oh ya Vin, kenalin ini Mbak Viona, kakak kelasku pas SMA dulu. “ kata Shela. Ohhh ? Ternyata temen SMA-nya Shela, batin ane.
“Alvino. “ kata ane sembari mengulurkan tangan.
“Viona. “ kata cewek tersebut tersenyum ramah sembari menjabat tangan ane.
Nggak sih, Viona ini nggak mirip Wulan, cuma model rambutnya aja yang sama persis. Dan kalo dari wajah, emang cantik sih, cuma kalo dibanding sama Wulan kalah beberapa tingkat. Selama ini belum ada cewek yang bisa menyaingi kecantikan calon istri ane itu..eh.. Wulan maksudnya
Kalo dilihat dandanannya yang seperti anak tajir, kayaknya mobil silver yang diparkir di depan emang punya si Viona.
“Gimana mbak, sama Mas Rendy keren mana ? Sama-sama suka basket lho. “ kata Mita lagi ke Viona, yang cuma tersenyum simpul.
“Mit !! Apa-apaan sih kamu ini ?! Nggak bisa liat cowok sebentar aja. “ kata Shela ke Mita dengan ketus. Sedang Mita cuma ketawa.
“Ayo udah hampir jam tujuh lho. Jadi Kumite kan ? “ tanya Shela lagi.
“Oh jadi dong !! “ jawab Mita dengan semangat.
“Bentar ya Vin, aku mau satu ronde terakhir sama Mita. “ kata Shela ke ane sambil mengambil punch glove warna merah.
“Iya iya say. “ jawab ane. Oh berarti Mita mau bertanding sparring sama Mita, wah kayaknya menarik nih. Monster cewek lawan monster cewek.
“Hey ganteng !! Liat aja, kali ini aku akan bikin pacar kamu ini terkapar di matras. “ kata Mita tersenyum pede sambil mengenakan punch glove yang berwarna biru.
“Ngimpi kamu !! “ jawab Shela ketus sembari mengacungkan tangannya ke Mita.
Kedua cewek jagoan tersebut lalu berjalan ke tengah matras. Sedangkan Viona sejak tadi cuma diem aja sambil bersedekap senbari melihat kedua temennya bersiap tanding. Setelah melakukan ojigi, keduanya lalu pasang kuda-kuda. Dan nggak seperti tadi, kali ini raut muka Mita yang tadinya ceria mendadak serius, kalau nggak mau disebut sangar dan dia menatap tajam ke arah Shela. Setahu ane Mita itu sabuk biru, nggak mungkin bisa mengalahkan Shela yang sabuk hitam.
Tapi nggak tahu juga karena di dalam dunia beladiri, kemampuan seseorang tidak bisa mutlak ditentukan dari warna sabuk, seperti Shela yang masih DAN 1 bisa mengimbangi Erik yang udah DAN 4.
*** tuuuut…. Tuuuttt… ***
“Halo Vin. “ jawab Putri.
“Eh halo Put. Kamu masih di klinik ? “ tanya ane.
“Nggak, aku barusan ngantar Wulan pulang. “ jawab Putri.
“Dia sakit apa Put ? “ tanya ane.
“Kata dokter sih cuma demam biasa karena kondisinya drop. Mungkin kecapekan atau stress. “ jawab Putri. Oh, cuma demam biasa, ane merasa agak lega.
“Tadi udah dikasih resep obat sama dokternya, dan kata dokter harus bedrest dua atau tiga hari. “ kata Putri lagi.
“Oh syukurlah kalau gitu. Makasih banyak ya Put. “ kata ane.
“Kalau bisa ntar kamu jenguk dia Vin sama ajak Shela juga. “ pinta Putri.
“Oke oke. “ jawab ane, lalu menutup panggilan HP.
Ane agak lega mendengar Wulan sekarang udah ada di rumah. Untung aja ada Putri yang selalu bisa diandalkan di saat genting seperti ini. Sambil berjalan menuju parkiran motor perasaan ane nggak karu-karuan. Sekali lagi ane melihat HP, udah hampir jam setengah dua belas, dan Shela minta dijemput jam tiga. Masih ada beberapa jam, mending ane sekarang ke rumahnya Wulan aja lah daripada nggak tenang.
