- Beranda
- Stories from the Heart
Seperti Air Mengalir
...
TS
haihana
Seperti Air Mengalir
Gue memandang buku berwarna hitam dalam pangkuan tanggan gue, melihat selembar demi lembar isinya dan sesekali tersenyum.
gue seakan kembali ke 10 tahun yang lalu, saat masih berseragam putih abu dan mengulang masa remaja gue seperti dalam gambar di buku ini. gambar sekumpulan laki-laki dan perempuan berfoto dengan tema tahun 80an. "Teko ajaib bawa gue kembali ke masa itu dong"
***
nama gue Raka, gue anak pecicilan yang agak melankolis, gue suka gambar dan yang paling penting gue suka makan dan tidur.hehe..
segitu aja deh ntar kalo kepanjangan pada suka sama gue berabe. anyway selamat baca ya.
***
gue seakan kembali ke 10 tahun yang lalu, saat masih berseragam putih abu dan mengulang masa remaja gue seperti dalam gambar di buku ini. gambar sekumpulan laki-laki dan perempuan berfoto dengan tema tahun 80an. "Teko ajaib bawa gue kembali ke masa itu dong"
***
nama gue Raka, gue anak pecicilan yang agak melankolis, gue suka gambar dan yang paling penting gue suka makan dan tidur.hehe..
segitu aja deh ntar kalo kepanjangan pada suka sama gue berabe. anyway selamat baca ya.
***
Quote:
Spoiler for Index:
Diubah oleh haihana 21-05-2017 18:05
Nankendra dan 2 lainnya memberi reputasi
3
15.9K
99
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
haihana
#94
Duapuluh empat
Waktu menunjukan pukul 23.30 waktu indonesia bagian kota gue. Gue sudah siap dengan jaket hoddie dan long jeans yang terdapat sobekan sepanjang 10 cm di lutut kanan dan kiri gue. Kaki gue pun sudah di balut dengan sepatu vans belel yang juga sudah sedikt sobek di beberapa bagian sisinya.
" Vin, buruan anterin gue, si raras udah nungguin ini laptopnya" ucap gue mengajak vino yang lagi selonjoran di sofa rumah gue.
Hari ini geng komplek emang lagi pada kumpul di rumah gue. Gue lagi ngegarap video event perpisahan sekolah Vino yang akan di jadikan souvenir saat acara prom night nanti. Gue yang hanya punya komputer butut akhirnya minjem laptop temen sekolah gue demi uang saku tambahan dari hasil video sekolah vino ini.
Dengan malas-malasan Vino lalu meraih kunci motornya
" Ayo buruan biar cepet balik lagi!" ucap Vino tanpa melihat gue.
Gue lalu bergegas mengikuti Vino sambil menenteng tas gendong berisi laptopnya Raras.
Baru Vino menyalakan motor, Mama keluar dari rumah masih dengan daster favoritnya
" Mau kemana Ka udah malem gini? " tanya Mama
" Ke rumah raras mah, mau balikin laptop" jawab gue
" Raka pamit dulu ya" ucap gue lagi sambil meraih tangan mama untuk dicium
" Besok pagi aja ke rumah raras nya nak, perasaan mama ga enak. lagian udah malem gini juga ga sopan bertamu malam-malam" ucap mama lagi
" Ga akan apa-apa ko ma, udah janjian sama rarasnya. dia mau pake laptopnya soalnya ada presentasi besok" ucap gue mengabaikan mama
" Raka pergi ya ma. Asalamualaikum" ucap gue lagi sambil ngeloyor meninggalkan mama naik ke atas motornya vino.
Langit malam terlihat mendung, ga ada satu pun bintang yang bersinar, bulan pun hanya terlihat samar-samar. Udara tengah malam ini terasa dingin menusuk kulit, gue mengabaikan rasa tidak enak yang sejak berangkat tadi memenuhi pikiran gue. Gue terus berpikir kalau itu hanya pikiran gue yang berlebihan.
Gue dan Vino melewati rute ke arah jalan besar yang memang sudah sepi karena ini sudah tengah malam. Vino terus memacu motor sampai saat hendak naik flyover sebuah motor lain menyusul kami dengan cukup kencang lalu mulai memperlihatkan gelagat tidak baik dengan mepet-mepet menyerempet motor yang gue dan vino naiki.
Vino memacu motor lebih kencang menaiki jalanan fly over yang sepi. Sayang motor tadi terus mengejar kami sampai akhirnya kami berdua ambruk di jalanan karena ulah mereka yang berhasil membuat Vino yang tengah memacu kendaraan dengan kencang oleng.
