Kaskus

Story

bunbun.orenzAvatar border
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):


And I know
There's nothing I can say
To change that part

But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak

I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead



- Famous Last Words by MCR -


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha


Quote:


Spoiler for Special Thanks:


***



Spoiler for From Me:


Versi PDF Thread Sebelumnya:

MyPI PDF

Credit thanks to Agan njum26



[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)

Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini


Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
drakenssAvatar border
snf0989Avatar border
ugalugalihAvatar border
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
glitch.7
#4869
a new chapter
PART 76




Spoiler for Warning:


Quote:


February 2009

Gua keluar dari pesawat dan berjalan bersama penumpang lainnya di lantai dua terminal satu bandara menuju ke loket karantina dan memberikan selembar kuisioner yang telah Gua isi sebelumnya ke loket itu, lalu Gua menuju loket imigrasi, menunjukkan paspor untuk menjalani pemeriksaan imigrasi. Selesai urusan di sini, Gua kembali berjalan, ke lobi kedatangan di lantai satu. Disini Gua berdiri dan melihat papan informasi, memeriksa nama penerbangan juga nomor penerbangan sebelum melanjutkan klaim bagasi. Selesai cek nomor bagasi dan mengambil koper milik Gua, lalu Gua berjalan sambil merubah waktu pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri. Sekarang pemeriksaan terakhir oleh tim customs bandara ini, mereka memeriksa semua barang bawaan para penumpang.

Kemudian Gua turun ke lantai basement untuk menuju stasiun setelah keluar dari lobi bandara di lantai satu sebelumnya, di sinilah untuk kedua kalinya Gua bertemu lagi dengan seorang wanita nippon. Dia menyambut Gua dengan sebuah kertas yang ia rentangkan keatas dan bertuliskan nama Gua.

"Hai Kimiko..", sapa Gua setelah berada di hadapannya.

"Agatha-san ?", ucapnya dengan aksen jepangnya yang kental.

Gua mengangguk sambil tersenyum, lalu Kimiko menundukan kepala sambil membungkukkan tubuhnya sedikit, Gua pun melakukan hal yang sama, barulah kami berjabat tangan.

"Ohayou gozaimasu, Agatha-san", ucap teman Kimiko yang berada di sebelahnya seraya membungkukkan tubuhnya.

Gua melirik kepada Kimiko. "Ah, he said, good morning..", Kimiko menjelaskan kepada Gua.

"Oh ya.. Ohayou gozaimasu", Gua pun membalas ucapan temannya itu.

"He is Aoki-san", lanjut Kimiko sambil melirik kepada teman lelakinya itu.

"Hajimemashite, Aoki desu", kali ini teman lelaki Kimiko mengulurkan tangannya.

"My name is Agatha, nice to meet you Aoki..", balas Gua seraya menyambut jabatan tangannya.

Setelah perkenalan singkat itu, Kimiko langsung mengajak Gua naik kereta, Gua berjalan di sisi kanan sepupu Gua ini, lalu berbisik kepadanya. "He's your boyfriend ?".

Kimiko menengok kepada Gua lalu tersenyum malu dan mengangguk pelan.

Selesai menukarkan JR pass, Gua kembali mengikuti Kimiko dan Aoki masuk kedalam kereta Narita Express untuk menuju stasiun Tokyo dan meninggalkan bandara internasional Narita ini. Kurang dari satu jam, kami bertiga sampai di stasiun Tokyo dan langsung pindah ke kereta shinkansen Hayabusa menuju stasiun Shin-Aomori, perjalanan yang sangat melelahkan untuk Gua setelah sebelumnya berada di udara selama kurang lebih delapan jam tanpa transit dari Jakarta ke Jepang. Sampai di stasiun Shin-Aomori kami bertiga melanjutkan perjalanan lagi ke stasiun terakhir, stasiun Hakodate. Gua harus menempuh perjalanan darat selama kurang-lebih delapan jam juga. Total Gua sudah berpergian selama enam belas jam lamanya hingga sampai di pulau paling utara negara matahari terbit ini.

