Kaskus

Story

bunbun.orenzAvatar border
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):


And I know
There's nothing I can say
To change that part

But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak

I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead



- Famous Last Words by MCR -


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha


Quote:


Spoiler for Special Thanks:


***



Spoiler for From Me:


Versi PDF Thread Sebelumnya:

MyPI PDF

Credit thanks to Agan njum26



[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)

Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini


Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
drakenssAvatar border
snf0989Avatar border
ugalugalihAvatar border
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
glitch.7
#2485
PART 33


Perkuliahan Gua berjalan baik, tugas-tugas Gua kerjakan dengan sempurna. Baik itu individual maupun berkelompok. Hari-hari Gua di kampus pun berjalan lancar, berteman baik dengan setiap mahasiswa/i lain. Agak bingung sebenarnya kalau harus menceritakan detail keseharian di kampus, karena kegiatan dan aktifitas Gua hanya itu-itu saja, tidak ada yang menarik selain berkutat dengan matkul di kelas.

Soal hubungan pertemanan di kampus, Gua sendiri tidak terlalu dekat dengan yang lain, berhubungan baik tapi tidak ada satupun yang menjadi sahabat layaknya Gusmen, alm. Topan, Sandhi atau Bernat seperti di SMA dulu. Gua malah lebih dekat dengan Lisa, Kinanti dan Veronica.

...

"Hai Vo", ucap Gua ketika melihat Veronica yang berjalan dari taman kampus kearah gerbang, sama dengan Gua.

"Eh, hai Za..", balasnya.

"Mau pulang Vo ?", tanya Gua.

"Enggak Za, Gue harus ke toko kue, mau beli bahan-bahan untuk tugas praktek besok", jawab Vero.

"Oh.. Eh.. Kok sendirian ? Enggak bareng kelompok Lu belanjanya ?".

Vero menggelengkan kepala. "Enggak, mereka ada tugasnya masing-masing, jadi Gue dititipin uang aja buat belanja", lanjutnya.

"Mmm.. Yaudah, Gua anter mau ?", ucap Gua menawarkan.

"Heum ? Serius mau anter ?".

Gua mengangguk seraya tersenyum.

Akhirnya Vero pulang ke kost-annya terlebih dahulu untuk mengganti pakaian, karena Gua tidak mungkin mengantarnya dengan Vero masih mengenakan seragam kampus, bukan soal pakaian seragam atasan tapi bagian bawah alias rok-nya yang terbilang pendek. Sementara Vero pulang ke kost-an, Gua menunggu di kantin kampus, sekedar merokok dan ngemil. Kurang lebih 15 menit, Vero kembali ke kampus. Gua pun kembali ke parkiran setelah menerima smsnya.

Kami berdua sudah melintasi jalan raya dengan si RR, Gua mengarahkan motor sesuai arahan Vero. Sekitar 20 menit kami sampai di toko bahan kue. Lalu kami berdua masuk ke dalam. Vero langsung mengeluarkan secarik kertas dari saku jaketnya, melihat daftar bahan yang harus dia beli. Gua hanya melihat-lihat barang dan bahan kue di dalam toko ini. Setelah Vero mengecek ulang semua bahan kue sudah masuk ke dalam keranjang belanjaan, barulah kami menuju kasir untuk membayar.

Beres mengantar Vero belanja, Gua mengajaknya makan di resto seafood. Sore ini rasanya Gua ingin makan kerang. Sesampainya di resto seafood dan memesan. Gua dan Vero terlibat percakapan seputar mata kuliah sambil menunggu pesanan datang. Tidak lama pesanan datang.

"Loch Za, kok Lo cuma pesen kerang aja ?", tanyanya ketika melihat pesanan Gua di atas meja.

"Iya Vo, gak tau nih Gua lagi pengen makan kerang aja...".

"Seriusan gak makan nasi Za ?".

"Enggak Vo, Gua makan malam aja nanti gampang sama cewek Gua".

"Oh gitu, ya udah.. Gue makan ya Za".

"Yoo..", ucap Gua.

