- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] Saat Senja Tiba
...
TS
gridseeker
[TAMAT] Saat Senja Tiba
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 333 suara
Siapa tokoh yang menurut agan paling layak dibenci / nyebelin ?
Wulan
20%
Shela
9%
Vino (TS)
71%
Diubah oleh gridseeker 04-07-2017 19:00
afrizal7209787 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
1.4M
5.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
gridseeker
#4919
Part 1
“Pa, bangun pa… “
“Pa… “
Vino terbangun setelah aku menggoyang-goyangkan badannya. Dia langsung menatapku dengan pandangan setengah mengantuk. Dasar, dia sejak dulu gitu, dimana aja dia selalu ketiduran.
“Ada apa ma ? “ tanyanya setengah sadar.
“Kamu itu ya, dimana-mana selalu aja tidur. Keseringan nonton bola ya gini ini. “ kataku dengan nada ketus.
“Hehe.. maklum cowok ma, masa iya nonton sinetron. “ jawabnya sambil nyengir.
“Dasar. “ jawabku sambil bersungut-sungut.
“Eh, udah dipanggil belum sih ? “ tanya Vino lagi.
“Bentar lagi. Yang nomor sebelumnya barusan keluar. “ jawabku sambil melongok ke depan.
“Ibu Septiana Wulandari ! “ tiba-tiba petugas jaga klinik memanggil namaku.
“Tuh kan. Ayo pa. “ kataku sambil mencolek lengan Vino dan kami berdua bergegas berdiri lalu menuju ruang praktek dokter.
“Silahkan. “ kata petugas tersebut dengan ramah mempersilakan kami masuk ke ruang dokter.
Saat sampai di dalam ruangan, seorang dokter wanita menyambut kami dengan senyum ramahnya. Dan ada seorang petugas klinik cewek duduk di dekat ranjang periksa.
“Mari, silahkan duduk. “ kata dokter tersebut.
“Bagaimana bu, apakah ada keluhan selama ini ? “ tanya dokter itu ke aku setelah kami berdua duduk di hadapannya.
“Iya dok, kok saya masih sering mual-mual ya. Apalagi kalo bau masakan daging gitu, pasti langsung keluar semua. “ jawabku dengan nada mengeluh.
“Oke. Sekarang udah minggu ke sebelas ya bu. “ kata dokter sambil melihat map yang berisi catatan medis.
“Iya dok. “ jawabku.
“Rasa mual biasanya terjadi di fase awal kehamilan, yaitu dua atau tiga bulan pertama. Sebenarnya itu wajar, hanya saja menjadi tidak wajar jika mualnya sangat parah sehingga tidak ada makanan yang bisa bertahan di perut. Dan itu butuh perawatan medis lebih lanjut. “ kata dokter tersebut panjang lebar.
“Nggak sih dok. Mualnya cuma kalo bau-bau makanan tertentu kok. Kalo nggak ya makan seperti biasa. “ jawabku.
“Iya dok. Kalau dia pas normal mah apa aja masuk. “ timpal Vino ketawa.
Dasar Vino, selalu aja bercanda. Spontan aja aku langsung mencubit lengannya dengan keras. Dokter itu cuma tersenyum melihat tingkah kami berdua.
“Kalo gitu kita langsung cek aja ya bu. “ kata dokter itu dan akupun langsung mengangguk.
“Mbak Nung, tolong siapkan mesinnya. “ kata dokter ke petugas cewek yang langsung menyiapkan mesin USG.
“Mari silahkan bu. “ kata dokter itu.
Aku segera naik ke ranjang periksa lalu dokter memasangkan semacam alat scan di atas perutku. Dan layar langsung menampilkan apa yang terdeteksi oleh mesin tersebut yaitu gambar janin bergerak-gerak. Itulah anakku, anakku hasil pernikahan dengan Vino, suamiku.
“Bayinya sehat ya bu tidak ada kelainan sama sekali. Semuanya normal. “ kata dokter sambil melihat layar.
“Syukurlah dok. “ kataku dengan nada senang.