Hakodate merupakan kota terbesar ketiga di prefektur Hokkaido, setelah Sapporo dan Asahikawa. Hakodate terletak di ujung selatan dan menjadi pintu masuk pulau Hokkaido. Disinilah seorang wanita yang bernama Katsumi Hikari lahir, seorang ibu yang melahirkan anak lelaki bernama Agathadera dua puluh tahun lalu di Bandung, Jawa Barat. Nyonya Hikari adalah keturunan asli suku Ainu, penduduk asli pulau Hokkaido.

Kesan pertama ketika Gua menginjakkan kaki di kota Hakodate adalah suasana kota ini terasa berbeda, disini bangunan arsitektur bergaya eropa cukup kental, salah satunya adalah bangunan gereja ortodoks.

Dari sinilah lembaran kertas baru dalam perjalanan hidup Gua akan di mulai, pena yang akan mengeluarkan tinta hitam di atas kertas kehidupan seorang lelaki berusia dua puluh tahun ini mulai menari dan menuliskan setiap langkah dan kisah hidupnya yang baru. Dan saat itu, Gua menyadari bahwa Gua masih berdiri terdiam di jalan gelap yang kini mulai menampakkan cahaya baru. Tapi sayang sekali cahaya itu adalah cahaya semu, bukan lagi cahaya yang menerangi Gua seperti dua cahaya sebelumnya.

...

Keesokan harinya Gua terbangun dengan tubuh menggigil, ternyata Gua terkena flu. Kimiko membuatkan Gua minuman hangat dan memberikannya kepada Gua, rasanya sama seperti teh hijau, tapi ada rasa manis walaupun entah rasa manis itu dari tanaman apa, karena Gua tau dia tidak menambahkan gula. Gua pergi ke kamar mandi, dan untuk pertama kalinya berendam di sebuah bak kayu berukuran besar, air hangat yang langsung menyapa kulit tubuh Gua memberikan sensasi berbeda, rasanya segala rasa lelah dan letih karena perjalanan kemarin langsung hilang oleh basuhan air hangat ini. Selesai mandi dan mengenakan pakaian, Gua langsung mengenakan jaket yang benar-benar tebal. Karena sekarang adalah musim dingin, dan salju di luar rumah sudah turun semenjak kedatangan Gua kemarin.

Gua duduk di ruang tamu, duduk di atas lantai yang tertutup jerami. Sebuah meja persegi yang berkaki pendek berada di hadapan Gua. Kimiko duduk tepat di samping kanan Gua, kedua orangtuanya, Paman dan Bibi Gua duduk di hadapan kami berdua. Kami sarapan pagi dengan menu seafood. Ikan salmon yang direbus setengah matang menjadi pilihan Gua, karena Gua yakin tidak kuat perut ini jika langsung memakan daging salmon mentah-mentah seperti saudara Gua itu.

"So, Agatha-kun.. How long you will stay in Japan ?", tanya Paman Gua disela-sela menyantap makanan.

"Mmm..", Gua menelan makanan lalu menaruh mangkuk kecil di atas meja serta sumpitnya. "I don't know how long i want to live here, but.. I guess two months.. Maybe..", jawab Gua sambil menatap Paman Gua itu.

"Why you not live in here ? You can stay with us, you are my cousin, we are family Agatha-san..", timpal Kimiko kali ini sambil mengambil sayuran kering dari atas piring dan menaruhnya ke mangkuk makan miliknya.

"Right, what Kimiko said is true, we are family, stay in here as long as you like ..", lanjut Paman Gua sambil tersenyum.

"Agatha-kun, anata wa hazukashigariyadearu hitsuyō wa arimasen", kali ini Bibi yang berbicara seraya mengibaskan tangannya pelan sambil tersenyum kepada Gua.

Kimiko tersenyum dan melirik kepada Gua. "She said, don't be shy..", ucap Kimiko menjelaskan.

Gua tersenyum kepada Bibi yang duduk dihadapan Kimiko sambil mengangguk. "Arigatōgozaimashita", jawab Gua.

"We will going to Sapporo today, you can see a festival in Odori Park... It's a beautiful place", Paman Gua mengambil satu potong sayuran dan menaruhnya ke mangkuk Gua. "Agatha-kun, you must have extra energy, coz' we will around the 'great place'in Hokkaido", tandasnya penuh penekanan seraya menyeringai.