Vero makan dengan lahap, dan makanan yang dia pesan adalah ikan bakar, Gua gak tau janis ikan apa yang jadi santapannya itu. Gua memperhatikan Vero sambil mencungkil daging kerang dari cangkangnnya. Mungkin karena Gua terlalu lama memperhatikan Vero yang lahap. Dia menghentikan suapannya lalu menatap Gua.

"Kenapa Za ?".

"Eh, enggak, enggak apa-apa Vo...".

Vero mengerenyitkan kening. "Lo mau nyobain makanan Gue ? Enak kok..", ucapnya.

Gua memperhatikan daging ikan dan kulit ikan yang terbakar itu. Gua lihat sih enak ya. Nyicipin sedikit enggak apa kali.

"Boleh Vo ?", tanya Gua.

"Boleh lah, nih sini Gue suapin, mau pakai nasinya ?".

"Enggak Vo, ikannya aja..".

Vero pun mencuil daging ikan yang masih ada bagian kulit yang terbakar. Dan menyodorkan suapannya kearah mulut Gua. Mulut ini terbuka untuk menerima suapan Vero...

Nyamm..
Nyam.. Nya.. HOOEEKK...


Gua memuntahkan daging ikan tersebut kebawah meja makan. Lalu tanpa tersadar sekujur tubuh Gua berkeringat dan butiran airmata sudah menggenang di sudut mata Gua.

Gua masih terbatuk ketika Vero dengan kaget dan sibuknya meminta teh manis hangat kepada pelayan. Gua langsung menghabiskan teh manis setengah gelas agar rasa ikan bakar hilang dari lidah Gua. Setelah merasa mendingan, Gua mengurut-ngurut kening karena rasanya perut Gua masih sedikit mual.

"Lo gak suka ikan Nila Za ?", tanya Vero dari samping sambil memijat bahu kanan Gua.

"Bukan Vo, Gua suka makan ikan, tapi bingung kalo dibakar gini malah euneuk...", ucap Gua lemas.

Tidak lama kemudian Vero mengajak Gua pulang ke kost-an, tentunya setelah Gua membayar makanan. Sampai di parkiran Vero menawarkan diri untuk mengemudikan si RR, jujur aja, Gua ragu pada perempuan cantik ini, bener gak ya dia bisa bawa motor kopling. Tapi keraguan Gua sirna ketika sepanjang perjalanan Vero mengemudikan RR dengan lancar jaya tanpa hambatan. Gua diminta memeluknya dari belakang ketika kami berdua berada di atas motor. Karena dia tau Gua masih lemas. Jadi yaaaa... Gua memeluknya dari belakang dan kepala ini Gua sandarkan di bahu kirinya. emoticon-Big Grin

Sampai juga di kost-an, dengan lemas Gua mengganti pakaian untuk rebahan di atas kasur. Lalu Vero ke dapur membuatkan Gua segelas teh manis hangat. Setelah kembali ke kamar, Gua duduk diatas kasur dengan menyandarkan punggung dinding kamar, dan meminum sedikit teh manis yang di pegangi oleh Vero. Kepala Gua sedikit keleyengan,pusing dan perut Gua masih terasa mual.

"Gimana Za ? Udah mendingan ?", tanya Vero yang duduk di sisi ranjang.

Gua mengangguk lemah dengan mata yang sayu.

"Tau Lo gak suka makan ikan bakar gak akan Gue kasih tadi Za...", ucapnya.

Tidak lama kemudian hp Gua berdering tanda panggilan masuk.

Quote:


Gua menaruh hp di samping bantal, lalu menyusutkan tubuh lagi agar kembali berbaring.

"Cewek Lo Za ?", tanya Vero.

"Iya Vo..",
"Harusnya Gua jemput dia sore ini ke kantornya".

"Emang dia gak bawa mobil ?", tanyanya lagi.

"Enggak Vo, biasanya kalo minta di jemput pagi sama Gua kayak pagi tadi, dia Gua anter ke kantornya pake motor..".

Ketika pukul 17.30, Vero pamit pulang, karena dia tau kekasih Gua akan datang ke kost-an setelah maghrib. Ya gak enak aja mungkin maksudnya. Tidak lupa Gua mengucapkan terima kasih kepada Vero sebelum dia melangkah ke pintu kamar yang langsung dibalas dengan senyuman manisnya.

