Sebuah pagi dimana telah ramai terdengar sayup2 gema takbir saling bersahutan, gue dibangunkan Nyokap untuk kemudian disuruh segera mandi dan bersiap menuju lapangan guna menunaikan Sholat Idul Fitri berjama’ah, hingga ketika gue sampai di ruang tamu gue segera mendapati Vani telah selesai berdandan, cantik! itulah kata pertama yang keluar pada pagi hari itu dari mulut gue, setelah mengagumi salah satu ciptaanya yang sempurna, waktu itu Vani tengah sibuk bersama Nawang adek gue sedang menata aneka toples berisi jajanan untuk suguhan nanti di hari raya, sebentar gue berhenti bermaksud untuk menikmati sedikit senyumanya pada pagi hari itu
Quote:
Nyokap : Udah sana pergi mandi dulu, gak akan abis kok cantiknya walau kamu tinggal mandi
Gue : Eh iya! btw menurut Ibuk Vani anaknya gimana? kalo misalnya dia jadi mantu Ibuk, kira2 bakal keberatan gak?
Nyokap : Kalo beneran sih, Ibuk dan Bapak mah gak bakal mikir2 lagi, kami akan setuju, apa saja untuk dan demi kebahagiaan anak2 Ibuk, lagian Ibu mana sih di dunia ini yang sanggup menolak calon mantu seperti Nak Vani, udah anaknya cantik, pinter, alim, sopan, dan jago masak lagi
Gue : Jadi Ibuk dan Bapak merestui? alhamdulillah jika begitu, kebetulan hari ini Mas berencana sowan ke rumah orang tuanya bermaksud melamarnya secara pribadi?
Nyokap : Lhah beneran! kok mendadak banget? emang kalian udah saling kenal berapa lama? apa kalian juga udah memutuskan semuanya secara matang?
Gue : Insyaallah sudah Buk, kenal sih sebenernya udah lama hanya deketnya baru beberapa bulan ini, kebetulan kita satu kost2 an waktu di rantauan, dan mengenai keputusan ini, kita berdua memang telah bersepakat dan mengambilnya secara bersama2
Nyokap : Begitu! yaudah! rencana kan memang harus kalian sendiri yang atur, tinggal nanti kami sebagai orang tua yang selalu dukung kalian dari belakang, tapi untuk lebih baiknya apa gak seharusnya kamu kesana ditemani kami orang tuamu Mas?
Gue : Sebaiknya jangan dulu Buk, belajar dan berkaca dari pengalaman dan kegagalan sebelumnya, sebaiknya cukup kami sendiri aja dulu yang menghadap mereka, insyaallah jika memang beruntung dan restu telah kami dapatkan, Ibuk dan Bapak cukup bersiap aja merencanakan prosesi lamaran selanjutnya secara resmi, adapun apabila gagal! setidaknya kita tak perlu terlalu malu lah seperti sebelum2nya, dan Oh iya tentang masalah ini saya harap jangan dibesar2kan dulu ya kepada anggota keluarga yang lain!