" Serahin barang berharga kalian!" ucap seorang laki-laki yang kini berada di hadapan gue dan Vino.
Wajah lelaki itu dan kedua temannya tidak terlihat karna memakai penutup wajah. Hanya saja rambut panjangnya terlihat menyembul dari balik bahan kain yang dia gunakan untuk menutupinya. Badannya tinggi besar dengan beberapa tato yang terlihat menghiasi sebagian punggung tangannya. Tanggannya yang kekar terlihat membawa sebuah senjata tajam.
Vino yang lututnya terluka tertimpa motor saat terjatuh tadi tidak bisa apa-apa dan hanya mengeluarkan jam tangan dan dompetnya, sedang gue hanya diam memandang lelaki tadi sambil berpikir mencari cara untuk melawannya.
Jalanan malam itu benar-benar sepi, tidak ada satu pun kendaraan yang melintasi jalan. Gue terus berpikir mencari celah untuk menjatuhkan senjata tajam ditangan si lelaki.
" Heh ga dengerin lu kata gua? sini serahin barang berharga elu atau elu sama temen lu itu gua abisin!" ancam si lelaki itu lagi sambil menunjuk ke arah Vino.
Gue berjalan sedikit mendekat, meletakan tas berisi laptop raras, membuka helm yang gue pakai, berpura-pura meletakannya di jalan lalu secepat kilat gue ayunkan helm itu ke perut si lelaki sekuat tenaga gue sampai senjata tajam yang dia bawa terpelanting jatuh. Gue menerjang menendang-nendang si lelaki yang tengah kesakitan dengan membabi buta dan itu lah kesalahan fatal yang gue lakukan,
gue tidak memperhatikan temannya yang sekarang berdiri di belakang gue dan menendang gue hingga gue terhunyung-hunyung hilang keseimbangan.
BUGHHH..BUGHH..BUGHHH..BRAKK
Tenaganya kuat sekali, gue mulai kehabisan tenaga untuk bertahan dari serangan pukulannya yang masuk ke titik-titik kunci. Rupanya lelaki ini ga hanya sekedar preman biasa. Dia punya basic bela diri. Gue terjatuh ke aspal kehabisan tenaga lalu si lelaki itu mulai memunguti barang-barang berharga kami yang telah sebelumnya tergeletak di jalan. Gue yang masih berjiwa muda ga bisa terima lalu mulai bangkit dan menerjang lagi si lelaki dengan kepala gue, dan itu cukup membuat dia oleng.
Gue mengerahkan sisa tenaga gue untuk melawan sampai akhirnya si lelaki mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya dan kejadian itu terjadi begitu saja.
" RAKAAAAA!!!"
Gue menyerah, gue berhenti melawan setelah kepala gue bersimbah darah terkena sabetan kampak yang lelaki itu bawa. Lalu Vino yang terluka kakinya menghambur ke arah gue. Si lelaki tadi dan temannya mengambil barang-barang kami dan cepat pergi meninggalkan kami.
***
Waktu menunjukan pukul 23.30 waktu indonesia bagian kota gue. Gue sudah siap dengan jaket hoddie dan long jeans yang terdapat sobekan sepanjang 10 cm di lutut kanan dan kiri gue. Kaki gue pun sudah di balut dengan sepatu vans belel yang juga sudah sedikt sobek di beberapa bagian sisinya.
" Vin, buruan anterin gue, si raras udah nungguin ini laptopnya" ucap gue mengajak vino yang lagi selonjoran di sofa rumah gue.
Hari ini geng komplek emang lagi pada kumpul di rumah gue. Gue lagi ngegarap video event perpisahan sekolah Vino yang akan di jadikan souvenir saat acara prom night nanti. Gue yang hanya punya komputer butut akhirnya minjem laptop temen sekolah gue demi uang saku tambahan dari hasil video sekolah vino ini.
Dengan malas-malasan Vino lalu meraih kunci motornya
" Ayo buruan biar cepet balik lagi!" ucap Vino tanpa melihat gue.
Gue lalu bergegas mengikuti Vino sambil menenteng tas gendong berisi laptopnya Raras.
