- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] Saat Senja Tiba
...
TS
gridseeker
[TAMAT] Saat Senja Tiba
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 333 suara
Siapa tokoh yang menurut agan paling layak dibenci / nyebelin ?
Wulan
20%
Shela
9%
Vino (TS)
71%
Diubah oleh gridseeker 04-07-2017 19:00
afrizal7209787 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
1.4M
5.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
gridseeker
#4632
Part 104
"Nyesel aku ngajak kamu kesini, bikin masalah aja. Apalagi sikap kamu kemaren pas di rumahku, malu-maluin tau nggak ?! " kata Putri dengan nada ketus.
“Iya, iya aku tau aku salah Put, tapi please, bantu aku dong… “ kataku dengan nada memohon.
Putri nggak menjawab, lalu mengambil HP-nya yang ada di meja lalu meng-scrolling layarnya keatas seperti sedang mencari kontak seseorang.
“Kamu mau telpon siapa, Put ? Shela ? “ tanyaku.
“Emang kamu pikir siapa ? “ tanya Putri sambil menempelkan HP-nya ke telinganya.
“Tapi ngapain kamu telpon dia ? Kan dia sama Vino udah… “
“Kamu ini mau dibantu nggak sih ?! “ bentak Putri sambil menjauhkan HP dari telinganya.
“I..iya, sorry. “ jawabku.
“Makanya nurut !! “ kata Putri ketus sambil menempelkan kembali HP-nya ke telinganya. Aku pun cuma diem aja.
“Halo…. “
“Halo.. Mbak Shela. “
“…………………….. “
“Maaf ya mbak kalau aku nganggu kamu. Kamu ada waktu kan ? “
“…………………….. “
“Aku juga ikut sedih mbak atas kejadian yang menimpa kalian semalem. Padahal kalian waktu datang ke rumah baik-baik aja, kok tiba-tiba bisa seperti itu. “
“…………………….. “
“Iya aku tahu mbak, cuma aku juga merasa bersalah, soalnya secara nggak langsung aku kan jadi penyebab kalian putus. Apalagi Wulan itu temenku dan gara-gara dia kalian jadi seperti ini. “ kata Putri sambil melirik ke arahku dengan tatapan sinis.
“…………………….. “
“Yaaa tapi kalo boleh milih sih, aku milih ngajak kamu daripada dia. “ kata Putri ketawa dan lagi-lagi sambil melirik sinis ke aku. Aku cuma diem aja dengan perasaan dongkol. Ish.. Putri nggak henti-hentinya mojokin aku.
“…………………….. “
“Bener juga ya mbak… “ kata Putri sambil ketawa lagi. Sepertinya mereka akrab banget dan aku yakin pasti mereka lagi ngomongin aku, ah dasar cewek labil, lagian ngapain juga sih Putri pake nelpon dia.
“Oh ya mbak, hari ini kamu ada acara ? “ tanya Putri.
“…………………….. “
“Gimana kalo kita ketemuan ? Bukannya apa-apa, aku cuma pengen ngobrol aja sama kamu. “
“…………………….. “
“Ya nggak apa-apa keles, kan jarak villa ke kota nggak jauh, naik mobil cuma sejam kok. “
“…………………….. “
“Sekarang jam setengah delapan… “ kata Putri sambil melihat jam tangannya.
“…………………….. “
“Oke, oke, jam setengah sepuluh kita ketemuan di depan mall ya. Nanti terserah kamu mau ke café atau kemana aku sih nurut aja. “ kata Putri.
Ternyata bener dugaanku, Putri ngajak ketemuan sama cewek labil itu. Ke mall lagi, dasar cewek labil, kalo nggak ke mall, ke café. Bener-bener tipe cewek ABG yang demen buang-buang duwit.
“Oke Mbak Shel, setengah sepuluh di depan mall ya. Ntar kalo aku udah berangkat aku BBM kamu. “
“…………………….. “
“Daaa… “ kata Putri sambil menutup panggilan di HP-nya. Setelah selesai menelpon sahabat tercintanya itu, Putri lalu menatapku, lagi-lagi dengan pandangan sinis.
“Sekarang kamu cepetan mandi dan siap-siap, kita jam delapan berangkat ke kota. Cuma kita berdua, nggak usah ngajak Citra. “ kata Putri dengan nada tegas.
“Beneran nih ketemuan sama Shela ? “ tanyaku memastikan.
“Ya iyalah, kenapa ? Kamu takut ketemu dia ? “ tanya Putri dengan nada menyelidik.
“Bukan takut sih, cuma… “
“Cuma apa ? “ tanya Putri lagi.
“Ya aku cuma bingung aja Put mau ngomong apa di depan dia. Selama ini kan kami musuhan dan selalu berantem kalo ketemu. “ jawabku.
“Bukannya kamu sendiri yang selalu cari gara-gara sama dia ? Nggak usah bantah, aku liat sendiri kok !! “ kata Putri sambil menuding ke wajahku.
“Atau kamu takut ketemu Shela ? “ tanya Putri dengan tatapan penuh arti.
“Idih, ngapain juga takut sama dia ? “ aku bertanya balik.
“Ya udah sana mandi terus siap-siap !! “ jawab Putri dengan nada ketus.
Dengan perasaan kesal sambil bergegas menuju ke kamar untuk mengambil handuk dan perlengkapan mandi. Sebel !! Nggak hanya Vino, bahkan Putri sekarang terang-terangan membela cewek labil itu di depanku, yang jelas-jelas temennya sendiri yang udah saling kenal sejak semester 1.
Setelah mandi dan ganti baju aku kembali ke ruang tamu. Aku lihat Vino masih duduk sambil nonton film di TV, sedangkan Putri lagi ngobrol dengan Aldo di ruang makan, yang kemudian memberikan kunci mobil ke Putri. Aldo udah pakai kaos dan celana cargo selutut, berarti temen-temen yang lain juga udah selesai berenang.