Nyokap : Baiklah Ibuk akan ngikut saja arahan kamu nanti, Ibuk juga akan bantu do’a semoga dilancarkan dan dimudahkan jalan kalian nanti untuk menuju kesana, dan semoga memperoleh hasil yang menggembirakan, namun apabila gagal! sepertinya Ibuk gak mau denger lagi kata gagal, semoga yang satu ini bener2 menjadi jodohmu Mas, jadi berusahalah untuk bisa meyakinkan mereka nanti
Gue : Insyaalah Buk, jika telah mendapatkan khabar yang baik dari sana, secepetnya Mas akan segera menghubungi Ibuk dan Bapak agar bisa secepatnya sowan juga kesana
Nyokap : Amin, yaudah sana mandi dulu gih, mau sampai kapan kamu mau terus ngobrol
Sholat Idul Ftri pun akhirnya telah selesai kita jalankan secara khusyuk, tentu saja tujuan gue berikutnya adalah untuk segera pulang kerumah guna mengikuti tradisi sungkeman kepada keluarga dan kerabat juga saudara2 gue, benar saja ternyata memang tak mudah bagi gue untuk menyembunyikan status hubungan gue dengan Vani, buktinya saat berangkat dan pulang dari lapangan tadi! kita telah begitu banyak menjadi perhatian, tentu saja dari para tetangga juga beberapa teman dan kenalan gue, bak seorang artis waktu itu kehidupan pribadi gue lantas saja segera mereka usik, mungkin gue bagaikan magnet bagi mereka, yang entah sebagai narasumber berita atau bahan gosip, gue aja sampek capek harus terus meladeni dan menjawab setiap pertanyaan kepo mereka yang bahkan lebih seperti wartawan infotainment di Tivi, overall mereka semua intinya penasaran dengan sosok Vani, sebagian banyak dari mereka menanyakan siapa Vani, dan apa statusnya, apakah calon muhrim gue yang baru, apakah gue udah berhasil move on, dll situasi itu tentunya cukup sulit dan membingungkan bagi gue untuk bisa menjawabnya, sebenernya gue ingin bahwa ini tetap menjadi sebuah rahasia, tapi melihat perlakuan Vani ke gue, justru nampaknya dia ingin gue mengakui statusnya di depan mereka, dan terpaksalah gue harus mengiyakan semua pertanyaan dari mereka, ketika nyampe rumah kita segera disambut oleh beberapa kerabat dan saudara dari Bonyok gue yang telah berkumpul, ada Pak Lek, Bu Lek, Pa Dhe, Bu Dhe dll, dan sudah dipastikan pertanyaan2 tadi sepertinya masih akan terus gue dengar seharian itu
Hingga tiba prosesi sungkeman, segera saja gue mengambil sikap bersimpuh di depan kedua orang tua gue, menghaturkan permohonan maaf pabila di beberapa waktu dan di banyak kesempatan pernah berbuat kesalahan terhadap mereka, sebagai anak gue juga belum bisa sepenuhnya berbakti dan membahagiakan mereka, yang berikutnya segera disusul oleh Vani yang juga menirukan sikap dan perkataan gue tadi, namun berikutnya dia justru menangis sejadinya di pelukan nyokap gue, sedang gue kurang tau apa sebabnya
Quote:
Nyokap : Lhoh nak Vani kenapa? kok kamu nangis? siapa yang udah sakitin kamu? Agri ya? bener2 tuh anak biar nanti Ibuk beri pelajaran ke dia, kamu tenang aja (dipeluk Nyokap)
Vani : Bukan! bukan seperti itu Buk, gak ada yang telah menyakiti saya, saya hanya terharu karena baru sekalinya ini saya dapat melakukan tradisi ini (sungkem), terhadap keluarga dan orang tua saya dulu! saya belum pernah sekalipun melakukan seperti ini, gak pernah pula mendapatkan perlakuan seperti di keluarga ini yang selalu hangat dan tulus menyayangi anak2nya, di rumah! kami tak biasa melakukanya, kami berlebaran hanya sebagai formalitas, karena orang lain juga banyak melakukanya jadi kami pun juga melakukanya, itulah menjadikan moment lebaran bagi saya sama sekali tak pernah berkesan, saya gak pernah mendapatkan kehangatan sebagai sebuah keluarga selama disana, namun justu baru pertama saya merasa dan bisa mendapatkanya selama disini, dirumah saya hanya dilatih untuk dapat bekerja, disuruh mengerjakan semua perintah tanpa boleh sekalipun membantah dan mengeluh, bahkan takdir pun juga telah disiapkan untuk saya tanpa saya sebelumnya boleh untuk memilih, dengan orang tua seperti itu, apakah saya akan berdosa Buk jika jadi anak durhaka terhadap mereka? mereka yang begitu membenci saya sejak awal saya dilahirkan ke dunia, mereka yang kerap lalai akan tugasnya untuk merawat, menjaga dan mendidik anak2nya, bagaimana bisa dulu saya dilahirkan dalam keluarga seperti itu? jika ada sebuah pilihan tentu saya ingin dilahirkan di keluarga ini Buk, saya iri bagaimana Agri diperlakukan di keluarga ini, saya menginginkan juga seperti itu!
