- Beranda
- Stories from the Heart
[REAL STORY] Lika Liku Perjalanan Cinta
...
TS
rzrdn62
[REAL STORY] Lika Liku Perjalanan Cinta
⇝★Special Main cover by Special Somebody★⇜
![[REAL STORY] Lika Liku Perjalanan Cinta](https://s.kaskus.id/images/2017/04/30/9697908_20170430071846.jpg)
▓▓∷rvn894∷▓▓
╠⇌≪PERKENALAN≫⇋╣
╠⇌≪RULES≫⇋╣
![[REAL STORY] Lika Liku Perjalanan Cinta](https://s.kaskus.id/images/2017/04/30/9697908_20170430071846.jpg)
▓▓∷rvn894∷▓▓
Quote:
╠⇌≪PERKENALAN≫⇋╣
Quote:
╠⇌≪Frequently Asked Questions≫⇋╣
Spoiler for FAQ:
╠⇌≪RULES≫⇋╣
Spoiler for Rules:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
╠⇌≪INDEX≫⇋╣
Spoiler for LIST All of INDEX:
Diubah oleh rzrdn62 15-06-2017 23:45
efti108 dan anasabila memberi reputasi
2
80.3K
929
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rzrdn62
#317
Part 32: Temani Dirimu (Erlin)
Tadinya gw kira hari ini akan gw dengan Erlin habiskan dengan bersenang senang, jalan jalan lagi seperti biasanya. Tetapi semuanya tidaklah seperti yang gw duga. Erlin terbaring lemah di rumah sakit karena penyakitnya. Memang harus gw akui, Erlin itu orangnya harus di dorong terlebih dahulu agar dia mau melakukan suatu hal yang biasanya susah untuk dia lakukan. Seperti halnya makan. Minggu lalu, sewaktu Erlin sakit dia pun tetap lahap memakan bubur yang gw beli untuknya sambil gw suapi. Gw rasa, sifat kami berdua memanglah tidak jauh berbeda. Tanpa gw sadari, akhirnya gw ketiduran dengan posisi bersandar pada kasur di ranjang tempat Erlin tertidur.
Entah gw tertidur seberapa lama, akan tetapi ketika gw ingin terbangun. Gw merasakan usapan yang sangat pelan pada kepala gw. Saat gw membuka mata dan tersadar, ternyata yang mengusap gw tersebut adalah Erlin. Gw pun menatapnya sejenak lalu mengusap mata gw, kemudian Erlin terlihat tersenyum saat melihat gw ada di sampingnya.
Erlin: “Aku seneng akhirnya kamu dateng Rez...” –ucapnya dengan suara pelan dan lemah.
Gw: “Akhirnya kamu bangun juga. Dari tadi aku nunggu kamu bangun sampai ketiduran tau.” –ucap gw sambil merapihkan rambutnya yang menutupi kening Erlin.
Erlin: “Kamu baca surat dari aku gak?”
Gw: “Iya, aku ngebacanya Lin.”
Erlin: “...” –Erlin hanya terdiam lalu tersenyum kembali kepada gw.
Gw: “Lin...Aku gak mau kamu sakit sakitan kaya begini. Aku mau kamu kaya biasanya lagi, biar kita bisa jalan bareng lagi. Aku takut Lin.” –ucap gw dengan nada sendu.
Erlin: “Kamu doa in supaya aku cepet sembuh. Dan kamu jangan sedih Rez, nanti juga aku sembuh kok.”
Gw: “Iya...Pastinya Lin.”
Krek! Cklakk!!
Terdengar suara knob pintu diputar, lalu seorang suster masuk ke kamar ini sambil membawakan beberapa makanan seperti bubur dan teh hangat. Cuma yang aneh, buburnya itu tidak ada pelengkap apapun diatasnya selain taburan daun bawang saja.
Setelah meletakkan makanan di atas meja dan mengganti tabel apalah itu namanya(yang ada di ujungan ranjang pasien) dan mengecek kondisi Erlin, suster tersebut langsung keluar kembali.
