- Beranda
- Stories from the Heart
KABUT (Horror Story)
...
TS
endokrin
KABUT (Horror Story)
Tanpa basa-basi lagi bagi agan dan sista yang sudah pernah membaca dongeng-dongeng saya sebelumnya kali ini saya ingin mempersembahkan sebuah dongeng baru
Cerita saya sebelumnya bisa dibaca dibawah ini, tinggal diklik saja
Quote:
WARNING!!
Quote:
Saya mohon dengan sangat untuk tidak mengcopy paste cerita ini. semoga agan dan sista yang budiman bersikap bijaksana, dan mengerti bahwa betapa susahnya membuat cerita. Terima kasih
Quote:
disturbing14 dan 30 lainnya memberi reputasi
29
617.7K
Kutip
2.2K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.2KThread•46.7KAnggota
Tampilkan semua post
TS
endokrin
#176
Quote:
CHAPTER 2
Alunan musik dangdut menjadi temanku diperjalanan, sejak tadi televisi didepan kursi bus tidak henti-hentinya menampilkan video klip wanita bertubuh bongsor sedang bergoyang. Aku sampai hafal, ada tiga belas lagu dangdut yang sedari tadi terus berulang. sebagian penumpang tampaknya menikmati sekali mini konser dalam televisi milik penyanyi dangdut yang tidak aku kenal itu, entah apa yang sedang mereka bayangkan ketika melihat tubuh sintal yang meliuk-liuk mengikuti irama gendang. Namun sebagian orang memilih tidur seperti Baim, mereka seakan tidak peduli dengan suara dentuman musik yang cukup keras, telinga mereka seperti bisa diseting untuk mode hening.
Langit diluar sudah gelap gulita, namun hujan masih belum berhenti sepanjang perjalanan. Jam digital didalam bus sudah menunjukan angka delapan. Menurut percakapan orang dikursi depan tadi, katanya untuk sampai di tempat tujuan membutuhkan waktu sekitar dua belas jam, itupun kalau tidak ada kemacetan.
Aku memperhatikan Imron yang sedari tadi masih asik berbincang dengan Hesti, dia seakan tidak peduli dengan goyangan maut yang ditampilkan penyanyi dangdut ditelevisi. Matanya masih fokus menatap Hesti, pemandangan ini seperti sebuah adegan di FTV.
Pantatku sudah mulai terasa tidak nyaman, mungkin karena tidak terbiasa duduk lama-lama. Padahal ini baru beberapa jam, tapi rasanya aku sudah mual mau muntah karena mabuk perjalanan.
“Im.. bangun im.. bawa antimo ga ?” aku goyang-goyangkan tubuh Baim.
Masih dalam keadaan setengah sadar, Baim mengucek-ngucek matanya sambil menguap. Dia bertanya ulang apa yang aku ucapkan, setelah mendapat jawaban dengan segera dia merogoh saku jaketnya.
“Si Imron kenapa bawa cewe segala ?” kata Baim sambil menyerahkan satu tablet obat anti mabuk perjalanan.
“Itu gebetannya, biarin ajalah.”
“Bukan gitu, bawa Cewe itu ribet kalau naik gunung. Apalagi ini pendakian pertamanya.”
“Ah, paling kamu sensi sama si Imron karena ga bisa bawa cewe ”
“Terserah. Tapi kalau nanti cewe itu mogok ditengah jalan aku tidak mau menggendongnnya.”
“Emang dia mau digendong sama kamu ?”
Baim langsung mengambil botol air mineral tanpa menjawab pertanyaan. Setelah selesai menghabiskan setengah botol air minum matanya langsung tertuju pada televisi.
“Kita ga bakalan nyasar ?”
“Tenang, kalau sudah nyampe terminal nanti kita Tanya-tanya saja sama orang-orang disana.”
“Kamu bawa jahe ?”
“Lupa, tidak sempat bawa yang kamu pesan. Ini Cuma bawa mie instan dan beberapa bungkus roti saja.” jawabku.
Baim kemudian merogoh saku jaketnya lagi, dia mengeluarkan jahe satu ruas jari. Saku jaketnya sudah mirip kantong doraemon yang bisa mengeluarkan apa saja, bahkan aku sampe heran.
