Kaskus

Story

gridseekerAvatar border
TS
gridseeker
[TAMAT] Saat Senja Tiba
Quote:
cover by: bgs93


Quote:
poetry by: junker007

Quote:

Quote:

Quote:

Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 333 suara
Siapa tokoh yang menurut agan paling layak dibenci / nyebelin ?
Wulan
20%
Shela
9%
Vino (TS)
71%
Diubah oleh gridseeker 04-07-2017 19:00
junti27Avatar border
ugalugalihAvatar border
afrizal7209787Avatar border
afrizal7209787 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
1.4M
5.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
gridseekerAvatar border
TS
gridseeker
#4955
Part 2
Seorang lelaki paruh baya itu duduk di hadapan meja ane dengan pandangan memelas. Ane dengan berat hati menaruh sebuah amplop yang berisi sepucuk surat di meja di depannya. Dia cuma menatap amplop tersebut dengan pandangan nanar. Kemudian dia membukanya, membacanya beberapa saat lalu melipatnya kembali.

“Apa sudah tidak ada kebijakan lagi dari perusahaan mas ? “ tanya bapak itu.
“Maaf pak, ini udah keputusan dari atasan. Saya cuma menjalankan perintah. “ jawab ane.
“Tapi saya sudah sepuluh tahun bekerja di sini mas, dan saya dipecat begitu saja ? “ tanya bapak itu lagi.
“Bapak sudah melakukan penggelapan. Dan itu sebuah kesalahan yang sangat fatal pak, karena bisa dikategorikan sebagai tindak pencurian. “ jawab ane.
“Tapi kan nilainya juga tidak seberapa mas, masa… “
“Totalnya sepuluh juta pak, dan bagi saya itu lumayan besar. “ potong ane dengan cepat.
“Lagipula mau besar atau kecil, namanya mencuri ya tetep saja mencuri. Dan sudah untung kami tidak melaporkan bapak ke pihak berwajib. Kalau kena pidana, bapak bisa dipenjara lima tahun atau lebih. “ jawab ane sambil menatap bapak itu.
“Baiklah, saya mengerti mas. “ jawab bapak tersebut dengan lirih sambil mengantongi surat tersebut.
“Oh ya mas, masalah pesangon… “ tanya bapak tersebut dengan ragu-ragu.
“Maaf pak, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya… “ jawab ane sambil menggelengkan kepala.

Mendengar jawaban ane, bapak tersebut cuma mengangguk pelan lalu beranjak berdiri meninggalkan tempat kami berada. Sebuah ruangan kaca sempit yang sering digunakan bagian HR untuk menyidang karyawan bermasalah. Meskipun ruangan tersebut full AC dan sangat dingin namun sekarang terasa gerah bagi ane.

Ane kemudian keluar dari ruangan tersebut, dan sudah ane duga, semua mata temen-temen menatap ane dengan penuh tanda tanya.

“Mas Vin, Mas Vin ! “ tiba-tiba seorang temen ane yang cewek memanggil ane saat ane lewat di depan mejanya. Ane pun berhenti dan menoleh.
“Pak Taryo gimana ? “ tanyanya dengan nada berbisik.
“Pecat lah. “ jawab ane singkat.
“Bener kan. “ timpal temen yang di sebelahnya.
“Eh dapet pesangon nggak. “ tanyanya lagi. Ane cuma menggeleng, lalu berjalan meninggalkan mereka.
“Ih sadis bener. “
“Kasihan ya, padahal kabarnya anaknya lagi sakit kan. “

Ane nggak memperdulikan celotehan temen-temen dan tetap berjalan menuju meja kerja ane. Pak Taryo adalah salah satu driver mobil kargo senior di perusahaan kami, dan semua mengenalnya sebagai sosok yang berperilaku baik, rajin dan disiplin. Tapi saat ini, semua itu nggak bisa menolongnya dari pemecatan akibat kesalahan fatal yang dilakukannya.

Ane lalu duduk di meja ane sambil garuk-garuk kepala. Mengeksekusi pemecatan pegawai... ha, bener-bener tugas yang bikin hari menjadi sangat buruk. Ane kemudian membuka laci untuk mengecek HP ane yang ane tinggal. Ada beberapa miscall dan pesan BBM masuk. Ternyata Wulan menelpon sepuluh menit yang lalu. Ane lihat jam, ternyata sudah jam tiga kurang sepuluh.