Gw: “Tuh makanannya udah sampe Lin, makan dulu gih.”
Erlin: “Aku nggak mau makan kalau nggak kamu suapin...Bodoamat.”
Gw: “Ya ampun. Lagi sakit masi aja pengen di manjain ya? Yaudah kamu bangun, sini aku suapin.” –ucap gw lalu mengambil mangkuk yang berisikan bubur serta sendoknya.
Perlahan lahan gw menyuapi Erlin sambil sesekali gw mengajaknya mengobrol dan mencari bahan lelucon agar membuatnya riang kembali. Senang rasanya bisa berada di dekat Erlin lagi...Walaupun masih terselip rasa bersalah pada diri gw karena sudah menghianati dirinya.
Gw: “Gimana rasanya?”
Erlin: “Pait Rez. Aku jadi sedikit mual.”
Gw: “Aduh, stop dulu deh makannya. Nih minum dulu.” –ucap gw sambil memberikan gelas yang berisi teh hangat.
Erlin segera meminum sedikit teh hangat tersebut lalu memberikannya kembali kepada gw.
Gw: “Gimana? Udah enakan? Mau dilanjutin gak makannya?”
Erlin: “Nggak ah, aku udah kenyang.”
Gw: “Yaudah kalo gitu sekarang minum obatnya ya.” –ucap gw sambil menaruh gelas dan mangkuk di atas meja.
Gw langsung membuka drawer paling atas dan mengambil beberapa obat di dalamnya.
Gw: “Ini yang harus diminum yang mana Lin?”
Erlin: “Yang tablet Rez.”
Gw: “Eh, tadi kamu udah minum obat yang harus diminum sebelom makan gak tuh?”
Erlin: “Udah kok.”
Gw: “Huuh, hampir aja. Kalo gak kamu harus minum dua sekaligus ini. Nih obatnya, sebentar aku ambil minumnya dulu.” –ucap gw sambil memberikan obat yang Erlin maksud.
Gw mengambil botol minum yang terdapat di atas drawer lalu memberikannya kepada Erlin. Ketika Erlin sedang meminum obatnya, gw hanya bisa memandanginya. Terlintas dalam benak dan pikiran, mengapa gw bisa menghianati perempuan seperti Erlin? Yang baik, selalu berkata jujur, setia kepada gw dan yang pasti mempunyai cinta yang amat sangat tulus untuk gw.
Jika dibandingkan dengan Aulia memanglah tidak terlalu jauh perbandingannya, mereka sama sama memiliki paras yang cantik nan manis, sama sama baik dan bisa menerima gw apa adanya, sama sama berkata jujur pula kepada gw. Cuma harus gw akui, Aulia memang sedikit lebih unggul karena pipinya yang membuat gw gemas. Dan entah mengapa, karena suatu keunggulan dari seorang perempuan bisa membuat gw berpindah ke lain hati. Damn!
Erlin: “Reza? Kamu kok bengong?”
Gw: “Eh, gak kok. Aku gak bengong. Cuma lagi liatin kamu aja tadi.”
Erlin: “Jangan bengong ih.”
Gw: “Iya gak kok Lin. Yaudah kamu tiduran lagi gih. Mau aku nyalain Tvnya?”
Erlin: “Nggak usah Rez, streaming video lucu aja di hp kamu kaya waktu itu.”
Gw langsung menuruti apa yang Erlin inginkan. Karena gw pikir, jika gw bisa membuatnya senang maka Erlin bisa sembuh lebih cepat. Gw teringat akan hal yang gw baca ketika sedang browsing, yaitu jika orang yang sedang sakit dibuat senang. Maka orang tersebut seketika akan lupa bahwa dirinya sedang sakit, dan proses penyembuhan juga akan berlangsung secara singkat.