Dari kampus ane langsung menggeber motor menuju rumah calon istri ane (sekarang udah bisa bilang gitu dong
). Dan jam dua belas ane sampai di sana, untungnya mobilnya Putri udah nggak ada soalnya kalo ane ketemu Citra pasti bakalan ribut lagi. Ane langsung mengetuk pintu dan dibukakan oleh camer ane alias ibunya Wulan, yang menyambut ane dengan senyum ramah seperti biasanya.“Siang bu. “ sapa ane.
“Mas Vino. Wah silahkan masuk mas. “ kata ibunya Wulan dengan nada senang.
“Barusan aja Mbak Putri sama Mbak Citra pulang. “ sambung beliau yang bikin ane lega.
“Wulan kondisinya gimana bu ? “ tanya ane sambil berjalan masuk ruang tamu.
“Dia sekarang lagi ada di kamarnya mas. Mending kamu temui dia, pasti dia senang sekali. “ jawab beliau.
“Iya bu. “ kata ane.
“Oh ya sebentar mas. “ kata ibunya Wulan lalu masuk ke dalam, dan kemudian keluar sambil membawa semangkuk sup, segelas the hangat serta tas plastik berisi obat.
“Tolong sekalian kamu suruh Wulan makan ya, lalu minum obat ini. “ pinta beliau.
“Iya, baik bu. “ jawab ane sambil membawa semua yang diberikan ibunya Wulan ke kamarnya Wulan.
Sampai di atas ane langsung masuk kamarnya Wulan dan ane lihat dia lagi tiduran di springbednya. Melihat ane datang, senyumnya langsung mengembang.
“Hai. “ sapa ane tersenyum sambil menaruh semua bawaan ke meja.
“Aku tahu kamu bakal datang Vin. “ kata Wulan dengan lirih.
“Masa sih ? Mungkin kita ada ikatan batin kali ya. “ jawab ane sambil nyengir, dan Wulan ikut tersenyum.
“Gimana, masih sakit ? “ tanya ane sambil duduk di sebelah Wulan.
“Kepalaku pusing banget, dan semuanya serasa berputar-putar. “ jawab Wulan lirih.
Ane terdiam seraya menatap wajahnya Wulan. Ya ampun, wajahnya pucat banget, ane sampai nggak tega melihatnya.
“Kamu sama siapa kesini ? “ tanya Wulan.
“Sendiri lah. “ jawab ane.
“Kalau Shela tahu kamu kesini gimana ? Nanti kalian salah paham lagi. “ kata Wulan.
“Udahlah nggak usah dipikirin. Lagian aku kesini kan niatnya murni mau jenguk kamu. “ jawab ane.
“Sekarang kamu makan dulu ya, habis itu minum obat biar cepet sembuh. Oke ? “ kata ane lalu mengambil sup dari meja.
Ane lalu mulai menyuapi Wulan tapi baru dua sendok tiba-tiba dia minta berhenti.
“Aku mual Vin. Rasanya pengen muntah. “ kata Wulan sambil menutup mulutnya.
“Kunyah pelan-pelan Lan, jangan dimuntahin. “ jawab ane.
Tapi Wulan makin kenceng menutup mulutnya dengan kedua tangan, dan ane buru-buru menaruh mangkuk lalu meraih tas plastik yang berisi obat, menumpahkan semua isinya ke meja lalu memberikannya ke Wulan. Dan bener juga, Wulan langsung memuntahkan semua isi perutnya ke tas plastik tersebut.
Setelah muntahnya selesai, ane lalu meminta tas plastik yang berisi muntahan sembari memberikan secarik tisu ke Wulan. Sambil mengikat tas plastik dengan erat, ane menatap Wulan yang lagi mengelap bibirnya. Kasihan banget kamu Lan, keluh ane dalam hati.
“Minum dulu deh. Habis itu makan lagi ya. “ kata ane sembari menyodorkan segelas the hangat ke Wulan.
“Tapi kalo muntah lagi gimana ? “ tanya Wulan dengan lirih.
“Kunyahnya pelan-pelan. Bagaimanapun kamu harus makan biar cepet minum obat. Mau sembuh kan ? “ kata ane.
Wulan pun mengangguk, dan ane pun segera menyuapinya sesuap demi sesuap. Untungnya setelah beberapa suapan Wulan nggak menunjukkan gejala-gejala mau muntah. Tapi tetep aja ane menyiapkan sebuah tas plastik lagi buat jaga-jaga.
