Kaskus

Story

bunbun.orenzAvatar border
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):


And I know
There's nothing I can say
To change that part

But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak

I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead



- Famous Last Words by MCR -


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha


Quote:


Spoiler for Special Thanks:


***



Spoiler for From Me:


Versi PDF Thread Sebelumnya:

MyPI PDF

Credit thanks to Agan njum26



[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)

Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini


Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
drakenssAvatar border
snf0989Avatar border
ugalugalihAvatar border
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
glitch.7
#2226
PART 30


Hari-hari Gua setelah bersama Bianca memang semakin sibuk, sibuk yang menyenangkan lebih tepatnya. Siang atau sore pulang kuliah pasti kami bersama, entah sekedar ngobrol di kost-an atau jalan keluar cari makan. Malam hari kadang Gua bersama Mba Siska, dan so far sih aman. Kalau mau mundur lagi, pagi sampai siang atau sore di kampus ditemani Lisa, Veronica atau Tante Gua, Kinanti. Ah perfect deh.

...

Suatu hari dikala Gua sudah pulang kuliah, tiba-tiba si mesum menghampiri di parkiran motor.

"Zaa, Za bentar tunggu..", ucap Mat Lo seraya berlari menghampiri Gua.

"Kenapa Mat ?", tanya Gua ketika Mat Lo sudah sampai di samping Gua.

"Sorry nih Za, Lu buru-buru enggak ?", tanyanya,
"Gua ada perlu mau pinjem motor bentar", lanjutnya.

"Mau kemana Mat ?".

"Jemput adek Gua Za, dia keabisan ongkos balik sekolah".

Ya karena Gua mengerti dan paham keadaan Mat Lo, Gua pun memberikan si Kiddo untuk menjemput adiknya. Tapi sebelumnya Gua meminta Mat Lo mengantar Gua ke kost-an Gua, biar nanti dia bisa langsung balikkin motor ke kost-an, daripada Gua nungguin di kampus. Singkat cerita Gua sudah berada di kost-an, sedangkan Mat Lo sudah pergi lagi membawa si Kiddo untuk menjemput adik perempuannya.

Gua masuk ke kamar dan mengganti pakaian, lalu menonton tv sambil rebahan diatas kasur. Masih asyik menonton acara di tv, pintu kamar Gua diketuk lalu tanpa menunggu jawaban Gua, seorang perempuan membuka pintu dan melongok ke dalam.

"Hai Za, udah pulang..", ucapnya masih melongokkan kepala.

"Eh Ka', sini masuk..",

"Iya baru pulang 20 menitan tadi nih", jawab Gua.

Lalu Bianca masuk ke dalam kamar dan duduk di sisi kasur. Tak ada yang berbicara diantara kami, karena kami fokus pada acara tv yang disiarkan. Lama kami menonton tv lalu suara dering hp Gua berbunyi nyaring di atas meja belajar. Gua pun bangun dari kasur dan mengambil hp.

Quote:


Dengan cukup panik, Gua mengambil jaket dan mengganti celana di depan Bianca. Otomatis Bianca sedikit berteriak dan menutup matanya dengan kedua telapak tangan. Gua bodo amat, buru-buru keluar kamar.

"Eh eh..",
"Mau kemana Lo Za ?", ucap Bianca ketika Gua sudah berada di ambang pintu kamar.

"Temen Gua kecelakaan Ka', motor yang dia pake motor Gua..", jawab Gua.

"Yaudah tunggu bentar, Gua anter Lo deh..".

Kemudian setelah Bianca mematikan Tv kamar Gua, dia bergegas ke kamarnya dan mengambil kunci mobil. Sedangkan Gua menunggu di parkiran setelah mengunci kamar.

...

Sekitar 20 menit Bianca mengemudikan mobil hingga kami sampai di lokasi kejadian dan Gua sudah melihat beberapa kerumunan orang-orang di pinggir jalan. Lalu Gua turun setelah Bianca memarkirkan mobil vw nya di pinggir jalan, tepat di belakang kerumunan orang. Gua bergegas merangsek kedalam kerumunan orang yang melingkari teman kampus Gua.

