“ gujes gujes. . . gujes gujes. . . gujes gujes. . . “

suara kereta prameks yang kami naiki menjadi pengiring perjalanan pulang kami.
aku berdiri bersama mas pur, sedangkan para wanita duduk dikursi dengan mata terpejam.
shita duduk ditengah bersebelahan dengan dian, sedangkan disisi kanannya ada sheryl yang menyandarkan kepala di bahu kakaknya.
ardi tidur dengan nyaman dipangkuan shita, sedangkan kakinya menumpang di pangkuan dian.
sementara inka dan selvi duduk disebelah dian, juga dengan mata tertutup karena tak kuat menahan kantuk.

mas pur: “ berarti sebentar lagi nih yo “
aku: “ apanya? “
mas pur: “ kamu bakalan nikah “
aku: “ belum tau mas “
mas pur: “ kok belum tau? “
aku: “ aku masih kepingin kuliah, dan shita masih ingin menyenangkan orang tuanya “
mas pur: “ jangan lama lama “
aku: “ pinginnya si gitu, tapi aku sama sekali belum siap secara finansial “
mas pur: “ yaa, terserah kamu lah, toh kamu yang menjalani “
aku: “ kamu sek to mas, yang lebih tua “
mas pur: “ haha, , pandangan aja belum ada, kok mikir nikah “
aku: “ nyari pandangan, , , itu disebelah sana coba dipandang, , , ayu kok “
mas pur: “ bukan kaya begitu doel “
aku: “ hehehe, , iyo wes, ,mempersiapkan diri, , kerja yang mantep dulu, , “
mas pur: “ he’eh , bener “

kemudian aku dan mas pur kembali terdiam, terlarut dalam lamunan masing masing.
yang mungkin temanya sama.
yaitu tentang masa depan. . .


keesokan harinya, shita dan sheryl sudah harus kembali ke kota malang.
sebab, dua hari kemudian. shita sudah harus kembali ke jakarta.
mereka kembali menggunakan jasa angkutan kereta api.
dan pada malam itu, aku mengantarkan shita menggunakan sepeda motor.
sedangkan sheryl sudah terlebih dahulu berada didepan dengan diantar bapak.

shita: “ jangan kenceng2 dear, pelan aja, keretanya masih 30 menit lagi “
aku: “ iya, tapi jangan terlalu pelan juga, , “

dan aku sedikit memperlambat kecepatan sepeda motor.

shita: “ rasanya kok berat banget ya mau balik “
aku: “ ya tapi mau gimana lagi “
shita: “ kamu balik ke bangil kapan? “
aku: “ insyaAllah besok pagi naik kereta “
shita: “ berarti kamis bisa ke malang ya? “
aku: “ insyaAllah, aku usahain, kamu berangkat kamis siang kan? “
shita: “ iya “

shita mempererat pelukannya, kepalanya disandarkan dipunggungku.

shita: “ kemarin pas kita ke kebun binatang sama ardi, kok aku membayangkan sesuatu ya dear “
aku: “ tentang keluarga? “
shita: “ iya “
aku: “ sama, aku juga “

kemudian sesaat menjadi hening . . .

aku: “ dear, kamu yakin untuk menungguku? “
shita: “ yakin “ ( jawabannya mantap )
aku: “ berumah tangga itu bukan hal sepele lho “
shita: “ emang bukan, pele kan pemain bola “
aku: “ dear?? I’m serious “
shita: “ hehe, sorry “
aku: “ tolong sebutkan alasan kuat kenapa kamu begitu yakinnya padaku “
shita: “ karena kamu tiyo “

perasaanku langsung bercampur baur.
keyakinan shita kepadaku yang begitu besar membuatku bahagia,
namun disisi lain malah memberikan beban kepadaku.
pantaskah?
sifat dasarku yang kurang percaya diri muncul dan memenuhi kepala.
aku takut, ,
takut jika membuatnya kecewa. . .

akhirnya aku hanya diam.
hingga kemudian shita berbicara. .

shita: “ kamu kebiasaan deh, harus pede dong, semangat! “
aku: “ aku takut “
shita: “ takut apa? “
aku: “ aku takut mengecewakanmu. “

shita menarik nafas panjang, , ,

shita: “ kalau aku kecewa, aku nggak akan datang kesini dear, , “

seketika aku tersadar oleh kata2nya.
seorang wanita, yang rumahnya nun jauh di kota sana, sampai datang ketempatku di desa.
berinisiatif membuka komunikasi dengan bapak ibu.
menenangkan dan menjadikanku prioritas. . .
betapa aku meremehkan usahanya dengan pertanyaanku tadi.
detik itu juga, hatiku sudah sepenuhnya jatuh cinta kepada shita. .