“Kenyang Vin. “ kata Wulan tiba-tiba.
“Lho tapi ini baru separuh. Habisin lah. “ kata ane.
“Kenyaaang. “ kata Wulan lagi sambil menggelengkan kepala dengan pelan. Ane pun mengalah, daripada dipaksa makan ntar Wulan malah muntah lagi.
“Sekarang minum obat ya. “ kata ane lalu mengambil obat yang berceceran di meja.
Sebelum meminumkannya ke Wulan, ane melihat dulu petunjuk di bungkus obat-obat tersebut dengan hati-hati soalnya ternyata ada yang diminum dua kali sehari dan ada yang tiga kali.
“Vin, ambilin HP ku dong. “ pinta Wulan sembari menunjuk HP-nya yang ada di atas meja, yang sejak tadi bunyi klang kling mulu.
“Nggak. “ jawab ane.
“Kamu sakit nggak boleh pegang-pegang HP. “ kata ane lagi seraya meraih HP-nya Wulan.
“Tapi kalo ada kabar penting gimana Vin ? “ protes Wulan.
“An kabar penting apa ? Sekarang kamu istirahat dan tidur, itu yang penting. Nih aku matiin HP-nya. “ kata ane seraya mematikan HP-nya Wulan.
Dan ane sempet lihat ada banyak notif di HP-nya entah WA, BBM, FB, Line… ah namanya juga cewek. Melihat “sumber gosip”-nya ane matiin, Wulan terlihat cemberut.
“Sekarang kamu tidur ya. Nggak usah mikir yang lain. “ kata ane sembari mengusap dahinya Wulan.
“Kamu jemput Shela jam berapa Vin ? “ tanya Wulan.
“Jam setengah tiga. “ jawab ane.
“Temani aku dulu ya ? Kamu mau kan ? “ pinta Wulan dengan lirih.
“Iya. “ jawab ane tersenyum. Ane lihat jam masih menunjukkan pukul 13.35, masih ada waktu sejam.
Nggak sampai seperempat jam Wulan udah terlelap, mungkin efek dari obat yang barusan diminumnya. Tiba-tiba ibunya Wulan masuk sambil membawa semangkuk sup hangat dan segelas teh hangat.
“Mas Vino, kamu udah makan ? “ tanya beliau.
“Belum bu. “ jawab ane.
“Makan dulu, nih ibu bawakan sup. “ kata ibunya Wulan sambil menaruh sup di meja.
“Iya, makasih bu. “ jawab ane.
“Wulan tidur ? “ tanya beliau lagi.
“Iya, tadi habis minum obat. “ jawab ane.
“Makannya cuma habis separuh bu, soalnya dia tadi muntah. Takutnya kalo saya paksa malah muntah lagi. “ jawab ane sambil menunjuk kresek bekas muntahan Wulan.
“Nggak papa mas. Yang penting dia mau makan. “ jawab camer ane.
“Ya udah saya kebawah dulu. Silahkan dimakan mas. “ kata beliau sambil membawa mangkuk kotor dan kresek tersebut.
“Baik bu. Makasih. “ jawab ane sambil meraih semangkuk sup di meja. Kebetulan juga perut ane sejak tadi emang minta diisi.
Setelah menghabiskan hidangan dari sang camer ane lalu memutuskan pamit, soalnya jam udah menunjukkan pukul setengah tiga kurang. Apalagi ane lihat Wulan udah tertidur pulas, sehingga ane rada tenang ninggalin dia.
Karena udah mepet waktunya, ane langsung menggeber motor menuju kosan tuan putri dan saat sampai sana untunglah masih jam tiga kurang lima. Saat sampai di kamarnya Shela, ane lihat bebeb ane itu lagi tiduran sambil mainin HP. Dan dia masih pakai kaos oblong tipis dan hotpants yang menjadi pakaiannya sehari-hari.
“Kok kamu belum siap ? “ tanya ane sembari masuk ke kamar.
“Iya bentar. “ jawab Shela cuek.
“Eh say, Mbak Wulan sejak tadi aku BBM kok nggak dibales-bales ya ? Sekarang malah HP-nya nggak aktif. “ tanya Shela.
