Kaskus

Story

bunbun.orenzAvatar border
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):


And I know
There's nothing I can say
To change that part

But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak

I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead



- Famous Last Words by MCR -


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha


Quote:


Spoiler for Special Thanks:


***



Spoiler for From Me:


Versi PDF Thread Sebelumnya:

MyPI PDF

Credit thanks to Agan njum26



[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)

Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini


Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
drakenssAvatar border
snf0989Avatar border
ugalugalihAvatar border
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
glitch.7
#2534
PART 34


Sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah Nenek, Gua yang sedang menikmati sore ini dengan secangkir kopi beserta racun nikotin di sofa teras pun berdiri, lalu melangkah dan berhenti tepat di jalan antara teras dengan halaman. Gua tersenyum ketika sang kekasih hati turun dari pintu kemudi lalu berjalan kearah Gua.

"Assalamualaikum Za..", ucapnya memberikan salam ketika sudah berjarak 2 meter dari tempat Gua berdiri.

"Walaikumsalam Mba", balas Gua menjawab salam. "Cape ya ?", tanya Gua ketika Mba Siska sudah berhenti tepat di depan.

Sang kekasih hati Gua itu hanya mengangguk dengan wajahnya yang lesu. Kemudian Gua mempersilahkannya duduk di sofa teras depan kamar. Lalu Gua masuk ke dalam rumah menuju dapur untuk membuatkannya secangkir teh manis hangat di sore hari yang mendung ini. Setelah selesai membuatkan minuman, Gua kembali ke depan kamar dan duduk di sampingnya.

"Diminum dulu Mba teh nya, anget kok..", ucap Gua,
"Biar rileks..".

Mba Siska tersenyum lalu mengangkat cangkir teh dan meneguk sedikit teh tersebut setelah meniupnya sebentar.

"Makasih ya sayang", ucapnya setelah meneguk teh dan kembali menaruh cangkir di atas meja teras.

Gua merubah posisi duduk agar menghadap kearahnya, lalu Gua pegang tangan kirinya dan mulai memijatnya lembut. Dari mulai punggung tangan sampai ke bahunya. Kemudian Mba Siska menyandarkan punggungnya ke bahu sofa, mungkin karena merasakan rileks, matanya lalu terpejam. Gua masih melanjutkan pijatan di bahu kirinya itu, hingga beberapa menit kemudian Gua pindah duduk ke samping kanannya lalu memijat sisi kanan tubuhnya.

Bukan tanpa sebab Gua mau memijat sang kekasih. Karena Mba Siska memang baru pulang dari luar kota hari ini, mengikuti sebuah diklat yang diselenggarakan oleh sebuah instansi pemerintah selama 3 hari. Lelah sudah pasti karena menempuh perjalanan yang cukup jauh, apalagi Gua tau di rumahnya hari ini tidak ada siapa-siapa, karena Bapaknya bekerja, sedangkan Ibunya mengikuti sebuah acara wisata rohani ke Jawa Tengah bersama Ibu-ibu pengajian komplek, termasuk Nenek Gua. Selama 2 hari mereka akan berwisata rohani dan menyambangi masjid-masjid di Jawa Tengah.

Lama-kelamaan nafas Mba Siska berhembus pelan, pasti mulai masuk ke alam mimpi, pikir Gua. Lalu dengan hati-hati Gua miringkan tubuhnya agar rebah di sofa panjang teras ini. Gua ambil bantal sofa untuk menopang kepalanya.

Hembusan angin sore semakin terasa menyapa kulit, langit di atas sana pun sudah semakin menghitam dan bunyi gemuruh petir yang jauh semakin menandakan bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Gua mengambil kunci mobil Mba Siska yang berada di atas meja, lalu memarkirkan mobilnya itu ke samping si Black agar terhindar dari hujan yang akan turun. Beres memarkirkan mobilnya, Gua masuk ke dalam kamar untuk mengambil selimut. Lalu Gua menyelimuti tubuh perempuan cantik yang sedang terlelap di sofa teras ini.