"Rapi banget, mau kemana Lan ? " sapa Citra tiba-tiba.
Aku memandangi Citra yang kali ini pake tanktop warna hijau dan hotpants super pendek sambil mengelap rambutnya pake handuk. Astaga ini cewek kayaknya urat malunya udah putus kali ya pake baju minim kayak gini kemana-mana.
"Heh, kok kamu pake baju kayak gini sih ? Nggak malu apa ? " tanyaku dengan nada ketus.
"Ih ngapain malu, aku kan nggak telanjang. " jawab Citra sekenanya sambil tetap mengelap rambutnya pake handuk.
"Lagian kan ntar pada mau jalan-jalan ke pantai, masa pake kemeja sama celana jeans. " kata Citra lagi.
"Lho kan habis pada renang, masa mau ke pantai ? " tanyaku.
"Emang kenapa ? Kalo nggak sekarang mah kapan lagi, say ? " tanya Citra.
"Lagipula aku sih pede aja keles pake baju kayak gini soalnya bodyku kan langsing. Nggak kayak kamu, gembrot. " kata Citra lagi dengan nada mengejek.
"Eh apa kamu bilang ?! Aku nggak gembrot tau !! " jawabku nggak mau kalah.
"Yeee yeee gembrot, gembrot ... " ledek Citra sambil menjulurkan lidah.
Aku pun cuma diem nggak membalas ejekan Citra, soalnya percuma juga sih meladeni cewek sableng macam dia. Meskipun hati dongkol setengah mati.
"Cit !! " tiba-tiba Putri memanggil dan menghampiri Citra yang mau naik ke lantai dua.
"Ada apa Put ? " jawab Citra. Aku pun ikut menghampiri Citra, aku harus memastikan kalau si reseh ini nggak ikut ke kota.
"Gini Cit, aku sama Wulan mau pergi ke kota ada keperluan, kamu sementara disini ya jagain Vino. " kata Putri.
"Apa ? Di sini ? Berdua sama Vino ? " tanya Citra dengan nada kaget.
"Iya lah, sapa lagi. Kan lainnya pada ke pantai. " jawab Putri.
"Kok gitu sih, aaah... nggak nggak nggak !! " jawab Citra cepat.
"Kenapa nggak Wulan aja yang jagain Vino, terus kamu perginya sama aku ? " kata Citra lagi.
"Ya nggak bisa lah, soalnya aku perlunya emang sama Wulan. " jawab Putri.
"Emang kalian ke kota mau ngapain sih kok kayaknya penting banget ? " tanya Citra.
"Aku ada sedikit masalah yang agak urgen, ntar aku ceritain deh. " kataku ke Citra.
"Ahaa.... aku tahu, kamu udah telat beberapa minggu kan, dan sekarang pasti kamu mau nyari dokter kenalannya papanya Putri ? " tanya Citra dengan nada meledek.
"Eeehhh... jangan ngomong sembarangan ya ?! Siapa yang kamu bilang telat hah ? Jangan-jangan itu kamu sendiri ?! " aku jelas emosi mendengar kata-kata Citra tapi dianya malah cengengesan.
"Udah udah ini kok malah pada ribut !! " potong Putri tiba-tiba.
Aku memandang Citra dengan perasaan dongkol banget, tapi Citra masih aja pasang senyum mengejek. Emang cewek satu ini susah banget kalau diajak serius dan kadang kalau ngomong nggak pake mikir.
"Tolonglah Cit, kamu jaga Vino sebentar aja, kami paling pergi cuma beberapa jam. Nggak lama kok. " bujuk Putri.
"Ck.. ahh... iya iyaa... " jawab Citra dengan nada ogah-ogahan.
"Put, mending Vino ikut aja ke pantai, biar dia fresh menghirup uadara segar dan banyak temen-temen disana. " kataku ke Putri.
"Nah ide bagus tuh. " jawab Citra dengan antusias.
"Nggak !! Enak aja !! Pokoknya Vino nggak boleh kemana-mana. Kalo dia kalian ajak ke pantai ntar pada kelupaan ngawasin kan malah berabe. Takutnya kalo liat laut dia bisa nekat. " kata Putri. Bener juga sih, meski rada berlebihan namun aku setuju toh demi kebaikan Vino juga.
"Nggak mungkin lah, cuma ngawasin doang kan ? Kan tinggal ... " jawab Citra.
"Enggak !! Aku bilang NGGAK !! Vino tetap di sini !! Aku nggak mau ambil resiko. " kata Putri dengan nada tegas. Dan seperti biasa, kalo Putri udah bilang nggak, kami nggak bisa membantahnya.
"As you wish, boss. " jawab Citra dengan muka cemberut.
"Sipp, makasih ya Cit. Ntar kami beliin oleh-oleh deh. Kami berangkat dulu ya. " kata Putri dengan riang. Citra nggak menjawab, dan tetap pasang muka bete.
"Inget ya, Vino jangan kamu ajak berbuat yang macem-macem. " kataku sambil menuding hidungnya Citra.
"Tenang aja say. Aku akan jaga dia baik-baik. I won't do anything stupid. " jawab Citra sambil bersedekap.
"Stupid stupid... kamu tuh yang stupid !! " jawabku ketus sambil menyusul Putri menuju mobilnya Aldo. Citra cuma ketawa mendengar jawabanku.
Mobilpun mulai melaju meninggalkan villa menyusuri jalanan pedesaan. Dalam hati aku gelisah juga kalo Vino harus berdua sama Citra. Apalagi Citra selain selengekan, juga rada ganjen kalo sama cowok.
“Put, kamu yakin ninggal Vino sama Citra ? “ tanyaku ke Putri
“Lantas siapa lagi Lan ? Yang lumayan kenal sama Vino selain aku dan kamu kan cuma Citra. “ jawab Putri sambil menyetir mobil.
“Iya tapi… Citra aja orangnya kayak gitu. Takutnya… “
“Udah nggak usah kuatir lah. Emang Citra orangnya rada selengekan, makanya aku suruh jagain Vino. Ya siapa tahu dengan sikapnya, dia bisa menghibur Vino. “ jawab Putri meyakinkan.