Aku melihat Vino duduk di samping ranjang. Dia juga menatap layar dan dari wajahnya dia terlihat sangat gembira juga. Setelah melakukan scan USG dan berbicara sebentar dengan dokter, kami berdua lalu keluar ruangan. Setelah membayar biaya periksa dan menebus sejumlah vitamin di petugas jaga, kami lalu bergegas keluar klinik menuju tempat parkir kendaraan. Disana terparkir mobil MPV hitam milik ayahnya Vino yang kami pinjam.
“Besok beli mobil lah, pa. “ kataku saat kami udah ada di dalam mobil.
“Masa pinjem bapak kamu terus. Kan nggak enak. “
“Ya nggak apa-apa lah. Orang bapakku aja dipinjemi nggak masalah. Dia malah senang kok, kan ini cucu pertamanya. “ jawab Vino sambil menyalakan mobil.
“Kan tetep nggak enak pa. Kalo pake punya sendiri kan lebih nyaman. Mau pake kapanpun bisa. “ kataku rada memaksa.
“Beli yang seken-seken kan banyak tuh di toko online. Murah-murah lagi. “ kataku lagi.
“Mau rumah atau mobil dulu nih ? “ tanya Vino sambil menyetir mobil meninggalkan parkiran klinik.
“Mobil dulu aja deh. Kalo rumah kan sementara udah ada rumahku. Kalo nggak rumahmu juga bisa. Nggak masalah. “ jawabku.
“Iya deh, terserah kamu aja ma. “ jawab Vino.
Seperti biasa, dia selalu berusaha menuruti semua kemauanku. Tapi aku juga tahu diri, tidak akan menuntut lebih padanya. Sebenarnya sejak tadi ada yang mau aku sampaikan ke dia, tapi entah kenapa aku sedikit ragu.
“Oh ya sebenarnya ada yang mau aku sampaikan ke kamu. Ada berita penting. “ kataku.
“Apaan ma ? “ tanya Vino sambil tetap menyetir.
“Ntar aja deh, di rumah aja ngomongnya. “ jawabku.
“Di sini aja napa. “ pinta Vino.
“Nggak ah. Ntar malah bikin kamunya nggak fokus nyetir. “ jawabku.
“Kamu bikin aku penasaran aja ma. “ kata Vino.
Aku nggak menjawab dan hanya melihat keluar jendela. Aku bingung harus bilang apa ke dia, aku takut dia bakal marah, tapi tetep harus aku coba.
Jam delapan malam, kami pun akhirnya sampai di rumahku. Seperti biasa rumah ini selalu aja sepi, cuma ada ibu yang langsung menyambut kami berdua. Jadi nggak ada masalah kalau Vino juga tinggal disini.
“Bapak belum pulang bu ? “ tanyaku ke ibu.
“Belum, paling jam sepuluhan. Hari ini warungnya laris banget, jadi pasti pulangnya agak malam. “ jawab ibu dengan nada gembira.
“Gimana ? Bayinya sehat ? “ tanya ibu sambil meraba perutku.
“Kata dokternya sehat bu. Semuanya normal. “ jawab Wulan.
“Wah syukurlah kalau begitu. “ jawab ibu.
“Kalian belum makan kan ? Mending makan dulu deh. “ kata ibu lagi.
“Iya bu, makasih. “ jawab Vino.
Kami berdua lalu ke lantai dua, ke kamarku yang tentu saja udah kami sulap menjadi kamar bersama. Setelah kami ganti baju, kami berdua lalu menuju meja makan untuk makan malam. Setelah makan malam selesai aku memberanikan berbicara pada Vino.
“Besok, pacar kamu mau maen kesini. “ kataku dengan nada bercanda.
“Pacar ? Kamu ngomong apa sih ma ? “ tanya Vino.
“Masa udah lupa. Itu lho.. ciaaatt !! " kataku sambil menirukan gerakan orang meninju. Mendengar kata-kataku barusan, spontan ekspresi Vino berubah.
"Serius kamu. Mau apa dia kesini ?! " tanya Vino dengan nada ketus.
"Ya cuma main aja kok pa. Nggak papa kan ? " tanyaku dengan nada pelan. Aduh, gawat kayaknya Vino mulai marah.
"NGGAK !! " jawab Vino dengan keras.