***


Malam hari yang sangat dingin terasa menusuk hingga ke tulang Gua, ditambah musim salju di Hokkaido sepertinya berbeda dengan kota lain, di sini rasanya musim salju seperti lebih lama. Topi yang Gua balut lagi dengan hoodie, jaket tebal, sarung tangan, celana jeans, dan sepatu boots seperti tidak ada artinya. Terlalu dingin bagi Gua untuk menyesuaikan diri di sini.

Tapi sepertinya, berbeda dengan lelaki yang umurnya belum menginjak empat puluh lima tahun di depan sana. Dia hanya mengenakan celana bahan berwarna hitam tanpa pakaian atas. Sama sekali tidak terlihat kedinginan... Gua bergidik ketika dia merentangkan kedua tangannya, Gua yang berada di belakang dirinya sekitar enam meter ini tidak percaya dengan apa yang sedang ia lakukan.

"Agatha-kun... Come closer..", ucapnya tanpa menoleh kepada Gua.

Gua berjalan mendekatinya, mata ini hanya fokus kepada punggungnya yang dipenuhi sebuah karya seni, karya seni yang menunjukkan binatang buas tergambar jelas penuh warna diatas kulit tubuh bagian belakangnya itu.

Gua berdiri di sampingnya, jantung Gua berdegup kencang, jemari Gua sedikit bergetar dalam saku jaket, kali ini Gua yakin, bukan karena hawa dingin yang membuat Gua bergidik, tapi...

"Show me your darkside, as you have said before...", ucap lelaki disebelah Gua seraya membersihkan tangannya dari warna merah yang kental dan agak gelap.

Gua menengok kepadanya. "Oji-san, are you kidding me right ?".

Dia menyeringai lalu menatap Gua tajam. "Should i ?", ucapnya, lalu berjalan ke sisi lain dan mengambil pakaiannya yang tergeletak di jalan.
"Agatha-kun... Finish him", dia mengenakan kemejanya lagi lalu menunjuk seorang lelaki dengan dagunya.

Gua berjalan lagi, menghampiri seorang lelaki yang bertubuh gempal dan sudah tidak berdaya tergeletak di atas jalanan yang sudah tertutup oleh salju. Tapi salju yang berada di sekitar tubuh lelaki itu beda dari salju yang lain. Warnanya merah, merah pekat bukan putih layaknya warna salju pada umumnya.

Gua sudah berdiri tepat di samping lelaki ini. Gua menengok ke sisi kanan, dimana lelaki sebelumnya sudah selesai mengenakan lagi kemeja putih dan jas hitamnya, lalu dia mengenakan lagi long coat miliknya dan terakhir, winter leather gloves. Dia tersenyum lalu memiringkan kepalanya ke kanan, seolah-oleh mengisyaratkan, 'Let's do it'.

Jantung Gua kembali berdegup kencang, melihat lagi kepada lelaki yang terkapar. Hati Gua mengingatkan, bukan seperti ini seharusnya, bukan ini yang Gua mau. Masih menimang-nimang harus atau tidak melakukan kekejaman ini, tiba-tiba derap langkah kaki yang berisik terdengar berlari di atas jalan yang tertutupi salju. Gua menengok ke kiri, disana ada beberapa laki-laki yang sedang berlari mendekati kami. Mereka berjumlah sepuluh orang, pakaian yang seragam, jaket berwarna hitam dengan sebuah logo di bagian dada, entah logo bergambar apa tapi bukan itu yang menjadi perhatian Gua, melainkan barang yang mereka pegang masing-masing.

Gua mundur beberapa langkah hingga tubuh Gua tertahan dari belakang.

Buk..Tubuh Gua tertahan.

"Eh ?", Gua menengok kebelakang.

"Kill or get killed", ucap Lelaki yang sudah berpakaian lengkap yang kini menahan tubuh Gua.

Ini gila, sangat gila... Dunia macam apa yang Gua singgahi.

Sekumpulan lelaki yang berjumlah sepuluh orang tadi sudah sangat dekat dan mereka sudah mengangkat besi yang panjangnya kurang dari enam puluh centimeter.