Masalahnya bukan itu. Aku masih ingat kata-kata Citra semalem, apalagi dia bilang soal Vino yang pernah main ke kosannya. Saat kutanya dia cuma ketawa nggak jelas. Aku curiga ada sesuatu yang nggak beres antara Vino dan Citra. Aku kenal baik Citra, dia emang rada sableng, tapi dia nggak pernah membual. Dan aku yakin kalo mereka dulu pernah berbuat macam-macam, pasti yang ngajak Citra. Ah sudahlah, bikin pusing aja, sekarang yang harus aku pikirkan gimana cara menghadapi Shela.
Sepanjang perjalanan ke kota aku dan Putri cuma diem sambil sesekali berkata sepatah dua patah. Aku yakin Putri masih marah padaku karena masalah Vino dan Shela ini. Udah entah datang dari mana tiba-tiba dia ngerebut Vino, sekarang malah bikin temen baikku musuhin aku. Bener-bener sosok penganggu yang menyebalkan, aku nggak henti-hentinya menggerutu dalam hati.
Mobil kami akhirnya sampai di kota dan sekitar jam setengah sepuluh sampailah di mall yang dituju. Kami lalu turun dari mobil dan Putri langsung ngecek HP lalu menelpon sahabat barunya tersebut.
“Halo Mbak Shel… “ kata Putri sambil berjalan menuju pintu keluar basement.
“……………………………….”
“Oh kamu udah sampai ? “
“……………………………….”
“Oke tunggu ya mbak. Aku udah di basement kok. “ kata Putri lalu menutup panggilan HP-nya.
“Kamu nggak bilang kalau datang sama aku Put ? “ tanyaku.
“Ya jelas nggak keles. Kalau dia tahu aku sama kamu, mana mau dia aku ajak ketemuan. “ jawab Putri.
“Aku aja kalo di posisi Shela juga gak bakal sudi ketemu kamu. “ kata Putri lagi dan aku cuma bisa diem menerima semua cacian Putri.
“Inget ya, ntar kalo kita ketemu Shela, aku minta kamu diem. Inget ya, DIEM !! Biar aku yang mulai ngomong. “ kata Putri ketus sambil menuding aku.
“Iya !! “ jawabku singkat dengan perasaan kesel setengah mati.
"Setelah itu semuanya tergantung pada kamu. Apakah kamu emang mau menolong Vino apa mau mempertahankan egomu, aku serahkan ke kamu. " kata Putri.
"Ya aku sih pengennya nolong Vino, tapi harus ngomong gimana dong, Put ? Kamu sejak tadi ngomongnya kok nggak jelas. " jawabku.
"Kamu masih belum paham juga ?! Aku tekankan sekali lagi yah, kalo kamu emang mau nolong Vino, jalan satu-satunya kamu harus minta maaf ke Shela, dan bujuk dia agar mau balik sama Vino. " kata Putri sambil menatap aku.
"Iya aku tahu Put, cuma aku nggak yakin Shela mau soalnya kan seperti yang udah aku ceritakan kemaren, aku dan Vino ... " aku tetap berusaha mengelak.
"Hasil akhirnya tergantung Shela-nya sendiri, tapi yang penting kamu udah berusaha minta maaf sama orang yang telah kamu sakiti. " kata Putri.
"Dan sebuah kenyataan yang harus kamu terima adalah, yang dibutuhkan Vino sekarang adalah kehadiran Shela, bukan kamu. Camkan itu. " lanjut Putri dengan nada serius.
Ish.. minta maaf ke cewek labil itu ? Astaga, najis bener dah, tapi aku jelas nggak berani membantah Putri, selain nggak pengen Putri marah lagi, kata-kata Putri emang ada benernya, sepertinya hanya kehadiran Shela yang bisa menolong Vino dari kondisinya sekarang. Menyakitkan memang, tapi itu kenyataan yang harus aku terima.
Setelah masuk ke mall yang masih sepi karena baru aja dibuka, kami berjalan menuju ke lantai dua dimana café yang jadi tempat pertemuan kami berada. Dan bener aja, di café yang masih sepi tersebut aku lihat di corner bench duduk seorang cewek pakai jaket jeans biru, jaket yang dipakainya saat pesta ulang tahunnya Putri minggu lalu. Sebuah momen dimana aku mulai merasakan kebencian yang luar biasa pada seorang cewek bernama Shela, yang udah merebut Vino dariku.
Saat melihatku berjalan dibelakangnya Putri, wajahnya yang tadi ceria mendadak berubah. Dan akupun cuma melengos karena aku juga nggak sudi bertatap muka lama-lama dengannya.
“Ini apa-apaan, mbak ? Kenapa kamu ngajak Mbak Wulan ke sini ? “ tanya Shela dengan nada ketus ke Putri. Dia beranjak berdiri dari kursinya.
“Iya Mbak Shel, tolong sabar dulu, aku ngajak dia… “
“Kamu ngapain kesini mbak ? Mau ngejek aku lagi ? Puas kamu sekarang ? PUAS ?! “ tanya Shela ke arahku dengan nada tinggi. Melihat Shela langsung nyolot kontan aja aku langsung meradang.
“Iya aku puas banget !! SANGAT PUAS SEKALI !! “ aku pun menjawab juga nggak kalah emosi.
"Eh udah udah ... kalian jangan bertengkar. Lan, kamu tolong diem dulu... " kata Putri ke aku.
"Dia yang mulai sih !! " jawabku sambil menuding ke Shela.
"DIEM !! Bisa diem nggak ?! " Putri malah makin ketus ke aku.
Aku pun diem sambil membuang muka. Tuh kan kelihatan banget kalo Putri emang berat sebelah, Shela yang mulai ngajak ribut, kok malah akunya yang disalahin.