Gua bangun dari kasur setelah mendengar lantunan adzan maghrib dari tv yang memang Gua nyalakan sedari tadi. Walaupun tubuh ini masih lemas dan perut mual, Gua mencoba memaksakan diri ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Beres bersuci, Gua pun merentangkan sajadah dan mulai melaksanakan ibadah 3 raka'at. Ketika Gua sampai di raka'at terakhir, pintu kamar terbuka dan suara seorang perempuan pun terdengar yang sedikit membuat konsentrasi ibadah Gua terganggu.

"Ezaaa...", teriak suara perempuan setelah membuka pintu dengan sedikit kasar,
"Eh ? Lagi shalat, sorry..", suaranya terdengar pelan dan pintu kembali tertutup, kali ini dengan suara pelan juga.

Beres melaksanakan ibadah dan berdo'a, Gua merapihkan sajadah dan membuka sarung. Lalu Gua berjalan ke pintu dan membukanya.

"Eh udah shalatnya Za ?", tanya Bianca dari kursi besi di samping pintu kamar.

Gua hanya mengangguk pelan sambil menyandarkan tubuh ke kusen pintu.

"Loch, Lo kok pucet sih ?", tanyanya kali ini seraya bangkit dari kursi dan berdiri di depan Gua.

"Enggak enak badan aja sih, mual perut Gua Ka'..", jawab Gua.

Entah kenapa juga ini perempuan menjadi khawatir ke Gua. Kedua tangannya memegang kedua sisi wajah Gua. Menatap Gua dengan tatapan khawatir.

"Lo belum ke dokter ya ?".

Gua menggelengkan kepala lemah. "Enggak perlu ke dokter Ka'..", jawab Gua.

"Udah minum obat ?".

"Enggak ah Ka', Gua gak mau minum obat, buat apaan lagian..".

"Kok gitu sih ?",
"Biar cepet sembuh lah Za..".

Gua hanya mendengus pelan, tapi ini tangan kanan Bianca yang memegang pipi kiri Gua kok megusap-usap lembut.

Dan...

"Eza".

Gua mundur satu langkah dan menengok ke kiri dimana sang Kekasih sudah berdiri beberapa meter dari Gua dan Bianca. Bianca yang menyadari Mba Siska sudah datang pun langsung menurunkan tangannya dari wajah Gua dan mundur menjauh beberapa langkah.

"Eh, ha.. Hallo Mbaa..", ucap Bianca gerogi menyapa kekasih Gua itu.

Tanggapan Mba Siska itu... Dia menatap tajam kepada Bianca seraya berjalan mendekati Gua dan berdiri tepat di samping Gua. Mba Siska masih menatap Bianca dengan raut wajah yang sangat tersirat perasaan marah dan ketidak sukaannya kepada si FDJ di depan kami ini.

"Euummm.. Saya.. Saya pamit ke kamar dulu deh", ucap Bianca,
"Cepet sembuh ya Za",
"Mari Mba..", lanjutnya kepada kekasih Gua yang masih menatapnya tajam.

Bianca pun berlalu berjalan kearah kamarnya di sebrang sana. Sedangkan Mba Siska membalikkan badan dan melangkah masuk ke dalam kamar kost-an.

"Masuk Za", terdengar jelas nadanya tegas seolah-olah itu sebuah perintah.

...

Gua duduk di atas kasur dengan kaki menjuntai ke lantai, sedangkan Mba Siska duduk di depan Gua, di atas kursi belajar yang dia tarik. Semangkuk bubur ayam sudah berada di atas tangan kirinya dan tangan kanannya menyendok bubur untuk disuapkan ke mulut ini.

Gua mengunyah bubur perlahan sambil menatap wajahnya yang sudah masuk mode emosi level 1.

"Maksudnya apa tadi ?", ucapnya memulai sesi introgasi.

Gua menelan bubur terlebih dahulu. "Enggak ada maksud apa-apa kok Mba, dia cuma cek wajah aku aja yang pucet ini..", jawab Gua.

"Perlu pakai pegang-pegang pipi kamu ?", nadanya dingin tapi penuh penekanan.