Gua duduk di lantai sebelah sofa panjang ini, menaruh tangan kanan di sisi tubuhnya ke sofa, dan tangan kiri ini membelai lembut keningnya yang tertutup rambut hitamnya itu. Lama Gua memperhatikan wajah sang kekasih yang masih terlelap damai mengarungi mimpinya hingga rintikan hujan pun akhirnya turun membasahi bumi. Gua masih asyik memandangi wajah Mba Siska, Gua tersenyum ketika tubuhnya sedikit menggeliat.

Siska Syailendra Aziza...
Sebuah nama perempuan cantik yang kini menjadi kekasih hati Gua. Yang dengan segala sikap tegasnya membuat Gua tak berdaya untuk berpaling dari sisinya. Yang dengan sikap cemburunya sukses membuat Gua selalu merindukannya... Kamu itu perempuan yang tidak pernah aku sangka bisa mengisi hati ini Mba. Dulu, waktu aku masih berseragam putih biru, aku hanya berani memandangi kamu dari jauh ketika kamu lewat depan rumah. Memperhatikan kamu dari jauh untuk sekedar memastikan kamu naik angkutan umum dengan aman. Siapa yang sangka setelah kurang-lebih 5 tahun kemudian kita bisa menjalin hubungan seperti sekarang. I love you Mba...


Tanpa terasa suhu yang dingin karena hujan angin yang semakin deras di luar sana membuat Gua merasakan kedinginan. Lalu Gua berdiri dan melangkah masuk ke kamar, mengambil satu sweater hitam yang langsung Gua kenakan. Gua kembali ke teras, tapi kali ini duduk di sofa untuk satu orang. Membakar kembali sebatang racun dan meminum sisa kopi hitam yang sudah dingin.

Beberapa menit berselang, Gua mematikan rokok karena memang sudah sampai pada puntungnya ke asbak. Selesai menghisap racun tersebut, Gua menyandarkan tubuh ke bahu sofa karena rasa kantuk yang menyerang sudah tidak bisa Gua tahan lagi. Akhirnya Gua pun memejamkan mata dengan posisi terduduk di sofa teras ini.

...

Gua terbangun dari tidur setelah usapan lembut pada kening Gua semakin terasa. Mata Gua terbuka perlahan dan mengerjap sebentar untuk menyesuaikan cahaya lampu di langit teras rumah. Lalu Gua melirik kearah kiri seraya tersenyum kepada sosok cantik sang kekasih hati. Gua melihatnya yang tersenyum dengan manis. Sepertinya dia sudah bangun dari tadi karena wajahnya sudah terlihat lebih segar.

"Bangun sayang, udah mau adzan..", ucapnya.

Lalu Gua menyondongkan tubuh kedepan dan mengusap wajah sesaat. "Jam berapa sekarang Mba ?", tanya Gua sambil tertunduk setelah mengusap wajah.

"Jam enam kurang Za", jawabnya seraya membelai rambut kepala atas Gua.

"Heumm.. Eeeuuuugghh..", Gua merentangkan tangan untuk sekedar menyegarkan otot tubuh yang kaku,
"Kamu udah bangun dari tadi ?", tanya Gua ketika sudah me-ngulet.

"Iya, 10 menit yang lalu",
"Aku mau pinjam payung Za, ada ?", tanyanya.

Gua pun bangkit dari duduk lalu masuk ke dalam rumah untuk mengambil payung dan kembali lagi ke teras kemudian memberikannya kepada Mba Siska. Tidak lama kemudian Mba Siska pulang ke rumahnya untuk mandi dan bersih-bersih. Awalnya dia akan kembali ke rumah Gua setelah selesai mandi dan lewat maghrib, tapi Gua melarangnya, entah kenapa kini Gua yang ingin gantian bertamu ke rumahnya nanti setelah maghrib. Setelah Mba Siska pulang, Gua pun masuk ke kamar dan langsung masuk lagi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh agar kembali segar, setelah itu Gua bersuci.

Selesai menjalankan ibadah 3 raka'at, Gua mengganti pakaian, mengenakan celana jeans hitam, kaos polos hitam dan jaket hitam. Sekitar pukul 18.40 Gua pergi ke rumah sang kekasih. Hujan masih turun dengan lumayan derasnya, Gua lebih memilih mengenakan topi dan hoodie dari jaket untuk melindungi kepala dari guyuran hujan daripada mengenakan payung. Setelah mengetuk pintu rumahnya dua kali, Mba Siska pun membukakan pintu.