"Mat..".

"Uughh..",
"Za ? Za sorry Za, motor Lu..", ucapnya ketika melihat Gua mendekat.

"Eh jangan mikirin motor Gua dulu",
"Ini gimana kondisi Lu Mat..", ucap Gua seraya berjongkok di samping Mat Lo yang memang sudah terduduk di trotoar.

Kemudian Mat Lo menceritakan sedikit kronologis kecelakaan yang dialaminya, bersama satu orang saksi yang Gua tau dia adalah pegawai apotek. Gua mendengar dengan seksama kejadian dari mereka berdua. Kalo Gua pikir sih salah Mat Lo. Dengan kecepatan 80 km/jam Mat Lo menyalip mobil hyundai di depannya dari sisi kiri, bukan sisi kanan, yang mana ternyata setelah Mat Lo melewati mobil tersebut ada seorang penyebrang jalan dari kanan ke kiri, maka Mat Lo membuang motor ke kanan tepat di belakang si penyebrang jalan tersebut atau sisi kanannya Mat Lo sudah ada Metro Mini yang melaju cuku cepat, alhasil Mat Lo "dicium mesra" oleh metro mini itu dan mengakibatkan dirinya dan si Kiddo terpelanting jauh beberapa meter. Mat Lo selamat, setidaknya luka berat yang dialaminya hanya patah tulang pergelangan tangan kiri karena Mat Lo sempat loncat dari motor ketika di depannya ada lubang galian kabel.

Gua stop cerita Mat Lo, dan memintanya dibawa ke RS terdekat menggunakan mobil Bianca beserta supir metro mini tersebut. Bukan karena si supir ikut terluka, tapi sebagai bentuk tanggungjawab kepada teman kampus Gua ini. Lalu setelah mobil Bianca pergi ke RS, Gua tetap berada di lokasi kejadian, ada dua orang polisi yang sebelumnya sudah meminta keterangan kepada Mat Lo, supir metro mini dan beberapa saksi mata. Lalu Gua berjalan menghampiri lubang galian kabel dan...

Alamaaaaak emoticon-Frown
KIDDOOOOOOOOO... emoticon-Frownemoticon-Frownemoticon-Frown
DAMN IT!!!
Ya ALLAH, Kiddo hiks hiks, gila bagian depan motor Gua udah gak berbentuk. Ringsek seringsek ringseknya... Wafat sudah sahabat Gua yang satu ini. Hiks emoticon-Frown

Gua hanya bisa merasakan kehampaan dalam hati. Lebay.. Bodo amat! Motor Gua ini! Yaa Allah! Gusti nu Agung emoticon-Frown

Tidak lama kemudian, mobil derek berikut alat penarik kendaraan datang dan mengangkat si Kiddo dari lubang na'as tersebut, setelah sudah diturunkan lagi ke jalanan, Gua berjongkok di samping 'jenazah' si Kiddo. Memegangnya dengan hati hancur. Sedih asli kendaraan yang kita miliki selama ini hancur oleh orang lain. Bukan apa-apa, beda cerita kalo misalkan Gua sendiri yang kecelakaan dan Kiddo hancur oleh pemiliknya. Walaupun Gua juga gak berharap untuk mengalami kecelakaan sih. Tapi kan.. Ah sudahlah. Mau gimana lagi coba, udah kejadian.

Gua menelpon Mba Siska dan beberapa menit kemudian dia datang menggunakan mobil pribadinya. Gua ceritakan juga kejadian tersebut kepada sang kekasih. Lalu motor Gua dibawa oleh mobil bak polisi sebagai barang bukti kecelakaan. Gua diantar Mba Siska ke RS untuk melihat kondisi Mat Lo. Disana ternyata sudah ada keluarga Mat Lo juga. Dan setelah sedikit berbincang dengan keluarganya, Gua mengenalkan Mba Siska kepada Bianca.