"Take it".

Gua menerima dua buah kodachi yang dia keluarkan dari balik long coat setelah melepaskan sarungnya. Lalu dia mundur beberpa langkah dan menendang punggung Gua.

Gua terhuyung kedepan, ke arah lelaki yang sudah sangat dekat dari sepuluh orang lelaki disana.

"AAAAAAA...", Gua berteriak seraya mengibaskan kodachi yang sudah Gua genggam dikedua tangan kepada orang-orang yang sudah terlalu dekat di hadapan Gua.

Sraatt..
Sraatt..
Sraattt..
Srattt...
Sraatt..


Tiga orang tumbang setelah mereka terkena sabetan kodachi tepat di bagian leher dan wajah.

Buaaghh..

Gua jatuh tersungkur akibat pukulan besi yang mengenai pelipis ini. Pandangan Gua kabur, Gua merintih kesakitan ketika banyaknya pukulan besi menghantam seluruh tubuh ini, kedua tangan Gua hanya bisa Gua gunakan untuk menutupi wajah dan kepala, Gua meringis menahan sakit dan meringkuk di atas jalanan bersalju.

"Aarrggh... Aaww.. Aaarrgh..", Gua masih berteriak kesakitan.

Buagh..
Buagh..
Buagh..
Buagh..
Buagh..


Duuaagh..

Dan akhirnya Gua menyerah, kesadaran Gua hilang setelah sepakan kaki tepat menghantam kepala ini.


XXX


Gua membuka mata yang terasa perih, dan cahaya penerangan ruangan ini sangat menyilaukan, baru saja Gua hendak menghalau cahaya itu dengan tangan kiri, Gua langsung meringis, sakit ternyata ketika Gua mencoba mengangkat tangan ini.

"Hello young-man..", seorang lelaki berdiri di samping Gua sambil menatap kebawah, kepada Gua yang masih berbaring di atas sofa,
"Are you ok ?", tanyanya sambil menjetikkan jari.

Lalu seorang lelaki lain datang menghampiri dan memberikan segelas minuman kepada Gua, dia mendekatkan gelas itu ke bibir ini, lalu Gua membuka mulut dan meminum isinya.

Pruuahh..Gua keluarkan lagi minuman itu.

"Hahaha... Kare wa sakenomide wa nakattadesu.. Hahaha", ucap lelaki yang memberi Gua minuman tadi sambil menengok kebelakangnya.

"Hahahahahaha...", entah semakin banyak suara tawa yang Gua dengar.

Sedetik kemudian beberapa orang lelaki yang sudah dewasa, sepertinya mereka berusia di atas dua puluh lima tahun, mendekati sofa yang Gua tiduri, mereka mengelilingi Gua dan menatap Gua seraya tersenyum.

Lalu suasana hening sejenak, hanya lantunan suara musik instrumental yang Gua dengar, entah Gua berada dimana sekarang. Lelaki yang pertama, lelaki yang bersama Gua saat di jalan tadi kembali tersenyum.

"Oda Agasa wa shison Yoshio Kodame desu", ucapnya dengan suara yang melengking.

Traapp.. semua orang lelaki itu memberi hormat dengan menepak sisi paha mereka dengan kedua tangan masing-masing lalu membungkuk.

Gua bingung dan tidak mengerti maksud dari semua ini, Agasa ? Who is that ?. Masih menahan sakit dan perih di sekujur tubuh dan pusing yang terasa sakit di kepala, Paman Hiroshi mengambil sesuatu dari saku bagian dalam long coatnya, lalu melemparkan sebuah cincin ke dada Gua.

"Welcome to the family...", ucapnya.


"Tonight, I see the demons watch over me from the sky... He smiling to me... And what should I do ? I give my soul to him, and let's fuckup forever".


***

"私は偽の光と、暗闇の中に歩きました".

*
*
*

Marhaban ya Ramadhan.
Selamat datang Ramadhan 1438 H.
Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menunaikan ya Gais emoticon-Smilie


Agathadera Family.
Diubah oleh glitch.7 26-05-2017 21:51
dany.agus
fatqurr
fatqurr dan dany.agus memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.