Dengannya
Quote:
Akupun ngobrol dengan Abay samapai pagi, ada sesuatu darinya yang membuatku tertarik, gayanya santai tapi pribadinya dewasa, dia pun memberiku beberapa nasihat untuk selalu menghargai orang yang peduli padaku. Sampai pagi aku tidak merasa ngantuk malah semakin tertarik dengan cerita-cerita Abay. Saat matahari sudah mulai tinggi, akupn pergi mandi, kami semua bersiap untuk pulang. Saat pulang ku lihat Pris mengeluarkan bungkus obat dan isinya pil yang cukup banyak.
“baliknya lu ikut gua” kata Abay
“ngapain?”, kataku
“udah ikut aja”, katanya
Pris terlihat membagikan pil tadi sebelum masuk ke mobil, Abay terlihat sengaja menghambat jalan kami sampai pembagian itu selesai. Saat di mobil Abay selalu mengalihkanku dari Pris sampai akhirnya kami sampai di sekolah.
“Teo, ikut lah ayo”, kata Pris
“nanti gua nyusul deh Pris, balik dulu lah gua”, kataku
“sip dah, di tempat kalong ya”, katanya
Akupun mengacungkan jempolku, tak lama mereka pergi. Terlihat Abay menelepon seseorang tak lama dia kembali.
“ayo ikut gua bentar”, katanya
“cape Bay gua mau balik lah”, kataku
“udah ikut sini”, katanya
Akupun naik angkot mengikutinya, tempat yang kami tuju tidaklah asing dan ternyata benar, aku tau tempat ini.
“ngapain ke sini Bay?”, kataku
“udah masuk, orangnya udah nunggu”, katanya
Akupun masuk ke dalam.
“hei”, katanya
“hei Lun”, kataku
“siapa lu Bay?”, tanyaku
“temen, ga lebih”, kata Abay
“Lun, gu ngantuk. Numpang molor”, kata Abay
“lah lu malah molor sih Bay”, kataku
“semalem kan begadang sama lu, dah ah ngantuk gua”, Abay pun tidur di sofa
Suasana menjadi canggung. Akupun lebih memilih memainkan hp ku. Luna duduk di sebelahku.
“hubungan sama Wina gimana Teo?”, kata Luna
“ga gimana-gimana, gua kan udah putus dari lama”, kataku
“masa? Aku kira kalian LDR”, katanya
“ga”, kataku
“dia nanya-nanya terus tentang kamu”, katanya
“hmm. Dia juga udah seneng disana”, kataku
“ko bisa ngomong gitu?”, kata Luna
“ya iya lah Lun, apa sih yang lebih dari gua”, kataku
“banyak ko, kamu jadi negative gini sih”, katanya memegang pipiku
Akupun rebahan di lantai.
“sini sih jangan di lntai”, katanya sambil menepuk sofa
“udah pw Lun”, kataku
“pake bantal sih”, katanya
“hmm”, kataku tidak menggubrisnya
“sini”, Luna mengangkat kepalaku dan menaruhnya dipaha.
“udah tidur”, lanjutnya
Akupun memejamkan mata, rasa kantuk pun datang menghampiriku. Tak lama akupun tertidur. Akupun terbangun dan Luna masuh menjadi bantalku, terlihat dia sedang membaca buku. Ku lihat Abay tidak ada, saat akan bangun kepalaku terasa pusing dan sakit.
“Abay mana Lun?”,
“eh, kamu udah bangun. Lagi keluar beli cimol katanya”, kata Luna
“Lun, bisa minta tolong”, kataku
“apa?”, katanya
“pijitin kepala Lun, pusing sama sakit banget”, kataku
“kalau sakit bilang ya”, katanya
Luna pun memijit kepalaku. Terasa lebih ringan. Akupun menghadapkan wajahku ke Luna dan melihatnya.
“kenapa Teo?”, katanya
“ga apa-apa Lun”, kataku
“jangan liatin gitu ah aku malu kan”, katanya
“makasih ya Lun masih mau support gua sampe sekarang”, kataku
“eh, ko tiba-tiba sih. Kamu kenapa?”, katanya
“ga apa-apa ko, takut ga sempet bilang”, kataku
“ih, kamu jangan bilang gitu kenapa, kaya mau kemana aja”, katanya
“ya sapa tau Lun”, kataku
“udah hubungin Wina hari ini?”, katanya
“belum”, kataku
Luna terlihat mengambil hp nya dan menelepon. Lalu memberikannya padaku.
“ayaaaaaaannnngg!!!”, teriak Wina
“apa?”, kataku
“jutek banget sih?”, katanya
“apa sih sayang? Kangen sama aku ya?”, kataku
“wooo dasaarr!! Kamu kan udah jadi pacar orang, hayoooo. Nakal ya”, katanya
“ko tau sih? Ada yang lapor ya”, kataku
“ada dong. Woooo. Aku aja masih nunggu kamu nih yang”, katanya
Akupun pergi menjauh dari Luna. Kami pun membahas yang yang tidak penting sampai pernyataan Wina membuatku kaget.
“besok aku kesana yang”, katanya
“ngapain?”, kataku
“ketemu kamu lah!”, katanya
“emang kamu ga sekolah?”, kataku
“kan lagi liburan kita”, katanya
“oh, iya lupa”, kataku
“aku udah izin sama papah, jadi seminggu disana yang”, katanya.
“hmm”, kataku
“kenapa yang? Kamu ga seneng aku ke sana?”, katanya
“bukan gitu, kita kan udah ga kaya dulu yang”, kataku
“udah kamu ga usah ngomong aneh deh yang, bikin mood ga enak”, katanya
“maaf-maaf”, kataku
Lalu kamipun menyudahi telepon dan memberikan hp ke Luna.
“makasih Lun”, kataku
“sama-sama, seneng banget nih”, katanya
“hehehe. Iya Lun”, akupun reflek rebahan di paha Luna
“masih pusing?”, katanya
“udah ga ko”, kataku
“gimana pijitan aku? Enak?”, katanya
“enak, masih sama kaya yang dulu Lun”, kataku
“apaan sih kamu”, katanya mencubit pipiku
“sakit Lun”, kataku
“aku seneng kamu balik kaya yang dulu yang”, katanya
“yang?”, kataku
“eh, maaf”, katanya tersipu
“ga apa-apa ko Lun, aku suka”, kataku
“Teeooooooo”, katanya mencubit lagi pipiku
“yang sakit ah”, kataku
“aku boleh manggil kamu sayang?”, kata Luna
“heemh, boleh”, kataku
“jadi pacar kamu?”, katanya
Akupun hanya tersenyum
“oh iya, kamu kan udah punya Mei”, katanya cemberut
“jelek Lun”, kataku mencubit pipinya.
Abay pu datang membawa cimol.
“etdah malah pacaran”, katanya
“lu beli cimol di mana Bay? Arab?”, kataku
“ya sambil nyri yang laen lah gua”, katanya
Abay pun bergabung dengan kami, aku yang masih rebahan di suapi cimol oleh Luna, aku sama sekali belum menghubungi Mei hari ini. Mungkin pulang nanti aku akan sms, pikirku.