Maka untuk membuktikan hal tersebut, gw pikir tidak ada salahnya jika gw menuruti setiap perkataan Erlin. Terlebih, video yang lucu bisa memberikan dampak positif pada pikiran sehingga memanipulasi sistem saraf agar tidak terlalu memikirkan apa yang sedang terjadi kepada tubuh kita.
Gw langsung mencarikan video di yousup yang sekiranya bisa membuat Erlin tertawa kembali. Setelah beberapa saat mencari, akhirnya gw menemukan video yang pas. Dan ketika kami berdua menontonnya, Erlin sesekali bisa kembali tertawa. Walaupun tidak seriang disaat dia sedang sehat, akan tetapi gw sangat senang mendengarnya. Sampai pada klip yang ke sekian, dia tertawa lepas sambil menutup mulutnya.
Gw: “Ciee udah bisa ketawa.
”
Erlin: “Ihh emang nggak boleh?
”
Gw: “Hehe, iya iya boleh kok.”
Erlin: “Aku jadi mau cepet cepet sembuh, biar bisa main lagi sama kamu Rez.”
Gw: “Makanya kalo lagi sehat pola makan dijaga. Udah tau kan penyakit kamu kaya gitu Lin.”
Erlin: “Tapi aku kan sebelumnya nggak tau kalau aku ada penyakit kaya gini, soalnya aku pikir Cuma penyakit maag biasa.”
Gw: “Intinya kalo lagi sehat, pola makan dijaga Lin. Oke?”
Erlin: “Iya Rezaa.”
Tok tok tok...
Tiba tiba pintu kamar diketuk oleh seseorang. Gw langsung bangun dan berjalan ke arah pintu. Saat gw membukanya, ternyata diluar sudah ada Soni dan anak anak basket lainnya. Mereka berkunjung untuk menjenguk Erlin dan membawakan beberapa buah dan makanan.
Soni: “Weyy apa kabar bro? Lama gak ketemu.” –ucapnya sambil bersalaman kepada gw.
Gw: “Wih, ternyata yang dateng lo lo pada nih. Sini masuk. Oh iya, lo tau kalo Erlin dirawat disini dari mana bro?”
Icak: “Si Soni dapet kabar dari temen sekelas si Erlin. Terus, dia langsung ngabarin anak anak yang lain deh.”
Soni: “Iya bro, gw tau temen si Erlin yang cewek. Yang namanya Shintya atau apa itu.”
Gw: “Shinta?”
Soni: “Nah itu dia yang gua maksud. Tadi gua udah nelpon lu, tapi telpon lu gak aktif.”
Gw: “Oh iya, Hp tadi gw matiin soalnya. Hehe. Lo kenal shinta dari mana?”
Soni: “Beh...Pantes aja gua telponin nomornya gak aktif mulu. Shinta itu kan temen gua dari SD bro.”
Gw: “Ohh pantesan lo kenal. Hehe, sorry bro. Btw si Shinta kaga ikut kemari?”
Soni: “Katanya sih lagi pada di jalan bro, dia kesini berdua sama temennya katanya.”
Gw: “Yaudah, pada masuk lah. Kaga pegel apa lo pada berdiri di situ? Tuh...Erlinnya lagi streaming video, dia kaga denger kali soalnya pake earphone.”
Semuanya mulai masuk ke dalam kamar tempat Erlin dirawat lalu mereka menghampirinya. Ketika Erlin menyadari bahwa teman temannya datang untuk menjenguk dirinya. Dia langsung melepas earphone dan meletakkan Hpnya di kasur.
Erlin: “Ya ampun...Kalian semua kok tau kalau gue ada disini?
”
Soni: “Kita tau dari temen sekelas lu, si Shinta.”
Erlin: “Terus Shintanya mana?”
Gw: “Katanya si Soni lagi di jalan Lin.”
Erlin: “Ya ampun, kalian jadi repot repot dateng kesini.”
Icak: “Sekali kali jenguk temen yang lagi sakit mah gak apa apa Lin. Haha.”