aku: “ maaf dear, aku juga yakin, , , bantu aku dengan doa ya, agar apa yang menjadi tujuan bisa terlaksana “
shita: “ naah, gitu doong, ,, optimis hehe, , aku selalu mendoakan pria ini, agar dia segera mencapai tujuannya, dan segera melamar gadis yang selalu memberikan semangat “

shita berkata “ pria ini “ sambil mencubit pipi kanan dan kiriku.

shita: “ senyum dong “

aku jadi tersenyum dan merasa bersemangat oleh motivasinya.
betapa beruntungnya aku memiliki shita saat ini.
seorang wanita hebat yang bisa mengisi sisi lemah dari diriku.
semangat!!!!

==

kami sudah berada distasiun, ,
dan tak lama, kereta yang akan membawa shita pulang sudah datang dari arah barat.
setelah kereta berhenti, aku membawakan tas dan kardus oleh oleh yang ibu siapkan untuk keluarga shita.
sedangkan bapak membawakan tas milik shita & sheryl.
walau sebenarnya shita menolak dibawakan.

aku menyusun barang bawaan dibagasi atas. kemudian kurapikan agar mudah ketika menurunkan.
sheryl dan shita mencium tangan bapak, kemudian bapak turun.
sekali lagi seperti ketika aku melepas shita dulu, kucium cincin di jari tangan kirinya.
dan shita membalasnya dengan tanganku, untuk pertama kalinya. .

aku: “ hati hati ya dear, sher, jangan teledor, , jaketnya dipake “
sheryl: “ iya mas, , makasih ya, , salam buat dian, nanti kapan2 dian diajak ke malang, hehe “
aku: “ insyaAllah, , , ya udah, aku turun dulu “
shita: “ makasih dear, sampaikan maafku karena merepotkan bapak & ibu “
aku: “ iya, , see ya sayang, salam buat ayah mamah “
shita & sheryl: “ iya mas “

aku turun, dan tak lama kereta berjalan meninggalkan stasiun.
setelah tak kulihat lagi wajah mereka, aku keluar dan pulang.

==

keesokan harinya giliran aku yang berpamitan untuk kembali ke tanah rantau.
rasanya libur yang tidak sampai seminggu ini amat sangat kurang.
rindu setahun tidak pulang harus tuntas dilepaskan dalam lima hari saja.
ardi masih nempel dipunggungku, belum mau diturunkan, ,
dia masih kangen berat kepada kakaknya.
namun setelah dibujuk oleh ibu, ardi mau turun dan bersalaman denganku walau dengan wajah cemberut.

aku memeluk ibu dan bapak sebelum berangkat.
aku berterimakasih kepada beliau berdua karena sudah menyambut shita dengan baik kemarin.
bapak berkata jika memang sudah seharusnya begitu,
karena ayah dan mamah shita juga memperlakukanku dengan baik.
teruslah menebar kebaikan karena kita tak pernah tau apa yang akan kita tuai kelak.
tetap rendah hati dan memberikan hormat kepada orang orang disekitarmu.
termasuk orang2 yang membencimu.

dalam hal ini aku langsung teringat kepada rendi dan pak ari, ,
dua orang yang memperlakukanku dengan buruk walau aku merasa tidak memiliki salah kepada mereka.
mungkin aku memang belum cukup dewasa untuk menerapkan nasihat bapak sepenuhnya.
sekali lagi kupeluk beliau berdua, , untuk melepaskan rindu yang masih mengganjal.
mungkin terdengar melankolis, namun mataku berkaca kaca karenanya. .

aahh, , , benarlah memang sajak yang berkata

“ wahai pemuda, merantaulah, agar engkau tau apa itu rindu,
merantaulah, , agar engkau tau alasan engkau pulang, ,
merantaulah, , agar engkau merasa betapa berharganya tiap detik waktu untuk keluargamu “
dan merantaulah, , , agar tumbuh cinta yang belum pernah kau rasakan sebelumnya,
cinta kepada kampung halaman, ,
dan cinta kepada mereka yang engkau tinggalkan “

(unknow)

( bersambung )