Tidak ada kecemburuan atau perang dingin diantara mereka berdua, karena Bianca yang memang dasarnya pintar bergaul dan supel kepada setiap orang membuat Mba Siska santai tanpa ada rasa curiga sedikitpun. Setelah Gua mengetahui kalau luka yang dialami Mat Lo 'hanya' patah tulang pergelangan tangan kiri dan beberapa luka lecet yang tidak begitu berbahaya, Gua pun lega. Ya seenggaknya dia masih jauh dari kata kritis. Oh ya, adik perempuan Mat Lo ternyata untungnya belum sempat di jemput oleh Mat Lo menggunakan motor Gua, memang kejadian kecelakaan itu dialami teman kampus Gua ketika perjalanan berangkat bukan setelah perjalanan menjemput adiknya.

Keluarga Mat Lo langsung meminta maaf soal kecelakaan yang dialami anak sulungnya itu karena motor yang dipinjamnya adalah milik Gua. Setelah itu keluarganya akan mengganti rugi biaya modifikasi atau biaya kerusakan yang dialami si Kiddo. Disini Gua serba salah sebenarnya, bukan apa-apa, itu motor udah terlanjur hancur lebur, mau digimanain lagi. Gua benar-benar malas untuk membetulkan si Kiddo. Gua sempat dengar dari Bapaknya Mat Lo kalau motor Gua itu spare parts nya harus indent ke Thailand sekitar 3 bulan. Kan males banget Gua dengernya harus nunggu selama itu. Ya opsi terbaik kata Mba Siska menerima uang ganti rugi dari Bapaknya secara tunai. Akhirnya Gua sepakat untuk menerima uang ganti rugi itu yang ditransferkan ke rekening pribadi Gua sejumlah sekian juta. Gua tidak berharap banyak, entah ya, keluarga Mat Lo saat itu tergolong orang mampu secara ekonomi atau tidak, yang jelas Bapaknya mentransfer sejumlah sekian juta yang mana dana tersebut cukup untuk Gua membeli sebuah motor seken tipe bebek lah. Soal biaya berobat Mat Lo jelas ditanggung oleh supir metro mini, itu juga sudah di selesaikan secara kekeluargaan di depan pihak yang berwajib. Toh kalau mau dirunut lagi awalnya salah siapa kan ?.

...
...
...

Skip beberapa hari setelah kejadian tewasnya si Kiddo. Oh ya Gua sudah minta copy dokumentasi foto si Kiddo yang hancur dari pihak berwajib sebagai bukti untuk keluarga Gua. Dan yaaa.. Gua sudah malas dengan 'jenazah' si Kiddo, Gua biarkan dirinya di makamkan di pelataran bagian halaman belakang kantor polisi setempat, yang suatu saat bisa Gua ambil dengan menunjukkan dokumen kendaraan milik Gua dan surat keterangan dari kepolisian.

Seharusnya hari ini Gua masuk kuliah sesuai jadwal. Tapi malas rasanya Gua mengikuti perkuliahan dan memilih cabut pulang ke rumah Nenek. Sekitar pukul 9 pagi Gua sudah sampai stasiun kota Gua dan lanjut naik angkutan umum ke arah komplek perumahan Nenek.

Sesampainya di rumah, Gua melihat Nenek baru selesai memasak makanan. Dan Beliau langsung mengajak Gua untuk makan bersama di ruang makan. Rasanya sudah lama Gua tidak makan bersama di rumah ini, terlebih bersama Nenek tercinta. Kangen dan sedih sih harus merantau, karena selama Gua kuliah, Gua pulang ke rumah hanya seminggu 2x, sabtu sore atau malam dan Minggu pagi Gua ada disini. Otomatis sisanya Nenek sendirian di rumah.

Singkat cerita, kami berdua sudah selesai menghabiskan makanan lalu Gua mulai bercerita kepada Nenek soal si Kiddo. Toh Nenek juga sudah tau kalo Gua pasti ada masalah karena tidak biasanya pulang ke rumah selain weekend dan libur hari nasional. Selesai bercerita dan menunjukkan bukti dokumentasi foto kecelakaan tersebut, Nenek meminta Gua menelpon Om Gua lewat telpon rumah. Gua pun menuruti perintah Beliau. Awalnya Om Gua jelas tidak percaya, tapi setelah Gua bilang ada bukti kronologis dari pihak berwajib, Om Gua pun percaya, apalagi Gua juga bilang bisa dilihat laporan dan dokumen tersebut yang sengaja Gua titipkan ke Nenek untuk ditunjukkan kepada Om Gua jika dirinya suatu saat pulang dari Bandung.