“Nah itu yang sebetulnya mau aku omongin ke kamu say. “ jawab ane.
“Lho emang Mbak Wulan kenapa ? “ tanya Shela penasaran.
“Wulan sakit demam tinggi. Tadi aku habis dari rumahnya jenguk dia. “ jawab ane.
“Terus kondisinya gimana say ?! “ tanya Shela dengan nada kuatir.
“Dia panas banget dan sempet muntah-muntah juga. Untungnya dia mau makan dikit sama minum obat. Dan pas aku tinggal dia lagi tidur pules. “ jawab ane. Shela cuma terdiam mendengar kata-kata ane barusan.
“Say kamu nggak marah kan aku tadi ke rumahnya Wulan ? Sumpah, aku nggak ngapa-ngapain, cuma jenguk aja kok. Lagian tadi Putri sama Citra udah kesana juga jadi… “
“Kok kamu nggak ngajak aku sih ?! “ tanya Shela dengan nada marah. Waduh.. ?
“Kan kamu tadi siang masih kuliah say. “ jawab ane gelagapan.
“Ya udah, ntar habis dari sasana anter aku ke rumahnya Mbak Wulan ya ? “ pinta Shela.
“Iya beres. “ jawab ane.
Shela lalu beranjak berdiri dan membuka lemari pakaiannya. Ane nggak menyia-nyiakan kesempatan ini lalu memeluknya pinggangnya dari belakang.
“Aduh say, kamu apa-apaan sih ? “ kata Shela sambil berusaha melepaskan pelukan ane.
“Kamu nggak marah kan tadi aku ke rumahnya Wulan ? “ tanya ane sambil mendekatkan wajah ane ke lehernya Shela.
“Ya nggak lah. Kenapa juga aku harus marah. “ jawab Shela.
“Kamu nggak cemburu kan ? “ tanya ane.
“Sapa yang cemburu ? Asal kamu tau ya, aku sekarang jauh lebih percaya sama Mbak Wulan dibanding kamu. “ jawab Shela sambil asyik memilih baju.
“Kok gitu sih ? Kamu masih nggak percaya sama aku ? “ tanya ane tapi Shela cuma diem aja.
“Ibaratnya ya, kalo aku ini seorang raja, kamu ini udah aku pilih jadi calon permaisuri. Gitu say. “ kata ane lagi.
“Oh ya ? Terus gimana misalnya ada banyak cewek yang lebih cantik dari aku berebut jadi permaisuri kamu ? “ tanya Shela.
“Ya akan aku tampung di istana keputren aku jadiin selir. “ jawab ane nyengir.
“Tuh kan ?! “ teriak Shela dengan nada marah lalu mendorong tubuh ane. Lhaa udah ane duga tuan putri pasti bakalan marah.
“Yee aku kan bercanda say. “ jawab ane ketawa.
“Bercandamu selalu bikin emosi tauk ?! Dasar mesum !! “ kata Shela sewot sambil berjalan keluar sambil membawa baju ganti.
“Kamu mau kemana say ? “ tanya ane.
“Mandi !! “ teriak Shela dari luar kamar.
Untung aja sang tuan putri ngambeknya nggak lama dan kemudian kami segera berangkat menuju sasana. Dan seperti biasa Shela minta dijemput jam tujuh karena dia ada sesi latihan sendiri. Ane pun pulang ke rumah dan beristirahat sebentar karena badan ane sangat capek seharian belum pulang. Setelah merebahkan diri di springbed (tempat dimana ane semalam maen sama bebeb ane
) nggak lama kemudian ane pun terlelap.Jam tujuh kurang seperempat, ane udah tiba lagi di sasana. Tentu saja dengan kondisi sudah mandi dan pake baju yang bersih soalnya ane mau berkunjung lagi ke rumah calon istri eh.. Wulan. Tapi saat di parkiran.. lho kok ada mobil Toyota Vios silver terparkir di halaman sasana ? Punya siapa nih ? Perasaan selama ini ane nggak pernah liat mobil kayak gini di sini ?