Vina: “Iya Lin. Nih, kita Cuma bisa ngasih ini untuk kamu.” –ucapnya sambil menaruh buah dan makanan di atas drawer.
Erlin: “Makasih ya semuanya. Gak nyangka banget kalau kalian mau dateng kesini.”
Hari ini, tepatnya sore hari yang menjelang malam. Seluruh anak anak basket lokal kenalan gw dan Erlin pada datang untuk menjenguk dan melihat kondisi Erlin. Syukurlah mereka datang, karena dengan ini Erlin pasti akan menjadi lebih senang. Gw sendiri pun juga sangat senang karena mereka sudah perduli akan dirinya Erlin. Tapi, dari semua kesenangan yang kami dapatkan hari ini. Masih ada sebuah perkara yang harus gw selesaikan terlebih dahulu, yang pasti akan membuat seseorang menjadi terluka karenanya.
Entah gw tertidur seberapa lama, akan tetapi ketika gw ingin terbangun. Gw merasakan usapan yang sangat pelan pada kepala gw. Saat gw membuka mata dan tersadar, ternyata yang mengusap gw tersebut adalah Erlin. Gw pun menatapnya sejenak lalu mengusap mata gw, kemudian Erlin terlihat tersenyum saat melihat gw ada di sampingnya.
Erlin: “Aku seneng akhirnya kamu dateng Rez...” –ucapnya dengan suara pelan dan lemah.
Gw: “Akhirnya kamu bangun juga. Dari tadi aku nunggu kamu bangun sampai ketiduran tau.” –ucap gw sambil merapihkan rambutnya yang menutupi kening Erlin.
Erlin: “Kamu baca surat dari aku gak?”
Gw: “Iya, aku ngebacanya Lin.”
Erlin: “...” –Erlin hanya terdiam lalu tersenyum kembali kepada gw.
Gw: “Lin...Aku gak mau kamu sakit sakitan kaya begini. Aku mau kamu kaya biasanya lagi, biar kita bisa jalan bareng lagi. Aku takut Lin.” –ucap gw dengan nada sendu.
Erlin: “Kamu doa in supaya aku cepet sembuh. Dan kamu jangan sedih Rez, nanti juga aku sembuh kok.”
Gw: “Iya...Pastinya Lin.”
Krek! Cklakk!!
Terdengar suara knob pintu diputar, lalu seorang suster masuk ke kamar ini sambil membawakan beberapa makanan seperti bubur dan teh hangat. Cuma yang aneh, buburnya itu tidak ada pelengkap apapun diatasnya selain taburan daun bawang saja.

Setelah meletakkan makanan di atas meja dan mengganti tabel apalah itu namanya(yang ada di ujungan ranjang pasien) dan mengecek kondisi Erlin, suster tersebut langsung keluar kembali.
Gw: “Tuh makanannya udah sampe Lin, makan dulu gih.”
Erlin: “Aku nggak mau makan kalau nggak kamu suapin...Bodoamat.”
Gw: “Ya ampun. Lagi sakit masi aja pengen di manjain ya? Yaudah kamu bangun, sini aku suapin.” –ucap gw lalu mengambil mangkuk yang berisikan bubur serta sendoknya.
Perlahan lahan gw menyuapi Erlin sambil sesekali gw mengajaknya mengobrol dan mencari bahan lelucon agar membuatnya riang kembali. Senang rasanya bisa berada di dekat Erlin lagi...Walaupun masih terselip rasa bersalah pada diri gw karena sudah menghianati dirinya.
Gw: “Gimana rasanya?”
Erlin: “Pait Rez. Aku jadi sedikit mual.”
Gw: “Aduh, stop dulu deh makannya. Nih minum dulu.” –ucap gw sambil memberikan gelas yang berisi teh hangat.
Erlin segera meminum sedikit teh hangat tersebut lalu memberikannya kembali kepada gw.
Gw: “Gimana? Udah enakan? Mau dilanjutin gak makannya?”
Erlin: “Nggak ah, aku udah kenyang.”