"Loch ? Kamu hujanan ? Kenapa gak pakai payung Za ?", tanyanya ketika melihat pakaian Gua yang sedikit kebasahan.

"Hehehe.. Males Mba", jawab Gua santai.

"Ih dasar, baru juga mandi, malah hujanan..",
"Yaudah yuk masuk..", ajaknya.

Gua memasuki rumah Pak Rw dan duduk di sofa ruang tamunya. Suasananya sepi, sepertinya Pak Rw belum pulang dari dinasnya.

"Mba, Bapak mu belum pulang kerja ?", tanya Gua dari ruang tamu sedikit berteriak.

"Belum Zaa..",
"Bapak ada tugas ke Jakarta katanya",
"Mungkin nanti malam baru pulang", jawab Mba Siska yang juga sedikit berteriak dari bagian dalam rumah lainnya.

Setelah menunggu sekitar 10 menit, sang kekasih hati kembali ke ruang tamu, kali ini dia sudah mengganti pakaiannya. Mba Siska yang cantik kali ini mengenakan casual outfit. Dia mengenakan kaos putih polos yang dibalut dengan sweater bermotif garis hitam putih belang-belang, bawahannya mengenakan long-jeans biru dengan sedikit motif robek-robek. Tidak lupa jam tangan girly nya terpasang di pergelangan tangan kanannya, yang mana bagian jamnya dipasang terbailk ke arah urat nadi.

Gua senang dengan caranya berpakaian itu, terlihat santai tapi kesan cantiknya tidak hilang. Kemudian Mba Siska duduk di salah satu sofa.

"Mau berangkat sekarang ?", tanyanya.

"Boleh, makan dulu kan ?".

"Iya, kamu juga udah laper kan pasti ?", tanyanya lagi.

Gua mengangguk seraya tersenyum kepadanya. Kemudian Gua bangkit dari sofa dan menuju pintu rumah. Baru saja Gua hendak membuka handle pintu, tangan kiri Gua ditarik kebelakang dengan pelan, yang langsung membuat Gua membalikkan badan dan...

Cup..Bibir Gua dikecup oleh Mba Siska.

"Heum ?", Gua menaikkan satu alis sambil menatap wajahnya.

Mba Siska hanya tersenyum sambil memejamkan matanya. Gua terkekeh pelan melihat kelakuannya itu. Ah kamu itu Mba, kalo minta soal gini paling bisa deh...
Gua memegang kedua sisi pinggangnya. Kami berdua saling menatap dan tersenyum simpul. Gua turunkan wajah untuk mendekati wajahnya. Ya karena tinggi badan Gua kini sudah melampui tinggi sang kekasih, jadi Mba Siska pun mendongakkan kepalanya sedikit untuk menyambut bibir Gua.

CapCipCupCepCop..
CapCipCupCepCop..
CapCipCupCepCop..


Lama kami saling berciuman di ruang tamu rumahnya dengan posisi berdiri, yang awalnya Gua menciumnya dengan lembut. Kini Gua terbawa permainan bibirnya. Sepertinya nafsu sang kekasih sedang berada di level tinggi. Gua sampai memundurkan wajah keatas tapi dia mengejarnya dengan berjinjit agar tidak melepas pagutan bibir kami.

Bruukk.. Badan Gua dihempaskan kebelakang, tertahan pintu rumahnya.

Dan ya you know lah... Basah basahan bibir dan sudah tentu topi juga hoodie Gua terlepas. Gua hapal, sangat hapal karakternya jika kami saling berciuman hingga lama seperti ini. Rambut Gua adalah salah satu sasaran tangannya untuk dijambak.

Nafasnya masih memburu dengan kedua matanya yang sayu menatap bibir Gua. Gua tersenyum lalu menyeuka bibirnya yang basah. Baru saja Gua selesai menyeuka bibirnya, Mba Siska sudah mau menerjang lagi. Tapi kali ini Gua tahan kedua sisi bahunya.

"Mba...".

Mba Siska tidak menghiraukan Gua, kedua tangannya malah menepis tangan Gua yang menahan bahunya.