Karena penasaran ane langsung masuk ke dalam sasana dan ane lihat di dalam aula Shela lagi ngobrol dengan dua orang cewek. Salah satu cewek itu adalah Mita, salah seorang murid senior dan yang satunya lagi…. WULAN ?! Lho kok Wulan ada disini ?! Tapi nggak ding, dia bukan Wulan, cuma rambutnya aja sama-sama model bob haircut. Ya kalau sekilas emang mirip sama Wulan, kalo cantiknya sih…
“Ehhh si ganteng datang.. !! “ teriak Mita saat melihat ane datang menghampiri mereka. Ah elah…
“Lho jam berapa sih kok kamu udah datang ? “ tanya Shela lalu melihat jam dinding.
“Udah hampir jam tujuh say. Tuh. “ jawab ane sambil menunjuk jam dinding aula.
“Tuh, bener kan Mbak Vi, pacarnya Mbak Shela ganteng banget. “ kata Mita ke cewek yang mirip Wulan tersebut.
“Oh ya Vin, kenalin ini Mbak Viona, kakak kelasku pas SMA dulu. “ kata Shela. Ohhh ? Ternyata temen SMA-nya Shela, batin ane.
“Alvino. “ kata ane sembari mengulurkan tangan.
“Viona. “ kata cewek tersebut tersenyum ramah sembari menjabat tangan ane.
Nggak sih, Viona ini nggak mirip Wulan, cuma model rambutnya aja yang sama persis. Dan kalo dari wajah, emang cantik sih, cuma kalo dibanding sama Wulan kalah beberapa tingkat. Selama ini belum ada cewek yang bisa menyaingi kecantikan calon istri ane itu..eh.. Wulan maksudnya
Kalo dilihat dandanannya yang seperti anak tajir, kayaknya mobil silver yang diparkir di depan emang punya si Viona.“Gimana mbak, sama Mas Rendy keren mana ? Sama-sama suka basket lho. “ kata Mita lagi ke Viona, yang cuma tersenyum simpul.
“Mit !! Apa-apaan sih kamu ini ?! Nggak bisa liat cowok sebentar aja. “ kata Shela ke Mita dengan ketus. Sedang Mita cuma ketawa.
“Ayo udah hampir jam tujuh lho. Jadi Kumite kan ? “ tanya Shela lagi.
“Oh jadi dong !! “ jawab Mita dengan semangat.
“Bentar ya Vin, aku mau satu ronde terakhir sama Mita. “ kata Shela ke ane sambil mengambil punch glove warna merah.
“Iya iya say. “ jawab ane. Oh berarti Mita mau bertanding sparring sama Mita, wah kayaknya menarik nih. Monster cewek lawan monster cewek.
“Hey ganteng !! Liat aja, kali ini aku akan bikin pacar kamu ini terkapar di matras. “ kata Mita tersenyum pede sambil mengenakan punch glove yang berwarna biru.
“Ngimpi kamu !! “ jawab Shela ketus sembari mengacungkan tangannya ke Mita.
Kedua cewek jagoan tersebut lalu berjalan ke tengah matras. Sedangkan Viona sejak tadi cuma diem aja sambil bersedekap senbari melihat kedua temennya bersiap tanding. Setelah melakukan ojigi, keduanya lalu pasang kuda-kuda. Dan nggak seperti tadi, kali ini raut muka Mita yang tadinya ceria mendadak serius, kalau nggak mau disebut sangar dan dia menatap tajam ke arah Shela. Setahu ane Mita itu sabuk biru, nggak mungkin bisa mengalahkan Shela yang sabuk hitam.
Tapi nggak tahu juga karena di dalam dunia beladiri, kemampuan seseorang tidak bisa mutlak ditentukan dari warna sabuk, seperti Shela yang masih DAN 1 bisa mengimbangi Erik yang udah DAN 4.
jenggalasunyi dan 4 lainnya memberi reputasi
5
![[TAMAT] Saat Senja Tiba](https://s.kaskus.id/images/2017/05/28/9056684_20170528125804.jpg)
Setelah sekian lama jadi SR di forum SFTH ane memberanikan menyusun cerita ini. Sebenarnya cerita ini sudah lama ane pendam bertahun-tahun, meski begitu cerita ini sempat ane posting disini pake ID lain tapi dalam format plesetan komedi karena ane nggak PD kalau membikin versi real/sesungguhnya.
Pokoknya just enjoy the story hehe biar sama-sama enak
Dan karena ane masih nubi disini mohon maaf jika terjadi banyak kesalahan ya gan