“Ini simpan, kalau nanti pas pendakian kedinginan, kunyah.”
“Banyak orang meninggal digunung karena kedinginan. Aku tidak mau menggendong mayatmu dari puncak kebawah.” Lanjut Baim.
Mendengar ucapan Baim tentang kematian, nyaliku jadi ciut untuk naik gunung. Beberapa hari sebelumnya aku menonton film berjudul Everest yang diangkat dari kisah nyata. film itu menceritakan tentang perjalanan Rob Hall seorang pendaki yang tewas saat mengantar para pendaki lainnya digunung Everest. Diakhir film diceritakan Rob Hall dan beberapa rekannya meninggal dunia dan mayatnya tidak pernah ditemukan atau memang sengaja dibiarkan dipuncak gunung, karena mungkin resiko untuk mengambil satu mayat tidak akan sebanding dengan resiko yang harus ditanggung tim penyelamat.
Gunung di jawa tengah mungkin tidak akan setinggi dan sedingin Everest, aku mencoba menghibur diri. Namun sialnya, saraf perlindungan diri dalam otak ini seperti bekerja lebih keras lagi. Aku teringat beberapa berita yang pernah aku tonton ditelevisi, bahwa pendakian memang kadang memakan korban. masih beruntung bagi mayat yang ditemukan hingga bisa dibawa pulang, setidaknya walaupun tinggal tersisa jasad keluarganya bisa melihat untuk yang terakhir kalinya. Namun yang lebih mengenaskan adalah para pendaki yang hilang bahkan sampai sekarang belum ditemukan.
“Im apa mendaki gunung itu mengerikan ?”
“Tergantung isi kepalamu.” Jawab Baim enteng.
Aku tidak mengerti dengan ucapannya, maka terus kutatap dia untuk menagih penjelasan.
“Kalau isi kepalamu berpendapat bahwa gunung itu berbahaya, maka akan menjadi tempat yang berbahaya, karena setiap hal yang ada disana akan kamu anggap sebagai pertanda bahaya. Kegelapan, tebing yang curam, hawa dingin, hewan liar, mungkin. tapi kalau kamu melihat gunung sebagai kesenangan, maka akan jadi kesenangan. Karena kamu menganggap apa yang ada digunung sebagai bagian dari keindahan yang tidak bisa kamu dapatkan dari kehidupan normalmu. Tebing akan menjadi tantangan, kegelapan akan menjadi ketenangan.”
“Jadi itu alasanmu menyukai gunung ? Kerena kesenangan.”
“Bukan, karena aku tidak punya hobi lain yang bisa dikerjakan.”
“Dasar orang aneh. Padahal bisa saja kan kamu cepat-cepat lulus, mencari kerja atau bisnis dengan bantuan modal dari bapakmu yang kaya raya itu.”
“Standar orang itu berbeda-beda dalam menjalankan hidup.”
Maaf , kepalaku tidak sampai untuk memahami filosofi hidupmu.”
“Hehe.. makanya diam saja.”
“Kadang hidup itu memang aneh, ada yang sudah nyaman seperti kamu dan tinggal melanjutkan dinasti kekayaan, tapi malah memilih hidup susah menggelandang. Ada yang seperti Imron dari kelas bawah yang mati-matian pengen hidup berkucukupan tapi belum juga kesampaian.”
“Setidaknya kami berdua tahu tujuan dan apa yang sedang kami perjuangkan. Daripada kamu yang sampai sekarang belum jelas. Hidupmu mau dibawa kemana sih pan ? hehe.”
Mendengar pertanyaan Baim sebenarnya aku sedikit tersinggung. Sampai sekarang aku belum tahu apa yang ingin aku kerjakan dalam hidup. Cita-cita ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa nyatanya ketika kita menjadi dewasa hanya bualan saja. jangankan berguna untuk Negara, bahkan berguna untuk diri sendiri dan keluarga saja aku belum bisa.
“Kalau orang hilang digunung itu biasanya karena apa Im ?” aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Macem-macem, ada yang mungkin meninggal kemudian tidak ditemukan. Ada yang tersesat dan tidak tahu jalan pulang. Atau mungkin ada juga yang sudah betah disana dan tidak mau pulang.”