Gua mau jawab apa, kan si Bianca yang megang Gua, lagian mana tau Gua dia bakal megang wajah tampan nan rupawan ini.

"Segitu perlunya Za ?", tanyanya lagi karena Gua hanya bisa terdiam.

"Ya aku mana tau dia mau megang muka aku Mba..".

"Terus kamu kenapa asyik aja dipegangin gitu ? Kesenengan gitu ? Iya ?", cecarnya.

"Enggak gitu".

"Enggak gitu gimana ?",
"Aa..", perintahnya dengan sendok yang berisi bubur di depan mulut Gua. Lalu Gua membuka mulut dan itu sendok dengan cepatnya masuk ke dalam mulut Gua. "Ayo jawab! Kesenengan kan!! Iya ?!! Mentang-mentang lagi sakit! Hm ?!!", lanjutnya dengan mata yang melotot.

Gua hanya bisa menggelengkan kepala pelan sambil mengunyah bubur yang tidak enak rasanya. Bukan karena rasa makanan tapi nafsu makan Gua hilang. Gimana mau nikmatin makanan kalau sambil diintrogasi gini. Apes ini sih, gara-gara si Bianca. Lagian kok Gua bisa gak sadar sih Mba Siska datang, oh gara-gara mobilnya masuk barengan sama mobilnya Koh Ayung nih tadi, jadi luput dari perhatian Gua.

Gua hanya bisa tertunduk sembari menerima tiap suapan sang kekasih dengan sedikit kasar, karena emosinya kepada Gua. Sampai bubur habis dan Mba Siska memberikan Gua sebotol air mineral, dirinya masih saja ngambeuk. Haduh...

"Mba, aku pingin ngerokok..", pinta Gua kepada Mba Siska yang sedang mengeluarkan dan membereskan seragam kerjanya dari dalam tas.

Mba Siska masih saja asyik merapihkan seragam kerja dan menggantung seragamnya itu ke balik pintu kamar tanpa menjawab permintaan Gua.

"Mba..".

Mba Siska menengok dengan cepatnya kepada Gua yang masih duduk di sisi kasur. Haiiishh itu matanya serem, dia cuma memberikan tatapan melototnya kepada Gua. Nyali Gua pun menciut lalu tubuh ini pun langsung ambruk ke kasur. Gak berani macam-macam deh kalau si Polcan sudah masuk mode emosi. Gua membalikkan badan, menghadap dinding kamar dan membelakangi sang kekasih yang masih asyik beres-beres. Gua mengambil bantal guling dan memeluknya.

Tidak lama kemudian, Gua merasakan kasur bergerak. Ternyata Mba Siska naik keatas kasur dan tiduran di samping Gua. Lebih tepatnya di belakang Gua. Tangannya lembut mengusap rambut ini.

"Za..".

"Heum ?", gumam Gua tanpa membalikkan badan.

"Aku udah bilang dari dulu, jangan deket-deket sama Bianca..".

"Heu'euh", jawab Gua malas.

"Aku tau dia naruh hati sama kamu.."

"Ah sok tau kamu", ucap Gua menanggapi ucapannya itu.

"Aku tanya, teman seperti apa yang khawatir sampai megangin wajah temannya dengan tatapan kayak Bianca tadi ?",
"Apalagi dia perempuan loch Za..".

Gua mendengus kasar. "Tapi bukan berarti dia suka sama aku Mba..".

"Sayang, mulai gak nurut ya kalo dibilangin sama Aku ?", ucapnya yang terdengar sangat lembut tapi tangan yang membelai rambut Gua itu berubah jadi sedikit kasar.

Gua menelan ludah dan langsung membalikkan badan. "Enggak Mba, sumpah aku gak macem-macem, aku nurut sama kamu Mba..", jawab Gua menatap wajahnya.

Mba Siska tersenyum kepada Gua dan mendekatkan wajahnya.

Cup... Diciumnya kening ini.

"Gitu dong.. No more Bianca lagi ya sayang..", ucapnya lembut dan tersenyum manis penuh arti.


***


Quote:
Diubah oleh glitch.7 28-04-2017 20:53
dany.agus
dany.agus memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.