"Mbak Shela, tolong jangan emosi dulu, justru aku membawa Wulan kemari agar masalah antara kamu, Wulan dan Vino segera kelar. " kata Putri ke Shela.
"Masalah apa ? Emang dia sama Vino udah kelar kok. “ jawabku pelan tapi sinis.
“Bisa diem nggak sih kamu, Lan ?! “ Putri makin keras ngebentak aku, dan aku lagi-lagi cuma diem sambil melengos.
“Lebih baik aku pergi aja Mbak Putri, permisi… “ kata Shela sambil beranjak pergi, namun Putri langsung memegang lengannya.
“Mbak Shela, tunggu sebentar, mbak. Ini demi Vino… “ kata Putri sambil tetap memegang lengan Shela.
“Vino sama aku udah nggak ada hubungan apa-apa, mbak. Jadi nggak usah sebut-sebut dia lagi. “ jawab Shela dengan nada ketus.
“Iya aku tahu Mbak Shel, tapi tolong kamu duduk dulu. Dengarkan kami bicara, setelah itu semuanya terserah kamu. “ bujuk Putri.
“Mbak, aku mohon. “ bujuk Putri sekali lagi dan Shela nggak menjawab cuma mengangguk pelan dengan muka masam.
Kami bertiga lalu menuju seating area ke meja yang ada tiga kursinya. Putri lalu memesankan minuman buat kami bertiga yaitu minuman mirip kopi yang namanya pake late late gitu.
“Sebelumnya aku bener-bener minta maaf kalo aku nggak bilang mau ngajak Wulan kemari. Soalnya kalo aku bilang dari awal, aku yakin kamu pasti nggak mau aku ajak ketemuan. “ kata Putri lagi dan Shela cuma diam sambil menatap Putri.
“Ya aku sih sebenarnya nggak mau ikut campur sama masalah kalian bertiga tapi aku lihat situasinya udah gawat banget dan dia udah bener-bener kelewatan. “ kata Putri sambil telunjuknya mengarah padaku. Dukk !! Tiba-tiba Putri menendang kakiku, pelan sih tapi lumayan bikin kaget.
“Apaan sih ?! “ tanyaku dengan nada sewot.
“Ayo, sekarang kamu yang bicara. “ kata Putri.
“Bicara apaan ?! “ tanyaku pura-pura gak tahu, padahal yang dimaksud Putri jelas kalau aku harus minta maaf sama Shela. Tapi entah kenapa aku bener-bener merasa nggak sudi sampai harus bilang maaf ke Shela.
“Kamu ini pake pura pura bego lagi. Tadi yang udah aku bilang di parkiran !! “ kata Putri dengan nada sewot.
“Apaan sih, gak penting banget. “ jawabku gak mau kalah.
“Wulan !! “ kata Putri mulai emosi sambil menunjuk wajahku.
“Nggak, enggak, pokoknya aku nggak bakal mint… “
“Mbak Wulan… “ tiba-tiba Shela memotong perdebatan kami.
“Aku tahu, selama ini kamu nganggep aku cuma cewek labil yang manfaatin Vino, yang jadiin Vino pembantu dan tukang ojek. Aku terima semua anggepan kamu mbak, karena aku sadar sepenuhnya kalo aku bukan pacar ideal buat Vino… “ kata Shela sambil menatap ane dengan senyum getir.
“Aku ini kasar, urakan, cuma bisa mukulin orang. Mungkin dibandingin kamu aku nggak ada apa-apanya Mbak Wulan. Kamu bener-bener pacar yang sempurna bagi Vino. Asal Vino bisa bahagia bersama kamu, aku rela kok. “ lanjut Shela, kali ini dengan mata mulai berkaca-kaca.
“Ya baguslah kalau kamu udah sadar. “ jawabku dengan nada sinis.
“Wulan !! Kamu ini… “ bentak Putri sambil menyikut lenganku.
“Tapi ada yang harus kamu tahu mbak… “ kata Shela mulai terisak.
“… aku ini bener-bener sayang sama Vino, aku pengen serius sama dia, dan aku mencoba berusaha jadi pacar yang baik buat dia, tapi kayaknya usahaku masih belum cukup dan dia berpaling ke kamu. “
“Aku sayang banget sama dia mbak… “ kata Shela lirih dan terisak.
Aku menatap Shela dengan perasaan kesal. Pake nangis-nangis segala lagi. Mungkin dia bisa memperdaya Putri atau Vino dengan air mata palsu itu, tapi kalo aku jangan harap bisa ketipu.
“Nggak mbak, kamu salah, Vino itu sayang banget sama kamu, dia bahkan sampai… “ Putri masih aja berusaha membujuk Shela.
“Udahlah Mbak Put, semua udah terlambat, aku sama Vino udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. “ potong Shela.
“Jadi Mbak Wulan, aku titip Vino ya. Aku yakin dia akan bahagia kalo sama kamu. “ kata Shela sambil menatapku dengan air mata berlinang.
“Udah ya Mbak Wulan, Mbak Putri, aku pergi dulu, salam buat Vino. “ kata Shela dengan terisak.
Usai berkata demikian, Shela lalu beranjak berdiri dan berjalan cepat meninggalkan aku dan Putri. Sedangkan Putri hanya menatap Shela pergi dengan tatapan putus asa.
“Lihat !! Kamu membuang satu-satunya kesempatan buat menolong Vino ?! Kamu ini bener-bener nggak punya perasaan. “ bentak Putri sambil menatapku.
“Aku kecewa sama kamu !! Aku nggak nyangka temen baikku selama ini punya hati batu kayak gini. “ timpal Putri sambil membuang muka.
“Udahlah, kamu nggak usah kuatir, biar Vino aku yang urus. Aku tetep yakin kok Vino nggak bakal kenapa-kenapa. “ kataku berkilah.
“Terserah !! Tapi saranku mending mulai sekarang kamu cari psikiater terbaik buat Vino. “ jawab Putri ketus.
“Iya, iya aku tau aku salah Put, tapi please, bantu aku dong… “ kataku dengan nada memohon.