emoticon-phone ***tuuut…tuuut*** ane pun menelpon balik.
emoticon-phone “Halo pa. “ jawab Wulan.
emoticon-phone “Halo gimana ma ? “ tanya ane.
emoticon-phone “Kamu pulang jam berapa ? Nggak ada acara kan ? “ tanya Wulan.
emoticon-phone “Tergantung. “ jawab ane singkat.
emoticon-phone “Tergantung apanya ? “ tanya Wulan.
emoticon-phone “Di rumah ada dia nggak. “ jawab ane.
emoticon-phone “Dia dia mulu. Kamu masih aja nggak mau menyebut namanya ya ? “ tanya Wulan.
emoticon-phone “Sudi banget. “ jawab ane ketus.
emoticon-phone “Pa, kenapa sih… “
emoticon-phone “Please ma, tolong… “ potong ane dengan cepat.
emoticon-phone “Iya iya, dia udah pulang dari tadi. “ jawab Wulan.
emoticon-phone “Udah pulang ? Emang dia datang jam berapa ma ? “ tanya ane.
emoticon-phone “Nggak tau ya, jam dua kayaknya. Aku bilang kalo kamu hari ini meeting sampai malam jadi dia terus pamit. “ jawab Wulan.
emoticon-phone “Oh gitu, ya baguslah. “ jawab ane.
emoticon-phone “Kamu udah makan belum ? Mau dibeliin apa ? “ tanya ane.
emoticon-phone “Nggak usah deh. Mending kamu langsung pulang aja. “ jawab Wulan.
emoticon-phone “Oke ma. “ jawab ane.
emoticon-phone “Hati-hati pa. “ kata Wulan.

Setelah jam kantor usai, ane segera mengemasi barang-barang dan bergegas keluar kantor menuju halaman gedung, tempat dimana terparkir mobil Avanza hitam milik bokap ane yang sejak kemaren belum ane kembalikan.

Nggak berapa lama, ane udah di dalam mobil dan segera meninggalkan halaman kantor. Ane udah nggak sabar segera ketemu dengan Wulan, istri ane, wanita yang sangat ane cintai. Sampai di rumah, ane segera bergegas masuk ke dalam dan ane lihat Wulan sedang menyapu lantai. Saat melihat ane datang dia langsung tersenyum. Ane pun membalas senyumannya, tapi sebelumnya ane sempatkan melihat ke meja tamu. Ada secangkir teh yang isinya tinggal seperempat, yang menandakan kalau tadi memang ada seorang tamu datang.

“Aduh ma, kamu jangan kerja melulu dong. Ntar kamu kecapekan. “ kata ane dengan nada kuatir.

“Nggak papa pa kan aku sejak tadi cuma bersih-bersih doang. Justru kalo ibu hamil tuh harus banyak gerak biar besok kalo pas melahirkan lancar. “ jawab Wulan sambil terus menyapu.

“Iya tapi kamu tetep harus jaga kondisi ma, jangan terlalu capek. “ jawab ane.

“Iya iya, jangan kuatir pa. “ jawab Wulan.

“Kamu sekarang ganti baju dulu, biar lebih enak. “ kata Wulan sambil membereskan meja tamu.

Ane pun menurut dan bergegas menuju kamar untuk ganti baju yang lebih santai. Setelah selesai ganti baju tiba-tiba Wulan muncul di depan pintu kamar.

“Pa, tolong dong kamu ambil jemuran di roftop. “ pinta Wulan.

“Jemuran ? Lho, bukannya kita udah pake laundry ? “ tanya ane.

“Bajuku buat pesta pa. Baju mahal, ntar kalo dilaundry takut kelunturan. “ jawab Wulan.

“Oh ? Oke oke. “ jawab ane, lalu bergegas naik tangga menuju roftop.

Sampai di atas ane celingukan kesana kemari mencari jemuran yang dimaksud Wulan. Tapi mana bajunya ? Apa kabur tertiup angin sehingga nyasar ke genting tetangga ? Ane menengok ke genting sebelah juga nggak ada.

Ane pun memutuskan kembali ke bawah untuk bertanya pada Wulan, tapi saat menuju pintu, ane terkejut setengah mati. Di depan pintu berdiri seorang cewek, dan ane cuma tertegun sambil menatap cewek tersebut. Seorang cewek yang dulu sangat berarti bagi ane, seorang cewek dimana ane rela melakukan apa saja untuknya. Tapi sekarang yang ada hanyalah rasa benci yang teramat sangat yang membuat dia menjadi seseorang yang tidak ingin ane temui untuk selamanya.

“Hai Vin. “ dia menatap ane dengan senyum manisnya. Senyum dulu begitu mempesona bagi ane.

“Shel…? “ cuma sepatah kata itu yang bisa ane ucapkan.

Ane masih belum bisa menyembunyikan rasa terkejut ane. Rupanya Wulan tadi bohong pas ane telpon. Mungkin ini taktik Wulan agar ane mau ketemu dengan dia.