...... Momen kissing ini akhirnya berakhir ketika bagian leher Gua diberikan tanda cinta yang sangat mencolok dengan warna kulit Gua yang putih.

...

Sekitar pukul 8 malam Gua dan Mba Siska sudah berada di sebuah resto makanan yang ada di dalam mall. Menu yang kami pesan adalah masakan sunda. Sekitar setengah jam kemudian kami berdua selesai makan dan Mba Siska sempat melotot kearah Gua ketika perdebatan soal bayar makanan tidak kunjung selesai. Akhirnya Gua mengalah. Hal seperti ini sebenarnya sering terjadi beberapa kali, entah ketika kami sedang belanja barang remeh seperti keperluan dapur di rumah kontrakannya atau beli makanan seperti ini, Mba Siska selalu menganggap Gua anak kuliahan yang harus bisa menyimpan uang dengan baik dengan cara tidak boleh boros. Bukannya Mba Siska tidak tau soal saldo tabugan Gua yang cukup banyak, malah karena itu sang kekasih hati ini tidak mengizinkan Gua untuk mentraktir dirinya. Sampai puncaknya hari ini.

Setelah beres membayar makanan di kasir, Mba Siska mengahmpiri Gua yang menunggunya di pintu keluar resto dan merangkul lengan tangan kanan Gua seraya mengajak jalan lagi ke lantai atas. Sambil jalan melewati deretan toko di dalam Mall, Mba Siska mengajak Gua berbicara, entah membicarakan pakaian yang terpampang di sebuah manikin depan toko atau beberapa barang daganga di toko lain yang kami lintasi. Tapi Gua hanya menanggapinya dengan dingin. Sampai akhirnya laju langkah kaki Gua terhenti ketika tangannya menahan lengan kanan Gua dan berhenti berjalan.

"Za, kamu masih bete karena soal makanan tadi ?", ucapnya.

"Enggak".

"Kok gitu jawabnya ?".

"Udah deh, yuk kita keatas, nanti gak kebagian tiketnya..", ucap Gua sedikit ketus.

Lalu Gua berjalan kembali, setelah beberapa langkah, Gua merasakan kalau kekasih hati Gua itu tidak mengikuti langkah Gua di belakang. Gua membalikkan badan dan ternyata benar, Mba Siska hanya berdiri diam di tempat tadi kami berhenti. Gua menatap wajahnya, tapi Mba Siska langsung memalingkan wajahnya ke sisi lain. Gua menghela napas pelan sambil menggaruk kepala belakang dengan kasar.

Gua berjalan mendekatinya lagi dan langsung memegang tangan kanannya.

"Hey, jelek ah cemberut gitu", ucap Gua.

Mba Siska tidak menanggapi ucapan Gua. Dia masih saja memalingkan mukanya dari Gua, malah sekarang kedua tangannya terlipat di depan dadanya. Gua bingung ini... Gimana enggak coba, yang kesel dan marahkan awalnya Gua, kok sekarang situasinya malah kebalik, masa dia yang marah sekarang. Ah perempuuaan.. Perempuan.

"Mba, kok kamu kesel sih ? Udah dong, kan aku tadi yang bete, kok sekarang malah kebalik", ucap Gua lagi. Dan lagi-lagi dia masih saja diam dengan wajah juteknya. Gua mendengus pelan lalu mengaitkan tangan kanan ke pinggangnya. "Udah ya ngambeuknya, yuk jalan, nanti malah gak jadi nonton loch keabisan tiket".

"Enggak apa-apa gak jadi nonton juga", jawabnya judes.

"Yaudah mau kamu apa sekarang kalo gitu ?", tanya Gua selembut mungkin.

Dan Gua harus menahan tawa karena sang kekasih ini hanya menanggapi Gua dengan menaikkan kedua bahunya dengan cepat seraya memalingkan muka lagi dari Gua. Duuh kamu tuh kayak anak kecil deh Mba.. Cubit ah pipinya.

Kyuutt.. Gua cubit pipinya pelan.

"Iiih.. Apaan sih!", ucapnya menengok kepada Gua kali ini, walaupun dengan tatapan kesal.

"I Love You...", balas Gua langsung dengan senyum yang semanis mungkin.