Nyokap : Tentu saja kamu akan mendapatkanya juga Nak Vani, sekarang ataupun nanti anggaplah kami juga orang tuamu, karena cepat atau lambat kamu juga akan jadi menantu kami, jadi bagian dari keluarga ini juga, tapi Ibuk gak setuju atas perkataanmu pada orang tuamu, dengar ya Nak Vani tak ada orang tua di dunia ini yang akan sanggup berbuat hal seperti itu, terlebih untuk seorang ibu, semua pasti ada alasanya kenapa mereka berbuat begitu, seburuk2 perlakuan mereka padamu itu hanyalah demi dan untuk sebaik2 bekalmu di kehidupan nanti, demi untuk kebaikan juga kebahagiaanmu, hanya mungkin mereka menggunakan cara dan pendekatan yang berbeda dengan yang Ibuk biasa lakukan, jadi Ibuk minta untuk kamu jangan pernah untuk membenci mereka, jangan pernah durhaka kepada mereka, karena sebagai anak tetaplah do’a dan restu dari mereka yang nanti akan mengantarmu dalam ridho Nya
Acara sungkeman pun akhirnya selesai, berikutnya kami sekeluarga memutuskan untuk berkumpul di ruang tamu, sampai pada suatu ketika datang secara bergatian beberapa temen gue diantaranya Beruk, Putri dan Nisa yang waktu itu menyempatkan untuk mampir, kehadiran mereka rupanya mengejutkan gue, karena sebelumnya gue gak pernah merasa mengabarkan tentang kepulangan gue, dan jelas saja moment ini tentu tak bebeda dengan yang sebelum2nya, berikutnya beberapa pertanyaan tadi sempat kembali terlontar dari mulut2 mereka yang tak kalah kepo menanyakan siapa gadis yang waktu itu ada disebelah gue
Quote:
Beruk : Wah ini, product baru lagi ya Gri? perasaan gampil banget ya lo move on nya? belum juga genap ada setahun?
Putri : Iya bener tuh Gri! jadi ini lo udah dapet ganti yang baru lagi?
Nisa : (Masih dengan gaya sok sinisnya setiap kali ada perempuan yang dekat dengan gue) Halah yang beginian juga lo dapat darimana? masih bagusan juga gue kemana2
Gue : Gimana yah cara gue mesti jelasinnya ke kalian, dulu sebenernya gue udah berusaha untuk jaga prinsip gue yang pernah sempat juga gue utarain kepada kalian semua, tapi godaan itu memang tak dapat gue tolak, dan benar saja ternyata gue ini tipe cow yang memang gak betah untuk hidup kesepian, jadi seperti inilah akhir dan jadinya gue sekarang, kalau mau tahu! dia sebenernya bukan orang baru kok bagi kita semua, kebetulan dia juga tumbuh dan besar dikota ini, sempat juga bersekolah di sekolah yang sama dengan kita semasa SMP dulu, walaupun mungkin gak akan ada sekarang dari kalian yang bakal mengenalinya, dan begitulah mungkin gue beruntung saja dapat mengenalnya lagi di tempat rantau
Beruk : Eh beneran! masak sih! sepertinya dulu gue gak pernah lihat deh?
Putri : Iya gue juga sama! gak pernah lihat
Nisa : Malah gue apa lagi, emang dia dulu asli dari kelas mana sih?
Gue : Kenapa gak kalian tanya langsung aja ke orangnya!