“Kamu nggak banyak berubah Vin. “ kata Shela, sambil berjalan mendekati ane.

Ane nggak menjawab dan cuma menatapnya. Entah udah berapa tahun kami nggak berjumpa, lima, enam… entahlah, ane malas menghitung. Tapi dia juga nggak banyak berubah, masih tetap seperti dulu, dengan rambut kuncir kuda dan jaket serta celana jeans yang menjadi baju casual kesukaannya.

“Selamat ya, kamu udah mau menjadi seorang ayah. “ kata Shela sambil mengulurkan tangannya bermaksud menyalami ane.

“Makasih !“ jawab ane ketus dengan kedua tangan sengaja ane masukkan ke saku celana.

Melihat sikap ane, Shela lalu menurunkan kedua tangannya. Kelihatan banget kalau dia kecewa, tapi ane nggak peduli sama sekali.

“Mau apa kamu kesini ? “ tanya ane dengan nada ketus.

“Ya main lah. Mbak Wulan udah bilang kan kalau aku hari ini kesini ? “ tanya Shela. Ane nggak menjawab lalu membuang muka menatap jalanan.

“Tadi aku juga mampir ke rumahmu lho dan ketemu Dina. Ternyata dia udah gede ya, udah SMA. Aku sampai pangling. “ kata Shela lagi sambil bersandar di balkon di samping ane.

Lagi-lagi ane nggak menjawab, dan memandangi kendaraan yang lalu lalang di jalanan. Selama beberapa menit kami nggak saling bicara.

"Udah lama kita nggak ketemu dan kayaknya kamu masih benci sama aku ya ? " kata Shela dengan pelan.
"Kalo gitu kasih aku alasan kenapa aku nggak boleh membencimu. " jawab ane ketus.
"Nggak ada yang ngelarang kok. Itu hak kamu, dan aku terima. " kata Shela lagi.
"Tentu saja, karena kamu emang pantas menerimanya. " kata ane tanpa menoleh.
"Nggak papa, aku maklum kok Vin. " jawab Shela.
"Oh iya, boleh aku tanya sesuatu sama kamu ? " tanya Shela kemudian.
"Apa ? " tanya ane.
"Kamu bahagia bersama Mbak Wulan ? " tanya Shela.
"Tentu saja aku bahagia dengan Wulan, tapi aku rasa itu bukan urusanmu. " jawab ane ketus.
"Jangan bilang gitu dong. Kalian bahagia aku juga ikut bahagia kok. " kata Shela tersenyum.
"Denger ya !! Aku bahagia dengan kehidupanku sekarang dan aku nggak butuh empati kamu, nggak butuh kehadiranmu... " jawab ane dengan cepat sambil menatap Shela.
"Dan kehadiranmu sekarang hanyalah sebagai perusak kebahagiaanku. " kata ane dengan bertubi-tubi.
"Hari ini aku mengalami hal yang sangat buruk di kantor, dan kamu hanya akan membuat hariku menjadi semakin dan semakin buruk. "
"Jadi kamu paham kan situasinya ? " tanya ane kemudian. Shela kelihatan terkejut dengan semua kata-kata ane barusan.
"Kalau kamu paham, berarti kamu bisa segera pergi dari sini !! " kata ane lagi dengan nada agak keras.
"Jadi ceritanya kamu ngusir aku nih ? " tanya Shela dengan tersenyum kecut.
"Sepertinya kata-kataku sudah jelas bukan ? " ane balik bertanya.
"Baiklah, karena kamu ingin aku pergi, ya aku akan pergi. " jawab Shela.
"Silahkan ! " jawab ane sambil mengarahkan tangan ke pintu roftop.
"Aku pulang dulu ya Vin... " kata Shela pamit, tapi ane nggak menjawab dan kembali menatap ke arah jalanan.
"Maaf kemaren aku nggak bisa datang di pernikahan kalian, tapi aku doakan kamu bahagia selalu dengan Mbak Wulan. " kata Shela lagi, tapi ane sama sekali nggak memperdulikan.

Shela kemudian berjalan meninggalkan ane dan menuju pintu rooftop. Dia sempatkan menoleh ke arah ane tapi ane langsung membuang muka. Mungkin sekarang perasaan dia sedih atau marah karena sikapku yang mengusirnya, tapi sekali lagi aku tetap nggak peduli.

Nggak berapa lama, dari atas ane lihat dia berjalan keluar halaman rumah diantar Wulan. Ane lihat mereka ngobrol sebentar dan nggak berapa lama sebuah taksi datang. Shela lalu naik ke taksi itu kemudian berlalu meninggalkan Wulan yang melambaikan tangan.
Diubah oleh gridseeker 20-05-2017 03:16
radityodhee
khuman
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.