Gw: “Yaudah kalo gitu sekarang minum obatnya ya.” –ucap gw sambil menaruh gelas dan mangkuk di atas meja.
Gw langsung membuka drawer paling atas dan mengambil beberapa obat di dalamnya.
Gw: “Ini yang harus diminum yang mana Lin?”
Erlin: “Yang tablet Rez.”
Gw: “Eh, tadi kamu udah minum obat yang harus diminum sebelom makan gak tuh?”
Erlin: “Udah kok.”
Gw: “Huuh, hampir aja. Kalo gak kamu harus minum dua sekaligus ini. Nih obatnya, sebentar aku ambil minumnya dulu.” –ucap gw sambil memberikan obat yang Erlin maksud.
Gw mengambil botol minum yang terdapat di atas drawer lalu memberikannya kepada Erlin. Ketika Erlin sedang meminum obatnya, gw hanya bisa memandanginya. Terlintas dalam benak dan pikiran, mengapa gw bisa menghianati perempuan seperti Erlin? Yang baik, selalu berkata jujur, setia kepada gw dan yang pasti mempunyai cinta yang amat sangat tulus untuk gw.
Jika dibandingkan dengan Aulia memanglah tidak terlalu jauh perbandingannya, mereka sama sama memiliki paras yang cantik nan manis, sama sama baik dan bisa menerima gw apa adanya, sama sama berkata jujur pula kepada gw. Cuma harus gw akui, Aulia memang sedikit lebih unggul karena pipinya yang membuat gw gemas. Dan entah mengapa, karena suatu keunggulan dari seorang perempuan bisa membuat gw berpindah ke lain hati. Damn!
Erlin: “Reza? Kamu kok bengong?”
Gw: “Eh, gak kok. Aku gak bengong. Cuma lagi liatin kamu aja tadi.”
Erlin: “Jangan bengong ih.”
Gw: “Iya gak kok Lin. Yaudah kamu tiduran lagi gih. Mau aku nyalain Tvnya?”
Erlin: “Nggak usah Rez, streaming video lucu aja di hp kamu kaya waktu itu.”
Gw langsung menuruti apa yang Erlin inginkan. Karena gw pikir, jika gw bisa membuatnya senang maka Erlin bisa sembuh lebih cepat. Gw teringat akan hal yang gw baca ketika sedang browsing, yaitu jika orang yang sedang sakit dibuat senang. Maka orang tersebut seketika akan lupa bahwa dirinya sedang sakit, dan proses penyembuhan juga akan berlangsung secara singkat.
Maka untuk membuktikan hal tersebut, gw pikir tidak ada salahnya jika gw menuruti setiap perkataan Erlin. Terlebih, video yang lucu bisa memberikan dampak positif pada pikiran sehingga memanipulasi sistem saraf agar tidak terlalu memikirkan apa yang sedang terjadi kepada tubuh kita.
Gw langsung mencarikan video di yousup yang sekiranya bisa membuat Erlin tertawa kembali. Setelah beberapa saat mencari, akhirnya gw menemukan video yang pas. Dan ketika kami berdua menontonnya, Erlin sesekali bisa kembali tertawa. Walaupun tidak seriang disaat dia sedang sehat, akan tetapi gw sangat senang mendengarnya. Sampai pada klip yang ke sekian, dia tertawa lepas sambil menutup mulutnya.
Gw: “Ciee udah bisa ketawa.
”Erlin: “Ihh emang nggak boleh?
”Gw: “Hehe, iya iya boleh kok.”
Erlin: “Aku jadi mau cepet cepet sembuh, biar bisa main lagi sama kamu Rez.”
Gw: “Makanya kalo lagi sehat pola makan dijaga. Udah tau kan penyakit kamu kaya gitu Lin.”
Erlin: “Tapi aku kan sebelumnya nggak tau kalau aku ada penyakit kaya gini, soalnya aku pikir Cuma penyakit maag biasa.”