"Tapi kenapa pa ? Kan kita harus tetep berhubungan baik... "
"Hubungan baik apa, bullsh*t itu !! " kata Vino dengan nada marah.
"Jangan gitu lah, dia kan kesini dengan niat baik. Nggak pantes kamu bersikap kayak gitu. " kataku berusaha membujuk Vino.
"Ya udah terserah kamu, yang jelas aku nggak pernah sudi ketemu dengan dia !! " jawab Vino malah semakin marah.
"Tapi aku udah janji kalau kamu bisa ketemu dia. " aku masih mencoba membujuk Vino.
"Tuh kan, kamu selalu aja gitu !! Selalu seenaknya aja ngambil keputusan tanpa bilang aku dulu !! " jawab Vino sambil menuding ke aku.
"Iya tapi kalau aku bilang pasti kamunya nggak mau. " kataku.
"Emang aku nggak mau !! " jawab Vino dengan nada tinggi. Kami berdua lalu terdiam beberapa saat.
"Jam berapa dia besok datang ? " tanya Vino tiba-tiba sambil minum segelas air putih.
"Bilangnya sih mau kesini jam tiga-an, pas kamu pulang. " jawabku.
"Udah gini aja, bilang sama dia kalo besok aku ada meeting sampai malam. " kata Vino sambil beranjak berdiri.
"Dan aku ingatkan ya, aku nggak mau ngomongin soal dia lagi. Titik !! " timpal Vino lalu berjalan menuju lantai dua. Aku cuma menatap Vino berjalan meninggalkan aku.
"Suamimu kenapa Lan ? Kok dia kayaknya marah-marah ? " tanya ibu yang ternyata udah di dekatku.
"Yah biasa bu, tanggal tua. " jawabku seadanya sambil tersenyum.
"Kalian jangan sering-sering bertengkar. Inget lho anak di kandungan kamu. " kata ibu.
"Iya bu. " jawabku singkat sambil membereskan piring-piring kotor di meja makan.
“Pa… “
Vino terbangun setelah aku menggoyang-goyangkan badannya. Dia langsung menatapku dengan pandangan setengah mengantuk. Dasar, dia sejak dulu gitu, dimana aja dia selalu ketiduran.
“Ada apa ma ? “ tanyanya setengah sadar.
“Kamu itu ya, dimana-mana selalu aja tidur. Keseringan nonton bola ya gini ini. “ kataku dengan nada ketus.
“Hehe.. maklum cowok ma, masa iya nonton sinetron. “ jawabnya sambil nyengir.
“Dasar. “ jawabku sambil bersungut-sungut.
“Eh, udah dipanggil belum sih ? “ tanya Vino lagi.
“Bentar lagi. Yang nomor sebelumnya barusan keluar. “ jawabku sambil melongok ke depan.
“Ibu Septiana Wulandari ! “ tiba-tiba petugas jaga klinik memanggil namaku.
“Tuh kan. Ayo pa. “ kataku sambil mencolek lengan Vino dan kami berdua bergegas berdiri lalu menuju ruang praktek dokter.
“Silahkan. “ kata petugas tersebut dengan ramah mempersilakan kami masuk ke ruang dokter.
Saat sampai di dalam ruangan, seorang dokter wanita menyambut kami dengan senyum ramahnya. Dan ada seorang petugas klinik cewek duduk di dekat ranjang periksa.
“Mari, silahkan duduk. “ kata dokter tersebut.
“Bagaimana bu, apakah ada keluhan selama ini ? “ tanya dokter itu ke aku setelah kami berdua duduk di hadapannya.
“Iya dok, kok saya masih sering mual-mual ya. Apalagi kalo bau masakan daging gitu, pasti langsung keluar semua. “ jawabku dengan nada mengeluh.
“Oke. Sekarang udah minggu ke sebelas ya bu. “ kata dokter sambil melihat map yang berisi catatan medis.
“Iya dok. “ jawabku.
“Rasa mual biasanya terjadi di fase awal kehamilan, yaitu dua atau tiga bulan pertama. Sebenarnya itu wajar, hanya saja menjadi tidak wajar jika mualnya sangat parah sehingga tidak ada makanan yang bisa bertahan di perut. Dan itu butuh perawatan medis lebih lanjut. “ kata dokter tersebut panjang lebar.