Putri nggak menjawab, lalu mengambil HP-nya yang ada di meja lalu meng-scrolling layarnya keatas seperti sedang mencari kontak seseorang.
“Kamu mau telpon siapa, Put ? Shela ? “ tanyaku.
“Emang kamu pikir siapa ? “ tanya Putri sambil menempelkan HP-nya ke telinganya.
“Tapi ngapain kamu telpon dia ? Kan dia sama Vino udah… “
“Kamu ini mau dibantu nggak sih ?! “ bentak Putri sambil menjauhkan HP dari telinganya.
“I..iya, sorry. “ jawabku.
“Makanya nurut !! “ kata Putri ketus sambil menempelkan kembali HP-nya ke telinganya. Aku pun cuma diem aja.
“Halo…. “
“Halo.. Mbak Shela. “
“…………………….. “
“Maaf ya mbak kalau aku nganggu kamu. Kamu ada waktu kan ? “
“…………………….. “
“Aku juga ikut sedih mbak atas kejadian yang menimpa kalian semalem. Padahal kalian waktu datang ke rumah baik-baik aja, kok tiba-tiba bisa seperti itu. “
“…………………….. “
“Iya aku tahu mbak, cuma aku juga merasa bersalah, soalnya secara nggak langsung aku kan jadi penyebab kalian putus. Apalagi Wulan itu temenku dan gara-gara dia kalian jadi seperti ini. “ kata Putri sambil melirik ke arahku dengan tatapan sinis.
“…………………….. “
“Yaaa tapi kalo boleh milih sih, aku milih ngajak kamu daripada dia. “ kata Putri ketawa dan lagi-lagi sambil melirik sinis ke aku. Aku cuma diem aja dengan perasaan dongkol. Ish.. Putri nggak henti-hentinya mojokin aku.
“…………………….. “
“Bener juga ya mbak… “ kata Putri sambil ketawa lagi. Sepertinya mereka akrab banget dan aku yakin pasti mereka lagi ngomongin aku, ah dasar cewek labil, lagian ngapain juga sih Putri pake nelpon dia.
“Oh ya mbak, hari ini kamu ada acara ? “ tanya Putri.
“…………………….. “
“Gimana kalo kita ketemuan ? Bukannya apa-apa, aku cuma pengen ngobrol aja sama kamu. “
“…………………….. “
“Ya nggak apa-apa keles, kan jarak villa ke kota nggak jauh, naik mobil cuma sejam kok. “
“…………………….. “
“Sekarang jam setengah delapan… “ kata Putri sambil melihat jam tangannya.
“…………………….. “
“Oke, oke, jam setengah sepuluh kita ketemuan di depan mall ya. Nanti terserah kamu mau ke café atau kemana aku sih nurut aja. “ kata Putri.Ternyata bener dugaanku, Putri ngajak ketemuan sama cewek labil itu. Ke mall lagi, dasar cewek labil, kalo nggak ke mall, ke café. Bener-bener tipe cewek ABG yang demen buang-buang duwit.
“Oke Mbak Shel, setengah sepuluh di depan mall ya. Ntar kalo aku udah berangkat aku BBM kamu. “
“…………………….. “
“Daaa… “ kata Putri sambil menutup panggilan di HP-nya. Setelah selesai menelpon sahabat tercintanya itu, Putri lalu menatapku, lagi-lagi dengan pandangan sinis.“Sekarang kamu cepetan mandi dan siap-siap, kita jam delapan berangkat ke kota. Cuma kita berdua, nggak usah ngajak Citra. “ kata Putri dengan nada tegas.
“Beneran nih ketemuan sama Shela ? “ tanyaku memastikan.
“Ya iyalah, kenapa ? Kamu takut ketemu dia ? “ tanya Putri dengan nada menyelidik.
“Bukan takut sih, cuma… “
“Cuma apa ? “ tanya Putri lagi.
“Ya aku cuma bingung aja Put mau ngomong apa di depan dia. Selama ini kan kami musuhan dan selalu berantem kalo ketemu. “ jawabku.
“Bukannya kamu sendiri yang selalu cari gara-gara sama dia ? Nggak usah bantah, aku liat sendiri kok !! “ kata Putri sambil menuding ke wajahku.
“Atau kamu takut ketemu Shela ? “ tanya Putri dengan tatapan penuh arti.
“Idih, ngapain juga takut sama dia ? “ aku bertanya balik.
“Ya udah sana mandi terus siap-siap !! “ jawab Putri dengan nada ketus.
Dengan perasaan kesal sambil bergegas menuju ke kamar untuk mengambil handuk dan perlengkapan mandi. Sebel !! Nggak hanya Vino, bahkan Putri sekarang terang-terangan membela cewek labil itu di depanku, yang jelas-jelas temennya sendiri yang udah saling kenal sejak semester 1.
Setelah mandi dan ganti baju aku kembali ke ruang tamu. Aku lihat Vino masih duduk sambil nonton film di TV, sedangkan Putri lagi ngobrol dengan Aldo di ruang makan, yang kemudian memberikan kunci mobil ke Putri. Aldo udah pakai kaos dan celana cargo selutut, berarti temen-temen yang lain juga udah selesai berenang.
"Rapi banget, mau kemana Lan ? " sapa Citra tiba-tiba.
Aku memandangi Citra yang kali ini pake tanktop warna hijau dan hotpants super pendek sambil mengelap rambutnya pake handuk. Astaga ini cewek kayaknya urat malunya udah putus kali ya pake baju minim kayak gini kemana-mana.
"Heh, kok kamu pake baju kayak gini sih ? Nggak malu apa ? " tanyaku dengan nada ketus.
"Ih ngapain malu, aku kan nggak telanjang. " jawab Citra sekenanya sambil tetap mengelap rambutnya pake handuk.
"Lagian kan ntar pada mau jalan-jalan ke pantai, masa pake kemeja sama celana jeans. " kata Citra lagi.