Vani : Baiklah! jadi kalian semua udah pada lupa ya? padahal sebaliknya gue sangat mengenal kalian semua, lo pasti Doni kan yang sering disapa Agri dengan Beruk, dan lo Putri, sedang lo Nisa, sebenarnya masih ada dua orang lagi yang gak turut hadir disini, tapi biar gue sebut saja nama mereka diantaranya Aning dan Astri, gue tau semuanya tentang kalian berlima, walau gue dulu memang gak pernah sempat sekelas dengan kalian, jadi perkenalkan lagi kalau gitu nama gue Vani, anak yang dulu sering kalian bully ketika beberapa kali pernah menyusup ke dalam kelas kalian dan menduduki bangkunya Agri
Beruk : Oh! jadi lo orang itu? si gadis kutu buku yang dulu pernah nulis surat cinta lo ke Agri di depan papan tulis kelas kita, tapi bagaimana bisa penampilan lo sekarang sangat berubah
Gue : Eh, bentar Ruk! emang pernah ada kejadian seperti itu ya dulu? kok gue gak pernah tau ya? dan lo emang beneran yakin bahwa si Vani ini yang udah lakuin itu?
Beruk : Kalau Vani yang dulu sih ya mungkin aja, karena gue dulu pernah suatu kali pergokin dia, jelas aja lah lo dulu gak tau! karena segera saja waktu itu tulisannya buru2 gue hapus sebelum kalian (gue, Aning dan Astri) dulu masuk dan melihatnya, btw Van jika lo beneran Vani yang waktu itu kenapa gue gak bisa ngenalin lo lagi ya? sumpah gue pangling, perubahan lo drastis banget!
Vani : Ya bener gue adalah anak itu Ruk! sekarang emang gue telah banyak berubah, karena gue udah mengenal yang namanya dandan, lagian gue ingin selalu terlihat cantik ketika di depan Agri
Putri : Eh tapi lo dulu kayaknya kaca mataan deh! bahkan tebel banget seinget gue, itu sekarang berarti lo pake soft lense ya?
Vani : Gak Put, gue gak pake gitu2an, mata gue normal aslinya dan gak ada min, kebetulan aja waktu itu memang gue banyak bergaul dengan anak2 kutu buku selama di sekolah, jadilah penampilan gue sedikit banyak terpengaruh dari mereka
Nisa : Terus sejak kapan kalian jadinya ketemu dan deket seperti sekarang?
Vani : Kalau sejak kapan? jawabnya mungkin masih belum lama Nis, baru itungan beberapa bulan ini aja, kita kebetulan ketemu secara gak sengaja di kost tempat Agri bekerja, kebetulanya gue punya saudara disana yang juga indekost, dan seperti itulah akhirnya kita jadi sering ketemu dan selanjutnya sepakat untuk memulai sebuah hubungan yang serius
Nisa : Jadi begitu? dan lo tau gak gimana rasanya jadi gue Van? setelah gue denger dari lo langsung bilang seperti itu? Sakit Van rasanya! setelah semua yang telah gue lakukan dulu untuk Agri, kenapa justru lo yang memiliki kesempatan itu? kenapa justru lo yang dia pilih? Gri lo masih hutang sebuah penjelasan ke gue, kali ini berikan gue jawaban yang bisa bikin gue puas! (rupanya Nisa belum bisa benar2 berubah, dia masih belum bisa mengikhlaskan gue)
Reoni itupun segera berakhir dengan berikutnya Nisa bergegas pamit pulang, kemudian disusul pula oleh lainya (Beruk dan Putri), hingga sekarang tinggal menyisakan gue dan Vani
Quote:
Vani : Jadi lo dulu pernah ada sesuatu juga sama Nisa?