“Nggak sih dok. Mualnya cuma kalo bau-bau makanan tertentu kok. Kalo nggak ya makan seperti biasa. “ jawabku.
“Iya dok. Kalau dia pas normal mah apa aja masuk. “ timpal Vino ketawa.
Dasar Vino, selalu aja bercanda. Spontan aja aku langsung mencubit lengannya dengan keras. Dokter itu cuma tersenyum melihat tingkah kami berdua.
“Kalo gitu kita langsung cek aja ya bu. “ kata dokter itu dan akupun langsung mengangguk.
“Mbak Nung, tolong siapkan mesinnya. “ kata dokter ke petugas cewek yang langsung menyiapkan mesin USG.
“Mari silahkan bu. “ kata dokter itu.
Aku segera naik ke ranjang periksa lalu dokter memasangkan semacam alat scan di atas perutku. Dan layar langsung menampilkan apa yang terdeteksi oleh mesin tersebut yaitu gambar janin bergerak-gerak. Itulah anakku, anakku hasil pernikahan dengan Vino, suamiku.
“Bayinya sehat ya bu tidak ada kelainan sama sekali. Semuanya normal. “ kata dokter sambil melihat layar.
“Syukurlah dok. “ kataku dengan nada senang.
Aku melihat Vino duduk di samping ranjang. Dia juga menatap layar dan dari wajahnya dia terlihat sangat gembira juga. Setelah melakukan scan USG dan berbicara sebentar dengan dokter, kami berdua lalu keluar ruangan. Setelah membayar biaya periksa dan menebus sejumlah vitamin di petugas jaga, kami lalu bergegas keluar klinik menuju tempat parkir kendaraan. Disana terparkir mobil MPV hitam milik ayahnya Vino yang kami pinjam.
“Besok beli mobil lah, pa. “ kataku saat kami udah ada di dalam mobil.
“Masa pinjem bapak kamu terus. Kan nggak enak. “
“Ya nggak apa-apa lah. Orang bapakku aja dipinjemi nggak masalah. Dia malah senang kok, kan ini cucu pertamanya. “ jawab Vino sambil menyalakan mobil.
“Kan tetep nggak enak pa. Kalo pake punya sendiri kan lebih nyaman. Mau pake kapanpun bisa. “ kataku rada memaksa.
“Beli yang seken-seken kan banyak tuh di toko online. Murah-murah lagi. “ kataku lagi.
“Mau rumah atau mobil dulu nih ? “ tanya Vino sambil menyetir mobil meninggalkan parkiran klinik.
“Mobil dulu aja deh. Kalo rumah kan sementara udah ada rumahku. Kalo nggak rumahmu juga bisa. Nggak masalah. “ jawabku.
“Iya deh, terserah kamu aja ma. “ jawab Vino.
Seperti biasa, dia selalu berusaha menuruti semua kemauanku. Tapi aku juga tahu diri, tidak akan menuntut lebih padanya. Sebenarnya sejak tadi ada yang mau aku sampaikan ke dia, tapi entah kenapa aku sedikit ragu.
“Oh ya sebenarnya ada yang mau aku sampaikan ke kamu. Ada berita penting. “ kataku.
“Apaan ma ? “ tanya Vino sambil tetap menyetir.
“Ntar aja deh, di rumah aja ngomongnya. “ jawabku.
“Di sini aja napa. “ pinta Vino.
“Nggak ah. Ntar malah bikin kamunya nggak fokus nyetir. “ jawabku.
“Kamu bikin aku penasaran aja ma. “ kata Vino.
Aku nggak menjawab dan hanya melihat keluar jendela. Aku bingung harus bilang apa ke dia, aku takut dia bakal marah, tapi tetep harus aku coba.
Jam delapan malam, kami pun akhirnya sampai di rumahku. Seperti biasa rumah ini selalu aja sepi, cuma ada ibu yang langsung menyambut kami berdua. Jadi nggak ada masalah kalau Vino juga tinggal disini.
“Bapak belum pulang bu ? “ tanyaku ke ibu.