"Lho kan habis pada renang, masa mau ke pantai ? " tanyaku.
"Emang kenapa ? Kalo nggak sekarang mah kapan lagi, say ? " tanya Citra.
"Lagipula aku sih pede aja keles pake baju kayak gini soalnya bodyku kan langsing. Nggak kayak kamu, gembrot. " kata Citra lagi dengan nada mengejek.
"Eh apa kamu bilang ?! Aku nggak gembrot tau !! " jawabku nggak mau kalah.
"Yeee yeee gembrot, gembrot ... " ledek Citra sambil menjulurkan lidah.
Aku pun cuma diem nggak membalas ejekan Citra, soalnya percuma juga sih meladeni cewek sableng macam dia. Meskipun hati dongkol setengah mati.
"Cit !! " tiba-tiba Putri memanggil dan menghampiri Citra yang mau naik ke lantai dua.
"Ada apa Put ? " jawab Citra. Aku pun ikut menghampiri Citra, aku harus memastikan kalau si reseh ini nggak ikut ke kota.
"Gini Cit, aku sama Wulan mau pergi ke kota ada keperluan, kamu sementara disini ya jagain Vino. " kata Putri.
"Apa ? Di sini ? Berdua sama Vino ? " tanya Citra dengan nada kaget.
"Iya lah, sapa lagi. Kan lainnya pada ke pantai. " jawab Putri.
"Kok gitu sih, aaah... nggak nggak nggak !! " jawab Citra cepat.
"Kenapa nggak Wulan aja yang jagain Vino, terus kamu perginya sama aku ? " kata Citra lagi.
"Ya nggak bisa lah, soalnya aku perlunya emang sama Wulan. " jawab Putri.
"Emang kalian ke kota mau ngapain sih kok kayaknya penting banget ? " tanya Citra.
"Aku ada sedikit masalah yang agak urgen, ntar aku ceritain deh. " kataku ke Citra.
"Ahaa.... aku tahu, kamu udah telat beberapa minggu kan, dan sekarang pasti kamu mau nyari dokter kenalannya papanya Putri ? " tanya Citra dengan nada meledek.
"Eeehhh... jangan ngomong sembarangan ya ?! Siapa yang kamu bilang telat hah ? Jangan-jangan itu kamu sendiri ?! " aku jelas emosi mendengar kata-kata Citra tapi dianya malah cengengesan.
"Udah udah ini kok malah pada ribut !! " potong Putri tiba-tiba.
Aku memandang Citra dengan perasaan dongkol banget, tapi Citra masih aja pasang senyum mengejek. Emang cewek satu ini susah banget kalau diajak serius dan kadang kalau ngomong nggak pake mikir.
"Tolonglah Cit, kamu jaga Vino sebentar aja, kami paling pergi cuma beberapa jam. Nggak lama kok. " bujuk Putri.
"Ck.. ahh... iya iyaa... " jawab Citra dengan nada ogah-ogahan.
"Put, mending Vino ikut aja ke pantai, biar dia fresh menghirup uadara segar dan banyak temen-temen disana. " kataku ke Putri.
"Nah ide bagus tuh. " jawab Citra dengan antusias.
"Nggak !! Enak aja !! Pokoknya Vino nggak boleh kemana-mana. Kalo dia kalian ajak ke pantai ntar pada kelupaan ngawasin kan malah berabe. Takutnya kalo liat laut dia bisa nekat. " kata Putri. Bener juga sih, meski rada berlebihan namun aku setuju toh demi kebaikan Vino juga.
"Nggak mungkin lah, cuma ngawasin doang kan ? Kan tinggal ... " jawab Citra.
"Enggak !! Aku bilang NGGAK !! Vino tetap di sini !! Aku nggak mau ambil resiko. " kata Putri dengan nada tegas. Dan seperti biasa, kalo Putri udah bilang nggak, kami nggak bisa membantahnya.
"As you wish, boss. " jawab Citra dengan muka cemberut.
"Sipp, makasih ya Cit. Ntar kami beliin oleh-oleh deh. Kami berangkat dulu ya. " kata Putri dengan riang. Citra nggak menjawab, dan tetap pasang muka bete.
"Inget ya, Vino jangan kamu ajak berbuat yang macem-macem. " kataku sambil menuding hidungnya Citra.
"Tenang aja say. Aku akan jaga dia baik-baik. I won't do anything stupid. " jawab Citra sambil bersedekap.
"Stupid stupid... kamu tuh yang stupid !! " jawabku ketus sambil menyusul Putri menuju mobilnya Aldo. Citra cuma ketawa mendengar jawabanku.
Mobilpun mulai melaju meninggalkan villa menyusuri jalanan pedesaan. Dalam hati aku gelisah juga kalo Vino harus berdua sama Citra. Apalagi Citra selain selengekan, juga rada ganjen kalo sama cowok.
“Put, kamu yakin ninggal Vino sama Citra ? “ tanyaku ke Putri
“Lantas siapa lagi Lan ? Yang lumayan kenal sama Vino selain aku dan kamu kan cuma Citra. “ jawab Putri sambil menyetir mobil.
“Iya tapi… Citra aja orangnya kayak gitu. Takutnya… “
“Udah nggak usah kuatir lah. Emang Citra orangnya rada selengekan, makanya aku suruh jagain Vino. Ya siapa tahu dengan sikapnya, dia bisa menghibur Vino. “ jawab Putri meyakinkan.
Masalahnya bukan itu. Aku masih ingat kata-kata Citra semalem, apalagi dia bilang soal Vino yang pernah main ke kosannya. Saat kutanya dia cuma ketawa nggak jelas. Aku curiga ada sesuatu yang nggak beres antara Vino dan Citra. Aku kenal baik Citra, dia emang rada sableng, tapi dia nggak pernah membual. Dan aku yakin kalo mereka dulu pernah berbuat macam-macam, pasti yang ngajak Citra. Ah sudahlah, bikin pusing aja, sekarang yang harus aku pikirkan gimana cara menghadapi Shela.