Baru Vino menyalakan motor, Mama keluar dari rumah masih dengan daster favoritnya
" Mau kemana Ka udah malem gini? " tanya Mama
" Ke rumah raras mah, mau balikin laptop" jawab gue
" Raka pamit dulu ya" ucap gue lagi sambil meraih tangan mama untuk dicium
" Besok pagi aja ke rumah raras nya nak, perasaan mama ga enak. lagian udah malem gini juga ga sopan bertamu malam-malam" ucap mama lagi
" Ga akan apa-apa ko ma, udah janjian sama rarasnya. dia mau pake laptopnya soalnya ada presentasi besok" ucap gue mengabaikan mama
" Raka pergi ya ma. Asalamualaikum" ucap gue lagi sambil ngeloyor meninggalkan mama naik ke atas motornya vino.
Langit malam terlihat mendung, ga ada satu pun bintang yang bersinar, bulan pun hanya terlihat samar-samar. Udara tengah malam ini terasa dingin menusuk kulit, gue mengabaikan rasa tidak enak yang sejak berangkat tadi memenuhi pikiran gue. Gue terus berpikir kalau itu hanya pikiran gue yang berlebihan.
Gue dan Vino melewati rute ke arah jalan besar yang memang sudah sepi karena ini sudah tengah malam. Vino terus memacu motor sampai saat hendak naik flyover sebuah motor lain menyusul kami dengan cukup kencang lalu mulai memperlihatkan gelagat tidak baik dengan mepet-mepet menyerempet motor yang gue dan vino naiki.
Vino memacu motor lebih kencang menaiki jalanan fly over yang sepi. Sayang motor tadi terus mengejar kami sampai akhirnya kami berdua ambruk di jalanan karena ulah mereka yang berhasil membuat Vino yang tengah memacu kendaraan dengan kencang oleng.
" Serahin barang berharga kalian!" ucap seorang laki-laki yang kini berada di hadapan gue dan Vino.
Wajah lelaki itu dan kedua temannya tidak terlihat karna memakai penutup wajah. Hanya saja rambut panjangnya terlihat menyembul dari balik bahan kain yang dia gunakan untuk menutupinya. Badannya tinggi besar dengan beberapa tato yang terlihat menghiasi sebagian punggung tangannya. Tanggannya yang kekar terlihat membawa sebuah senjata tajam.
Vino yang lututnya terluka tertimpa motor saat terjatuh tadi tidak bisa apa-apa dan hanya mengeluarkan jam tangan dan dompetnya, sedang gue hanya diam memandang lelaki tadi sambil berpikir mencari cara untuk melawannya.
Jalanan malam itu benar-benar sepi, tidak ada satu pun kendaraan yang melintasi jalan. Gue terus berpikir mencari celah untuk menjatuhkan senjata tajam ditangan si lelaki.
" Heh ga dengerin lu kata gua? sini serahin barang berharga elu atau elu sama temen lu itu gua abisin!" ancam si lelaki itu lagi sambil menunjuk ke arah Vino.
Gue berjalan sedikit mendekat, meletakan tas berisi laptop raras, membuka helm yang gue pakai, berpura-pura meletakannya di jalan lalu secepat kilat gue ayunkan helm itu ke perut si lelaki sekuat tenaga gue sampai senjata tajam yang dia bawa terpelanting jatuh. Gue menerjang menendang-nendang si lelaki yang tengah kesakitan dengan membabi buta dan itu lah kesalahan fatal yang gue lakukan,
gue tidak memperhatikan temannya yang sekarang berdiri di belakang gue dan menendang gue hingga gue terhunyung-hunyung hilang keseimbangan.
BUGHHH..BUGHH..BUGHHH..BRAKK
Tenaganya kuat sekali, gue mulai kehabisan tenaga untuk bertahan dari serangan pukulannya yang masuk ke titik-titik kunci. Rupanya lelaki ini ga hanya sekedar preman biasa. Dia punya basic bela diri. Gue terjatuh ke aspal kehabisan tenaga lalu si lelaki itu mulai memunguti barang-barang berharga kami yang telah sebelumnya tergeletak di jalan. Gue yang masih berjiwa muda ga bisa terima lalu mulai bangkit dan menerjang lagi si lelaki dengan kepala gue, dan itu cukup membuat dia oleng.
Gue mengerahkan sisa tenaga gue untuk melawan sampai akhirnya si lelaki mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya dan kejadian itu terjadi begitu saja.
" RAKAAAAA!!!"
Gue menyerah, gue berhenti melawan setelah kepala gue bersimbah darah terkena sabetan kampak yang lelaki itu bawa. Lalu Vino yang terluka kakinya menghambur ke arah gue. Si lelaki tadi dan temannya mengambil barang-barang kami dan cepat pergi meninggalkan kami.
***
0
