Cross the Line
Quote:
Setelah kejadian itu hubunganku dengan Wina sudah benar-benar tidak biasa, bukan hanya dari cara kami menjalani hubungan ini, tapi dari cara kami menikmati hubungan ini. Aku lebih sering berkunjung ke rumah Wina. “kangen” adalah kata ajaib yang selalu dikatakan oleh Wina kepadaku, dengan begitu aku menuruti kemauannya untuk kerumahnya. Kak Queen juga tau akan itu, tapi dia hanya sebatas memberikan peringatan pada kami berdua untuk tidak melakukannya terlalu jauh. Orang tua Wina sudah mengenalku dengan baik, dan memberikan aku kepercayaan untuk menjaga Wina. Bukan hanya dengan alas an “kangen” aku ke rumah WIna, tapi memang di akhir caturwulan ini banyak tugas kelompok yang harus di selelsaikan dan rumah yang selalu di rekomendasikan adalah rumah Wina, Rathi, Luna dan yang lainnya sering merekomendasikan rumah mereka, namun Wina selalu memiliki alasana yang “masuk akal” sehingga membuat yang lain memilih rumah Wina. Aku tidak bisa menceritakan secara detail apa saja “kegiatan” ku di rumah Wina tapi ada 1 moment yang bisa aku share disini, moment dimana aku terjebak dengan perasaanku sendiri.
Waktu itu ada tugas kelompok biologi. Dan kamipun mendiskusikan akan mengerjakan dimana tugas tersebut.
“kaya biasa aja di rumah aku ya”, kata WIna
“bosen deh Win”, kata Luna
“rumah aku aja, gimana?”, kata Rathi
“setuju tuh, sekali-sekali kan kesana”, kata Vivi
“tapi di rumah Wina enak, gua kenyang. Hahaha”, kata Firdaus
“elu emang kerjaannya makan mulu kan”, ledek Wina
“jadi mau gimana?”, kataku
Terlihat semuanya sedang berfikir. Akhirnya di ambil keputusan dengan cara kocokan. Kamipun menggulung kertas, rumah siapa yang akan jadi tempat untuk mngerjakan tugas. Semuanya memasukan rumahnya masing-masing lalu menaruhnya di dalam botol dan kemudian di kocok.
“nih keluar, sah ya?”, kata Luna
“iya, cepetan buka”, kataku
“Wina”, katak Luna
“tuh kan aku bilang juga apa di rumah aku aja”, kata Wina
“ulang ah”, kata Rathi
“ko gitu? Kan udah sah tadi”, kata Wina
“coba keluarin semuanya”, kata Rathi
Kemudian dia memeriksa satu persatu kertas dan memang tidak ada kecurangan di dalamnya.
“udah ayo berangkat, tugasnya ga sedikit ini”, kataku
Kamipun bersiap-siap lalu berangkat ke rumah Wina.
“bareng aja semuanya aku di jemput”, kata Rathi
Wina agak meremas tanganku.
“kenapa yang?”, bisikku
“aku ga mau”, bisiknya
“kenapa?”, kataku
“pokonya aku ga mau”, lanjutnya
Masih ada tempat untuk kami berdua namun untuk menjaga perasaan Wina akupun beralasan akan membeli cemilan untuk di rumah nanti. Mereka pun menerima alasan itu, Wina pun menitipkan kunci rumahnya pada Luna.
“makasih ya sayang”, kata Wina
“iya, sama-sama”, kataku
“ayo jalan nyari cemilan”, kataku
“beneran mau nyari?”, kata Wina
“kan aku alesannya gitu kalau sampe sana gada cemilan kan malah curiga nanti mereka”, kataku
Kamipun membeli jajanan sekitar sekolah, sudah seperti belanja bulanan, cukup banyak yang kami beli. Sebenarnya setiap hari mereka jajan seperti ini tapi dari pada nanti menjadi masalah aku tidak ada pilihan lain. Tiba-tiba Wina memegang dadaku.
“kamu ga berubah ya”, katanya
“kenapa?”, kataku
“udah lama loh kita pacaran tapi selalu deg-degan”, katanya
Akupun tidak menjawabnya. Bukannya aku tidak mau menjawab tapi aku tidak punya jawabannya, beginilah keadaanku selama bersama Wina. Sesudah membeli perbekalan kamipun langsung menuju rumah Wina, sesampainya disana yang lain sudah mulai mengerjakan tugasnya, Wina langsung menyiapkan makanan dan minuman sedangkan diriku rebahan sebentar di sofa
“hei”, kata Luna mencolek hidungku
“bentar Lun”, kataku
Setelah Wina kembali akupun bergabung dengan mereka, pembagian tugas pun di mulai, ada yang mencari materi, menggunting dan menyusun kliping yang harus kami buat.
“yang kita ke kamar kak Queen browsing disana buat sumber yang lain”, kata Wina
“nah bener tuh, sono dah biar makin cepet beres”, kata Firdaus
Akupun mengikuti Wina ke kamar kak Queen. Ini bukan yang pertama kali aku masuk, selama itu untuk browsing aku mendapat izin dari kak Queen.
“sini aku yang cari, kamu kasih tau aja apa yang perlu di cari”, kataku
Oh iya, posisi computer di kamar ini membelakangi pintu, sehingga kalau ada yang masuk tidak ketahuan.
“nih ada dibuku”, katak Wina
“bacain kek yang”, kataku
“cape ah”, katanya manja
Akupun mencari sendiri maternya sedang Wina bergelayutan di punggungku.
“mau sampe kapan ini”, katanya sambil menunjuk dadaku
“ga tau yang kalo sama kamu kaya gini”, kataku
Satu persatu materi mulai ku print dan ku rapihkan
“udah beres?”, kata Wina
“tinggal print yang ini, terus selesai”, kataku
Wina mulai “menjahili” telingaku.
“mulai deh kamu yang”, kataku
“hehehe”, dia hanya tertawa
“yang”, kataku
“aku suka kamu kaya gini”, kata Wina
“jangan di cap lagi”, kataku
“tenang yang”, katanya
Wina “menjahili” ku habis-habisan
“yang yang lain di bawah loh”, kataku
“tenang yang masih sibuk kan semuanya”, katanya
“mereka nungguin ini loh”, kataku
Wina malah menutup bibirku dengan bibirnya. Kami sudah benar-benar tidak mengontrol diri masing-masing, kami sudah berani menyentuh daerah “sensitive” lawan jenis, walaupun masih menggunakan seragam. Setelah ku rasa cukup akupun mendorong Wina pelan
“yang kasih ini dulu”, kataku sambil memberikan kertas
“aku juga mau pipi dulu yang, tunggu loh”, Wina pun berlari dan meninggalkanku.
Akupun menghela nafas panjang sambil bersandar.