Sepanjang perjalanan ke kota aku dan Putri cuma diem sambil sesekali berkata sepatah dua patah. Aku yakin Putri masih marah padaku karena masalah Vino dan Shela ini. Udah entah datang dari mana tiba-tiba dia ngerebut Vino, sekarang malah bikin temen baikku musuhin aku. Bener-bener sosok penganggu yang menyebalkan, aku nggak henti-hentinya menggerutu dalam hati.
Mobil kami akhirnya sampai di kota dan sekitar jam setengah sepuluh sampailah di mall yang dituju. Kami lalu turun dari mobil dan Putri langsung ngecek HP lalu menelpon sahabat barunya tersebut.
“Halo Mbak Shel… “ kata Putri sambil berjalan menuju pintu keluar basement.
“……………………………….”
“Oh kamu udah sampai ? “
“……………………………….”
“Oke tunggu ya mbak. Aku udah di basement kok. “ kata Putri lalu menutup panggilan HP-nya.“Kamu nggak bilang kalau datang sama aku Put ? “ tanyaku.
“Ya jelas nggak keles. Kalau dia tahu aku sama kamu, mana mau dia aku ajak ketemuan. “ jawab Putri.
“Aku aja kalo di posisi Shela juga gak bakal sudi ketemu kamu. “ kata Putri lagi dan aku cuma bisa diem menerima semua cacian Putri.
“Inget ya, ntar kalo kita ketemu Shela, aku minta kamu diem. Inget ya, DIEM !! Biar aku yang mulai ngomong. “ kata Putri ketus sambil menuding aku.
“Iya !! “ jawabku singkat dengan perasaan kesel setengah mati.
"Setelah itu semuanya tergantung pada kamu. Apakah kamu emang mau menolong Vino apa mau mempertahankan egomu, aku serahkan ke kamu. " kata Putri.
"Ya aku sih pengennya nolong Vino, tapi harus ngomong gimana dong, Put ? Kamu sejak tadi ngomongnya kok nggak jelas. " jawabku.
"Kamu masih belum paham juga ?! Aku tekankan sekali lagi yah, kalo kamu emang mau nolong Vino, jalan satu-satunya kamu harus minta maaf ke Shela, dan bujuk dia agar mau balik sama Vino. " kata Putri sambil menatap aku.
"Iya aku tahu Put, cuma aku nggak yakin Shela mau soalnya kan seperti yang udah aku ceritakan kemaren, aku dan Vino ... " aku tetap berusaha mengelak.
"Hasil akhirnya tergantung Shela-nya sendiri, tapi yang penting kamu udah berusaha minta maaf sama orang yang telah kamu sakiti. " kata Putri.
"Dan sebuah kenyataan yang harus kamu terima adalah, yang dibutuhkan Vino sekarang adalah kehadiran Shela, bukan kamu. Camkan itu. " lanjut Putri dengan nada serius.
Ish.. minta maaf ke cewek labil itu ? Astaga, najis bener dah, tapi aku jelas nggak berani membantah Putri, selain nggak pengen Putri marah lagi, kata-kata Putri emang ada benernya, sepertinya hanya kehadiran Shela yang bisa menolong Vino dari kondisinya sekarang. Menyakitkan memang, tapi itu kenyataan yang harus aku terima.
Setelah masuk ke mall yang masih sepi karena baru aja dibuka, kami berjalan menuju ke lantai dua dimana café yang jadi tempat pertemuan kami berada. Dan bener aja, di café yang masih sepi tersebut aku lihat di corner bench duduk seorang cewek pakai jaket jeans biru, jaket yang dipakainya saat pesta ulang tahunnya Putri minggu lalu. Sebuah momen dimana aku mulai merasakan kebencian yang luar biasa pada seorang cewek bernama Shela, yang udah merebut Vino dariku.
Saat melihatku berjalan dibelakangnya Putri, wajahnya yang tadi ceria mendadak berubah. Dan akupun cuma melengos karena aku juga nggak sudi bertatap muka lama-lama dengannya.
“Ini apa-apaan, mbak ? Kenapa kamu ngajak Mbak Wulan ke sini ? “ tanya Shela dengan nada ketus ke Putri. Dia beranjak berdiri dari kursinya.
“Iya Mbak Shel, tolong sabar dulu, aku ngajak dia… “
“Kamu ngapain kesini mbak ? Mau ngejek aku lagi ? Puas kamu sekarang ? PUAS ?! “ tanya Shela ke arahku dengan nada tinggi. Melihat Shela langsung nyolot kontan aja aku langsung meradang.
“Iya aku puas banget !! SANGAT PUAS SEKALI !! “ aku pun menjawab juga nggak kalah emosi.
"Eh udah udah ... kalian jangan bertengkar. Lan, kamu tolong diem dulu... " kata Putri ke aku.
"Dia yang mulai sih !! " jawabku sambil menuding ke Shela.
"DIEM !! Bisa diem nggak ?! " Putri malah makin ketus ke aku.
Aku pun diem sambil membuang muka. Tuh kan kelihatan banget kalo Putri emang berat sebelah, Shela yang mulai ngajak ribut, kok malah akunya yang disalahin.
"Mbak Shela, tolong jangan emosi dulu, justru aku membawa Wulan kemari agar masalah antara kamu, Wulan dan Vino segera kelar. " kata Putri ke Shela.
"Masalah apa ? Emang dia sama Vino udah kelar kok. “ jawabku pelan tapi sinis.
“Bisa diem nggak sih kamu, Lan ?! “ Putri makin keras ngebentak aku, dan aku lagi-lagi cuma diem sambil melengos.
“Lebih baik aku pergi aja Mbak Putri, permisi… “ kata Shela sambil beranjak pergi, namun Putri langsung memegang lengannya.
“Mbak Shela, tunggu sebentar, mbak. Ini demi Vino… “ kata Putri sambil tetap memegang lengan Shela.