“Belum, paling jam sepuluhan. Hari ini warungnya laris banget, jadi pasti pulangnya agak malam. “ jawab ibu dengan nada gembira.
“Gimana ? Bayinya sehat ? “ tanya ibu sambil meraba perutku.
“Kata dokternya sehat bu. Semuanya normal. “ jawab Wulan.
“Wah syukurlah kalau begitu. “ jawab ibu.
“Kalian belum makan kan ? Mending makan dulu deh. “ kata ibu lagi.
“Iya bu, makasih. “ jawab Vino.
Kami berdua lalu ke lantai dua, ke kamarku yang tentu saja udah kami sulap menjadi kamar bersama. Setelah kami ganti baju, kami berdua lalu menuju meja makan untuk makan malam. Setelah makan malam selesai aku memberanikan berbicara pada Vino.
“Besok, pacar kamu mau maen kesini. “ kataku dengan nada bercanda.
“Pacar ? Kamu ngomong apa sih ma ? “ tanya Vino.
“Masa udah lupa. Itu lho.. ciaaatt !! " kataku sambil menirukan gerakan orang meninju. Mendengar kata-kataku barusan, spontan ekspresi Vino berubah.
"Serius kamu. Mau apa dia kesini ?! " tanya Vino dengan nada ketus.
"Ya cuma main aja kok pa. Nggak papa kan ? " tanyaku dengan nada pelan. Aduh, gawat kayaknya Vino mulai marah.
"NGGAK !! " jawab Vino dengan keras.
"Tapi kenapa pa ? Kan kita harus tetep berhubungan baik... "
"Hubungan baik apa, bullsh*t itu !! " kata Vino dengan nada marah.
"Jangan gitu lah, dia kan kesini dengan niat baik. Nggak pantes kamu bersikap kayak gitu. " kataku berusaha membujuk Vino.
"Ya udah terserah kamu, yang jelas aku nggak pernah sudi ketemu dengan dia !! " jawab Vino malah semakin marah.
"Tapi aku udah janji kalau kamu bisa ketemu dia. " aku masih mencoba membujuk Vino.
"Tuh kan, kamu selalu aja gitu !! Selalu seenaknya aja ngambil keputusan tanpa bilang aku dulu !! " jawab Vino sambil menuding ke aku.
"Iya tapi kalau aku bilang pasti kamunya nggak mau. " kataku.
"Emang aku nggak mau !! " jawab Vino dengan nada tinggi. Kami berdua lalu terdiam beberapa saat.
"Jam berapa dia besok datang ? " tanya Vino tiba-tiba sambil minum segelas air putih.
"Bilangnya sih mau kesini jam tiga-an, pas kamu pulang. " jawabku.
"Udah gini aja, bilang sama dia kalo besok aku ada meeting sampai malam. " kata Vino sambil beranjak berdiri.
"Dan aku ingatkan ya, aku nggak mau ngomongin soal dia lagi. Titik !! " timpal Vino lalu berjalan menuju lantai dua. Aku cuma menatap Vino berjalan meninggalkan aku.
"Suamimu kenapa Lan ? Kok dia kayaknya marah-marah ? " tanya ibu yang ternyata udah di dekatku.
"Yah biasa bu, tanggal tua. " jawabku seadanya sambil tersenyum.
"Kalian jangan sering-sering bertengkar. Inget lho anak di kandungan kamu. " kata ibu.
"Iya bu. " jawabku singkat sambil membereskan piring-piring kotor di meja makan.
Diubah oleh gridseeker 17-05-2017 12:01
jenggalasunyi dan 4 lainnya memberi reputasi
5
![[TAMAT] Saat Senja Tiba](https://s.kaskus.id/images/2017/05/28/9056684_20170528125804.jpg)
Setelah sekian lama jadi SR di forum SFTH ane memberanikan menyusun cerita ini. Sebenarnya cerita ini sudah lama ane pendam bertahun-tahun, meski begitu cerita ini sempat ane posting disini pake ID lain tapi dalam format plesetan komedi karena ane nggak PD kalau membikin versi real/sesungguhnya.
Pokoknya just enjoy the story hehe biar sama-sama enak
Dan karena ane masih nubi disini mohon maaf jika terjadi banyak kesalahan ya gan