"Me too", balasnya tak kalah cepat langsung menjawab.

"Ha ha ha ha.. Apaan itu Mbaa..", sumpah Gua gak tahan dan langsung ketawa mendengar jawabannya itu,
"Ya ampun kamu tuh ya, bener-bener deh.. Bikin aku jatuh cinta kalo ngambeuk gini.. Ha ha ha..", lanjut Gua kali ini merangkul pundak kanannya.

"Apa ketawa ?! Gak ada yang lucu!", jawabnya semakin ketus.

Dan Gua kembali tertawa sampai beberapa pengunjung mall yang melintas memperhatikan kami berdua. Duh ini pacar Gua kok berubah childish gini sih, ah paling gemesin kamu tuh Mba emoticon-Embarrassment

Pada akhirnya Gua berhasil kembali mengajaknya jalan, tapi karena moodnya masih bete, akhirnya kami tidak jadi nonton film, Gua mengajaknya turun ke parkiran di basement mall untuk kembali pulang. Sampai di basement, kami langsung masuk ke dalam mobilnya. Tentu saja Gua yang mengemudikan mobil.




Toni Gonzaga - I've fallen for you


Hujan yang sempat berhenti ketika kami sampai di mall kini malah kembali turun ketika kami dalam perjalanan pulang. Sepanjang jalan Gua merayunya dan menggodanya tapi Mba Siska yang cantik itu masih saja menunjukkan muka bete nya. Lagu-lagu romantis yang keluar dari audio mobilnya tidak juga mencairkan suasana hatinya.

"Mba, beli martabak dulu ya..", ucap Gua ketika sebentar lagi sampai rumah.

"Heum", jawabnya singkat.

Gua hentikan mobil di pinggir jalan sebelum komplek rumah kami, lalu Gua turun dan memesan martabak manis satu porsi dan martabak asin satu porsi. Mba Siska menunggu di dalam mobil, sedangkan Gua bersama pembeli lain mengantri di penjual martabak. Hujan semakin deras ketika Gua masih menunggu giliran pesanan martabak belum dibuat. Sambil menunggu, Gua membakar sebatang rokok. Sekitar 15 menit lamanya Gua menunggu, akhirnya jadi juga martabak pesanan tadi, selesai menerima dua bungkus martabak dan membayarnya, Gua berlari kecil kearah mobil dan masuk ke dalam pintu kemudi.

Singkat cerita, Gua dan Mba Siska sudah berada di teras depan kamar Gua. Satu cangkir teh tawar panas dan satu cangkir kopi hitam sudah Gua sajikan di atas meja teras, tidak lupa martabak manis juga sudah di buka dari box makanannya. Gua menggeser duduk mendekati Mba Siska yang masih saja cemberut, Gua genggam tangan kanannya.

"Sayang, aku tau maksud kamu baik soal pengeluaran", ucap Gua memulai pembicaraan.
"Tapi mulai sekarang, maaf aku gak mau lagi sepenuhnya ngikutin mau kamu", lanjut Gua.

Sontak wajah Mba Siska menengok kepada Gua dengan tatapan tajam. "Maksud kamu ?", tanyanya dengan nada yang cukup keras.

Gua tidak langsung menjawab, Gua belai rambutnya pelan, lalu jari tangan Gua menelusuri bentuk sisi wajahnya hingga sampai di dagunya. Kemudian Gua tarik dagunya pelan mendekati wajah Gua, dan bibir Gua pun menyapa lembut bibirnya. Hanya sebentar Gua berikan ciuman lembut di bibirnya itu.

"Aku ini laki-laki Mba", ucap Gua lagi setelah memundurkan wajah,
"Kamu harus bisa menghargai aku sebagai calon pemimpin keluarga..",
"Aku tau kamu udah punya penghasilan sendiri, sedangkan aku masih kuliah, tapi bukan berarti soal uang kamu yang harus tanggung semuanya setiap kita jalan berdua", lanjut Gua.

Mba Siska sedikit melunak setelah mendengar penjelasan Gua itu. Wajahnya tidak sejutek dan sebete tadi. Kali ini jelas Gua lihat wajahnya yang tenang sambil mendengarkan dengan seksama setiap kata yang terucap dari mulut Gua. Kemudian Gua angkat tangan kanannya dan mencium punggung tangannya dalam-dalam.