Gue : Ada sesuatu gimana maksudnya? sumpah! kita cuman temen Van dan gak pernah lebih dari itu
Vani : Bohong! kok gue gak percaya! kalau gak ada apa2 antara kalian dulu, apakah wajar sikap yang tadi diperlihatkan oleh Nisa Gri! gue tuh heran! kenapa sih lo bisa anggap semua hal itu begitu biasa, sedang yang bagi kami kaum wanita itu adalah sebuah masalah yang sangat besar dan luar biasa, dimana2 wanita itu hanya selalu menuntut mendapat pengakuan Gri, tentang statusnya dalam menjalin hubungan, kenapa gue bisa tahu? ya karena gue juga sama2 seorang wanita, jadi gue sedikit mengerti perasaanya, selanjutnya gue minta jika lo telah sanggup memberi kepastian untuk gue, maka berikanlah juga kepastian yang sama untuknya, berilah dia jawaban yang dia butuhkan, itulah yang namanya adil
Gue : Tapi gue gak bisa melakukanya Van, sampai kapanpun gue gak akan bisa terima Nisa menjadi salah satu bagian dari kalian, gak akan mungkin terjadi seperti itu lagi, bagi gue Nisa hanya teman yang seterusnya akan tetap seperti itu, gue udah gak bisa lagi melakukanya seperti dulu Van, saat bersama Aning dan Astri, gue gak akan sanggup mengulangnya lagi, cukuplah hanya lo yang sekarang gue pilih dan menjadi satu2nya yang gue harapkan dalam hidup gue dan semoga gak akan ada lagi orang lain
Vani : Terima kasih! gue tau jawaban lo pasti akan seperti itu, tapi setidaknya apapun itu tetap sampaikanlah kepastian itu padanya, walaupun mungkin itu yang terburuk! dia tetap berhak untuk mengetahuinya, jangan terus membiarkanya terbelenggu pada harapannya kepadamu, jika lo memang tak menginginkanya maka lepaskan, berilah dia ketegasan jangan justru malah lo tarik ulur seakan masih memberinya perhatian, kadang kebenaran walaupun itu menyakitkan jauh akan lebih baik dari pada sebuah kebohongan untuk menutupi keraguan lo, dan lagi sebenernya apa sih yang masih lo harapkan darinya, jika lo memang ingin dia bahagia, jangan pernah biarkan dia hidup dalam bayang2 lo, dia juga berhak mendapatkan orang lain sebagai pilihanya
Gue : Gue takut jika gue mengatakan yang sebenernya gue akan kehilangan dia Van, gue takut kehilangan salah satu sahabat gue, yang dengan begitu dia akan terus membenci gue selamanya
Vani : Setidaknya itu akan lebih baik untuknya, dengan dia telah bisa mengetahui kebenaranya, dia kemudian akan berusaha mengikhlaskan lo, selanjutnya dia juga akan segera mencari kebahagiaanya dari orang lain, bukankah harusnya lo seneng? jadi apa yang buatmu sekarang gak rela bila Nisa jauh dari lo, lagipula apa yang sanggup lo janjikan padanya jika terus mengharapkan lo, sedang lo sendiri justru sudah menjanjikan sebuah kebahagiaan kepada orang lain
Gue : Baiklah gue mengerti Van, secepatnya gue akan menemuinya, (segera gue merogoh HP gue waktu itu dan mengirimkan sebuah pesan langsung kepada nomor HP Nisa, “Nis jika lo ada waktu sediain sedikit buat gue untuk kita bisa ketemu, gue ingin menjelelaskan sesuatu ke lo tentang kita” dan langsung mendapat balasan dari Nisa “Sekarang sampek jam 12 nanti gue free, datang aja gue tunggu, ajak juga sekalian Vani”)
Setelah mendapatkan kepastian waktu dari Nisa, buru2 gue segera menemuinya, planning gue hari itu mungkin setelah habis dari rumah Nisa, sempetin mampir dulu ke makam Aning dan selanjutnya meneruskan perjalanan ke Rumah Vani, gue berniat untuk menyelesaikan beberapa masalah yang memungkinkan menjadi penghambat rencana pernikahan gue nanti dengan Vani, salah satunya memastikan Nisa menerima jawaban yang dia minta, dan segera setelah gue dan Vani sampai di rumahnya, Nisa menerima kedatangan kita di halaman depan rumahnya