Gw: “Intinya kalo lagi sehat, pola makan dijaga Lin. Oke?”
Erlin: “Iya Rezaa.”
Tok tok tok...
Tiba tiba pintu kamar diketuk oleh seseorang. Gw langsung bangun dan berjalan ke arah pintu. Saat gw membukanya, ternyata diluar sudah ada Soni dan anak anak basket lainnya. Mereka berkunjung untuk menjenguk Erlin dan membawakan beberapa buah dan makanan.
Soni: “Weyy apa kabar bro? Lama gak ketemu.” –ucapnya sambil bersalaman kepada gw.
Gw: “Wih, ternyata yang dateng lo lo pada nih. Sini masuk. Oh iya, lo tau kalo Erlin dirawat disini dari mana bro?”
Icak: “Si Soni dapet kabar dari temen sekelas si Erlin. Terus, dia langsung ngabarin anak anak yang lain deh.”
Soni: “Iya bro, gw tau temen si Erlin yang cewek. Yang namanya Shintya atau apa itu.”
Gw: “Shinta?”
Soni: “Nah itu dia yang gua maksud. Tadi gua udah nelpon lu, tapi telpon lu gak aktif.”
Gw: “Oh iya, Hp tadi gw matiin soalnya. Hehe. Lo kenal shinta dari mana?”
Soni: “Beh...Pantes aja gua telponin nomornya gak aktif mulu. Shinta itu kan temen gua dari SD bro.”
Gw: “Ohh pantesan lo kenal. Hehe, sorry bro. Btw si Shinta kaga ikut kemari?”
Soni: “Katanya sih lagi pada di jalan bro, dia kesini berdua sama temennya katanya.”
Gw: “Yaudah, pada masuk lah. Kaga pegel apa lo pada berdiri di situ? Tuh...Erlinnya lagi streaming video, dia kaga denger kali soalnya pake earphone.”
Semuanya mulai masuk ke dalam kamar tempat Erlin dirawat lalu mereka menghampirinya. Ketika Erlin menyadari bahwa teman temannya datang untuk menjenguk dirinya. Dia langsung melepas earphone dan meletakkan Hpnya di kasur.
Erlin: “Ya ampun...Kalian semua kok tau kalau gue ada disini?
”Soni: “Kita tau dari temen sekelas lu, si Shinta.”
Erlin: “Terus Shintanya mana?”
Gw: “Katanya si Soni lagi di jalan Lin.”
Erlin: “Ya ampun, kalian jadi repot repot dateng kesini.”
Icak: “Sekali kali jenguk temen yang lagi sakit mah gak apa apa Lin. Haha.”
Vina: “Iya Lin. Nih, kita Cuma bisa ngasih ini untuk kamu.” –ucapnya sambil menaruh buah dan makanan di atas drawer.
Erlin: “Makasih ya semuanya. Gak nyangka banget kalau kalian mau dateng kesini.”
Hari ini, tepatnya sore hari yang menjelang malam. Seluruh anak anak basket lokal kenalan gw dan Erlin pada datang untuk menjenguk dan melihat kondisi Erlin. Syukurlah mereka datang, karena dengan ini Erlin pasti akan menjadi lebih senang. Gw sendiri pun juga sangat senang karena mereka sudah perduli akan dirinya Erlin. Tapi, dari semua kesenangan yang kami dapatkan hari ini. Masih ada sebuah perkara yang harus gw selesaikan terlebih dahulu, yang pasti akan membuat seseorang menjadi terluka karenanya.
0
![[REAL STORY] Lika Liku Perjalanan Cinta](https://s.kaskus.id/images/2017/04/28/8656089_201704280710150445.jpg)

![[REAL STORY] Lika Liku Perjalanan Cinta](https://s.kaskus.id/images/2017/05/02/6955937_20170502044501.png)
![[REAL STORY] Lika Liku Perjalanan Cinta](https://s.kaskus.id/images/2017/05/03/6955937_20170503100444.png)