“Bajingan, suka-suka sajalah jawabanmu. kalau kamu mati digunung gimana Im ?”
“Ya baguslah. Setidaknya aku tidak merepotkan keluargaku. Tidak usah beli kain kafan, tidak menghabiskan jatah buat tanah pemakaman.”
“Bajingan. Hahaha”
Malam semakin larut, tidak terasa obrolan semakin panjang. Aku mulai menanyakan berbagai pengalaman indah Baim saat mendaki, hanya sebagai motivasi agar aku semakin berani. Bus yang aku tumpangi mungkin sekarang sudah menempuh setengah perjalanan, mulai memasuki daerah yang sudah sepi kendaraan. Jalanannya terus menanjak dan meliuk-liuk, namun si sopir bus sepertinya tidak mau kendaraannya berjalan pelan.
“Tapi pendakian tidak selamanya menorehkan pengalaman indah.” Kata Baim.
“Nah bagaimana yang tidak mulusnya ?”
“Tidak usah diceritakan, dariapda nanti kamu minta pulang.”
“Bajingan..hahaha. satu saja, ceritakan.”
“Ini terjadi ketika aku mengantar anak-anak baru semester satu. Karena mereka masih pemula jadi aku memilih gunung yang tidak terlalu tinggi untuk didaki, namun juga tidak mau gunung biasa yang sudah orang banyak tahu. Tempatnya sepi, berada diantara perkebunan teh dan juga situ atau danau buatan. Awalnya aku ingin agar para pemula yang ikut bergabung ini mencintai dulu alam. Dan selayaknya kalau kamu ingin membuat orang jatuh cinta, maka tampilkanlah dulu yang indah-indahnya saja.”
“Namun ternyata semua diluar perkiraan.” Baim melanjutkan
“Setelah kita selesai menghabiskan hidangan makan malam, beberapa peserta pendakian langsung masuk kedalam tenda untuk tidur, begitu juga aku. Namun ada dua orang anak baru yang dikasih tugas oleh senior untuk menjaga api unggun agar tetap menyala. Sengaja malam itu aku dan beberapa kawan membuat api, karena para peserta baru ini terus mengeluh kedinginan. Kami tidak mau kalau mereka mati, terus kami yang disalahkan.”
“Bawa cemilan ? aku lapar kalau baru bangun.”
“Lah, Lanjutkan dulu ceritamu. Semua makanan sudah aku masukan kedalam keril. Nanti saja kalau sudah di rest area”
Baim kemudian merogoh saku jaketnya lagi, kini yang keluar adalah sebuah permen kopi.
“Aku sudah tidur terlelap dalam sleeping bag, namun tiba-tiba aku merasa ada tepukan dipundak. Dua anak baru itu membangunkanku, masih dalam keadaan setengah mengantuk aku melihat wajah mereka berdua yang pucat. Bibirnya bergetar ketika mereka berbicara. Mereka bilang, beberapa saat sebelumnya mendengar suara gamelan dari arah barat. Suara itu terdengar sangat jelas menurut mereka. Dan setahu kami didekat sini tidak ada pemukiman warga, mengingat gunung ini letaknya berada dihamparan perkebunan teh yang sangat luas.”
“Terus ?” aku semakin penasaran.
“Terus aku menyuruh mereka tenang, dan masuk saja kedalam tenda untuk tidur. Aku meminta agar mereka merahasiakan kejadian ini agar para peserta yang lainnya tetap tenang. Kemudian aku memutuskan untuk berjaga seorang diri diluar tenda sambil menjaga api tetap menyala. Mungkin sekitar setengah jam aku duduk terdiam menatap api, dua anak baru itu ternyata memang tidak sedang berbohong. Suara gamelan itu atau lebih tepatnya suara jaipongan terdengar sangat jelas dari arah barat, kemudian disusul suara riuh orang-orang bersorak, sepertinya sedang ada yang berpesta digunung ini.”
“Terus apa yang kamu lakukan Im ?”
Bersambung.....
Jangan lupa like, comen, share and subcribe
Diubah oleh endokrin 27-04-2017 15:19
twiratmoko dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Kutip
Balas
Tutup