Quote:
Nisa : Disini aja gak pa2 ya? didalem lagi rame soalnya, sedang ada tamu
Gue : Yaudah gak pa2 Nis, disini aja kami juga udah cukup kok, lagi pula gue kesini hanya sekedar ingin menjelaskan suatu maksud, dan gak sedang ingin berlama2, mungkin langsung aja ya ke intinya! jadi begini Nis sebelumnya gue minta maaf jika telah …..(omongan gue segera di stop oleh Nisa)
Nisa : Gak ada yang perlu untuk lo jelasin lagi ke gue Gri! gue udah mengetahui apa maksud dan kedatangan kalian kesini, sebaliknya gue lah yang seharusnya minta maaf, gue yang selama ini telah salah dengan terus mengharapkan lo, gue yang terus saja berkeras kepala hingga tak mau menerima keputusan lo dulu, padahal telah berulang kali juga lo tolak, sekarang gue sadar Gri! bahwa tak selamanya gue bakal seperti ini, gue harus maju dan terus berusaha untuk secepatnya move on dari lo, jadi kepada siapapun lo nanti memilih dan memberikan sebuah kebahagiaan buat mereka, gue akan ikhlas memberi restuku untuknya, berikutnya gue juga sudah cukup bahwa hubungan kita hanya sebatas teman mulai sekarang, gue gak akan lagi meminta lebih dari itu, gue janji! gue sadar bahwa begitu banyak masalah dan kesulitan yang telah gue ciptakan untuk lo selama ini, dan sekarang gue akan benar2 mengakhirinya, gue gak ingin terus menjadi pengganggu dalam setiap hubungan lo
Gue : Terima kasih kepada lo Nis yang udah sekalinya mau mengerti, dengan begini gue tak perlu menyampaikanya lagi, apapun yang terjadi dulu antara kita, selama gue kenal deket dengan lo, sedang juga masalah yang udah pernah lo ciptakan dalam hidup gue, gak ada satupun yang bikin gue menyesal Nis, karena gue tau gak ada sedikitpun niatan buruk dari lo saat itu melakukanya, kecuali lo berbuat gitu untuk dan demi kebaikan gue, semoga selamanya kita masih berteman Nis, jadi jangan khawatir setelah ini gue akan melupakan lo juga sebaliknya, gue juga akan berdoa semoga lo segera mendapatkan jodoh yang tepat yang dapat membahagiakan lo
Nisa : Amin, dan tampaknya jodoh itu telah tiba di hari ini, mungkin jodoh yang tepat di saat yang tepat, mari gue perkenalkan ke kalian (mengajak gue masuk ke ruang tamu rumahnya, didalam gue lihat memang sedang diadakan pertemuan keluarga, beberapa gue kenali mereka sebagai keluarganya, ada juga sebuah keluarga yang waktu itu datang beserta anak laki2 mereka, yang mungkin tujuanya berniat melamar)
Gue : Jadi yang mana orang yang beruntung itu Nis?
Nisa : Itu yang orangnya putih, pake jas item, pake kaca mata oranye, dan rambutnya disemir kek bule, gimana ganteng gak?
Gue : Beneran yang itu, apa gak salah? mimpi apa lo semalem dapat orang korea
Nisa : Yakin lo mau denger? dan serius lo gak akan marah Gri! semalem gue ngimpi nginjek tai cicak yang ibaratnya itu elo, tapi habisan itu gue justru dapet kalung emas yang berarti dia
Gue : Kampret, gak enak banget peribahasa lo, gak ada yang bagusan dikit apa?
Nisa : Yah! kan lo udah janji ga bakal marah
Gue : Iye2 gue tau! yaudah karena berhubung maksud dan tujuan gue kemari sudah tersampaikan, mungkin sekarang gue mau pamit dulu ya, ada sebuah urusan yang ingin gue selesaikan, gue turut berdo’a semoga kalian bahagia, jangan lupa khabar2 kalau nanti bikin acara resepsi
Nisa : Iya pasti2 kalian tunggu aja, semoga kalian juga secepetnya nyusul, Van gue nitip Agri ya, beri apapun yang dia butuhkan, dan janji untuk gak tinggalin dia seperti yang telah sudah2
Vani : Siap Nis, pokoknya semua aman sama gue, bisa gue jamin