"Mba ku sayang.. Mulai sekarang aku bikin aturan ya..".

"Aturan ? Maksudnya ?", tanyanya heran.

Gua jelaskan kalau soal pengeluaran uang, kami harus gantian, dimana misal minggu pertama Gua yang membayar makanan jika kami sedang jalan berdua, kemudian minggu kedua dirinya yang bayar, begitu seterusnya. Ini bukan perkara Gua gak mau rugi atau pelit. Tapi sifat Mba Siska dari awal kami pacaran soal pengeluaran uang lah yang membuat Gua harus memberikan saran dan memilih aturan seperti ini. Dari awal kami pacaran, sering kami bertengkar kecil karena masalah dirinya yang selalu membayari Gua makan dan kebutuhan lainnya. Gua selama ini menurut dan mengalah karena sikap keras kepalanya yang ujungnya selalu marah jika Gua mendebatnya atau bersikeras membayarkan kebutuhan kami. Maka jalan satu-satunya adalah seperti saran Gua diatas tadi.

"Hmm.. Yaudah iyaaa..", jawabnya setelah mendengar saran dan aturan main Gua.

"Gitu dong, gimanapun aku laki-laki, kalau kamu gak mau ikutin aturan aku, berarti kamu gak nurut sama aku yang calon kepala keluarga ini", ucap Gua,
"Toh ini buat kebaikkan kamu juga kan Mba..",
"Kamu memang udah punya penghasilan sendiri jadi bisa traktir aku, tapi masa iya kamu gak punya keinginan menabung untuk beli barang impian kamu.. Pasti kan kamu juga pingin beli sesuatu yang kamu minati dari dulu..",
"Nah, kalo kamu bayarin semuanya setiap kita jalan-jalan, yang ada uang kamu habis dan gak bisa beli barang pribadi", jelas Gua lagi.

Mba Siska mengangguk pelan sambil tersenyum kali ini. Dan Gua mengecup keningnya seraya mendekap tubuhnya erat.

"I Love You Mba...".

"I Love You too Za..".

Dalam pelukkan yang cukup lama kami rasakan, tiba-tiba Gua meraskan sedikit getaran dari tubuhnya. Gua mengendurkan pelukkan lalu mundur beberapa centi untuk melihat wajahnya. Gua pegang satu sisi wajahnya dengan tangan kanan.

"Kenapa ?", tanya Gua kebingungan melihatnya menitikkan airmata.

Mba Siska tersenyum lalu menyeuka airmata yang mengalir pelan ke pipinya itu. "Aku sayang kamu Za..", ucapnya lirih.

Gua mengerenyitkan kening, masih bingung dengan maksud tangisannya itu. Seolah-olah Mba Siska tau akan kebingungan yang mengusik pikiran Gua ini, kembali dia memajukkan tubuhnya dan mendekap tubuh Gua erat. Wajahnya menyamping terbenam ke dada Gua. Sedangkan Gua masih tidak mengerti dengan keadaan ini.

"Aku takut kehilangan kamu Za".

Degh..

Gua tidak tau apa sebenarnya yang ada di pikiran Mba Siska saat ini. Tapi lambat laun, dengan diamnya kami dan suara hujan yang semakim terdengar mengecil, akhirnya Gua menyadari satu hal. Lalu Gua membelai rambutnya dan mengecup kepalanya sesaat.

Gua sadar, begitu besarnya cinta Mba Siska kepada Gua saat ini. Ya Gua yakin akan hal itu. Tidak pernah kami berada dalam situasi seperti sekarang, begitu melow. Tapi ucapannya tadi langsung menyadarkan Gua.

Bahwa Gua juga tidak ingin kehilangan dirinya.


...I've fallen for you Mba...

.
.
.
.
.

Kamu adalah salah satu perempuan luar biasa yang aku kenal... I love you.. I love you.. And I love you..


Doesn't matter where I am
Thoughts of you still linger in my mind
No matter what time of day
I've really, really
Fallen for you
Diubah oleh glitch.7 30-04-2017 01:51
dany.agus
fatqurr
fatqurr dan dany.agus memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.