“Vino sama aku udah nggak ada hubungan apa-apa, mbak. Jadi nggak usah sebut-sebut dia lagi. “ jawab Shela dengan nada ketus.
“Iya aku tahu Mbak Shel, tapi tolong kamu duduk dulu. Dengarkan kami bicara, setelah itu semuanya terserah kamu. “ bujuk Putri.
“Mbak, aku mohon. “ bujuk Putri sekali lagi dan Shela nggak menjawab cuma mengangguk pelan dengan muka masam.
Kami bertiga lalu menuju seating area ke meja yang ada tiga kursinya. Putri lalu memesankan minuman buat kami bertiga yaitu minuman mirip kopi yang namanya pake late late gitu.
“Sebelumnya aku bener-bener minta maaf kalo aku nggak bilang mau ngajak Wulan kemari. Soalnya kalo aku bilang dari awal, aku yakin kamu pasti nggak mau aku ajak ketemuan. “ kata Putri lagi dan Shela cuma diam sambil menatap Putri.
“Ya aku sih sebenarnya nggak mau ikut campur sama masalah kalian bertiga tapi aku lihat situasinya udah gawat banget dan dia udah bener-bener kelewatan. “ kata Putri sambil telunjuknya mengarah padaku. Dukk !! Tiba-tiba Putri menendang kakiku, pelan sih tapi lumayan bikin kaget.
“Apaan sih ?! “ tanyaku dengan nada sewot.
“Ayo, sekarang kamu yang bicara. “ kata Putri.
“Bicara apaan ?! “ tanyaku pura-pura gak tahu, padahal yang dimaksud Putri jelas kalau aku harus minta maaf sama Shela. Tapi entah kenapa aku bener-bener merasa nggak sudi sampai harus bilang maaf ke Shela.
“Kamu ini pake pura pura bego lagi. Tadi yang udah aku bilang di parkiran !! “ kata Putri dengan nada sewot.
“Apaan sih, gak penting banget. “ jawabku gak mau kalah.
“Wulan !! “ kata Putri mulai emosi sambil menunjuk wajahku.
“Nggak, enggak, pokoknya aku nggak bakal mint… “
“Mbak Wulan… “ tiba-tiba Shela memotong perdebatan kami.
“Aku tahu, selama ini kamu nganggep aku cuma cewek labil yang manfaatin Vino, yang jadiin Vino pembantu dan tukang ojek. Aku terima semua anggepan kamu mbak, karena aku sadar sepenuhnya kalo aku bukan pacar ideal buat Vino… “ kata Shela sambil menatap ane dengan senyum getir.
“Aku ini kasar, urakan, cuma bisa mukulin orang. Mungkin dibandingin kamu aku nggak ada apa-apanya Mbak Wulan. Kamu bener-bener pacar yang sempurna bagi Vino. Asal Vino bisa bahagia bersama kamu, aku rela kok. “ lanjut Shela, kali ini dengan mata mulai berkaca-kaca.
“Ya baguslah kalau kamu udah sadar. “ jawabku dengan nada sinis.
“Wulan !! Kamu ini… “ bentak Putri sambil menyikut lenganku.
“Tapi ada yang harus kamu tahu mbak… “ kata Shela mulai terisak.
“… aku ini bener-bener sayang sama Vino, aku pengen serius sama dia, dan aku mencoba berusaha jadi pacar yang baik buat dia, tapi kayaknya usahaku masih belum cukup dan dia berpaling ke kamu. “
“Aku sayang banget sama dia mbak… “ kata Shela lirih dan terisak.
Aku menatap Shela dengan perasaan kesal. Pake nangis-nangis segala lagi. Mungkin dia bisa memperdaya Putri atau Vino dengan air mata palsu itu, tapi kalo aku jangan harap bisa ketipu.
“Nggak mbak, kamu salah, Vino itu sayang banget sama kamu, dia bahkan sampai… “ Putri masih aja berusaha membujuk Shela.
“Udahlah Mbak Put, semua udah terlambat, aku sama Vino udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. “ potong Shela.
“Jadi Mbak Wulan, aku titip Vino ya. Aku yakin dia akan bahagia kalo sama kamu. “ kata Shela sambil menatapku dengan air mata berlinang.
“Udah ya Mbak Wulan, Mbak Putri, aku pergi dulu, salam buat Vino. “ kata Shela dengan terisak.
Usai berkata demikian, Shela lalu beranjak berdiri dan berjalan cepat meninggalkan aku dan Putri. Sedangkan Putri hanya menatap Shela pergi dengan tatapan putus asa.
“Lihat !! Kamu membuang satu-satunya kesempatan buat menolong Vino ?! Kamu ini bener-bener nggak punya perasaan. “ bentak Putri sambil menatapku.
“Aku kecewa sama kamu !! Aku nggak nyangka temen baikku selama ini punya hati batu kayak gini. “ timpal Putri sambil membuang muka.
“Udahlah, kamu nggak usah kuatir, biar Vino aku yang urus. Aku tetep yakin kok Vino nggak bakal kenapa-kenapa. “ kataku berkilah.
“Terserah !! Tapi saranku mending mulai sekarang kamu cari psikiater terbaik buat Vino. “ jawab Putri ketus.
Diubah oleh gridseeker 02-05-2017 12:42
jenggalasunyi dan 5 lainnya memberi reputasi
6
![[TAMAT] Saat Senja Tiba](https://s.kaskus.id/images/2017/05/28/9056684_20170528125804.jpg)
Setelah sekian lama jadi SR di forum SFTH ane memberanikan menyusun cerita ini. Sebenarnya cerita ini sudah lama ane pendam bertahun-tahun, meski begitu cerita ini sempat ane posting disini pake ID lain tapi dalam format plesetan komedi karena ane nggak PD kalau membikin versi real/sesungguhnya.
Pokoknya just enjoy the story hehe biar sama-sama enak
Dan karena ane masih nubi disini mohon maaf jika terjadi banyak kesalahan ya gan