Sekarang Gua sedang duduk di sofa teras depan kamar. Membakar sebatang rokok dan menikmati secangkir kopi hitam sambil memikirkan tunggangan roda dua apa yang akan Gua beli sekarang. Dana yang diberikan sebagai ganti rugi dari keluarga Mat Lo tidak cukup jika harus membeli motor baru, tapi jika Gua pakai uang tabungan Gua yang lain, pasti cukup sih. Yang sedikit memusingkan, tipe apa yang akan Gua beli sekarang...

Daripada gak jelas, Gua memilih mengajak si Black Celica jalan-jalan. Sudah beberapa hari ini dia terdiam tak ada yang "menyapa". Setelah pamit kepada Nenek, Gua berangkat meninggalkan halaman rumah. Gua arahkan mobil ke sebuah kampus negeri di kota ini. Berharap seseorang bisa Gua ajak jalan-jalan siang nanti.

Singkat cerita Gua sudah sampai di pelataran parkir sebuah kampus. Gua cek jam tangan di pergelangan tangan kiri, baru menunjukkan pukul 11.30, lalu Gua mengeluarkan hp dan memilih kontak seorang perempuan lalu menekan tombol call. Beberapa kali dering nada sambung tapi belum juga ada suara jawaban dari ujung sana, Gua coba lagi untuk kedua kalinya tapi hasilnya sama saja, tidak ada jawaban.

Gua keluar dari mobil dan membakar sebatang rokok, menyandarkan tubuh di depan si Black sambil melihat sekitar. Asri ya nih kampus, banyak pepohonannya. Masih asyik menikmati suasana asri yang sejuk karena paparan sinar matahari terhalang oleh banyaknya pohon besar, hp Gua berdering sesaat, nada yang keluar adalah nada sms. Gua cek dan buka isi sms tersebut, setelah mengetik balasan dan mengirimnya, beberapa detik kemudian masuk lagi balasan dan cukup membuat Gua menyunggingkan senyuman dengan perasaan senang. Gua menunggu di parkiran mobil fakultasnya selama 15 menit, karena setelah itu... Ah aah aaaahhh Nona Ukhti Ve berjalan mengahmpiri Gua dengan senyuman yang indah mempesona, cukuplah menggoyahkan hati Gua untuk berpaling, huahahaha syiittt.. Syit happen is here dude.

"Assalamualaikum Za", sapanya ketika sudah 2 meter jaraknya dari Gua dengan tetap tersenyum manis.

"Walaikumsalam bidadari syurga...", balas Gua sambil tersenyum lebar.

"Hihihi, gombal terus deh..", ucapnya sambil menusuk perut Gua dengan jari telunjuknya.

"Ah gak gombal kok, kenyataannya kamu sempurna di mata aku Ve", jawab Gua.

Duh cantik banget sih ini perempuan satu, gimana Gua gak goyah. Balutan hijabnya yang lebar dengan pakaian gamisnya memiliki warna senada, biru muda dengan motif bunga-bunga. Belum lagi jam tangan pemberian Gua terpasang di pergelangan tangan kanannya. Tas selempang ala perempuan juga terkait di bahu kanannya. Wajahnya kok makin hari makin cantik aja ya, seirama dengan hatinya yang cantik nan baik sekaleh. Love You deh pokoknya.

Gua pun mengajaknya masuk ke dalam mobil dan memacu si Black meninggalkan kampusnya. Selama perjalanan Gua mulai menceritakan kejadian beberapa hari lalu yang mengakibatkan tewasnya Kiddo ditangan si Mat Lo. Nona Ukhti jelas kaget, apalagi setelah Gua ceritakan kondisi jenazah si Kiddo, sempat Gua lihat wajahnya sedih dengan mata yang berkaca-kaca. Gimanapun Dia kan pernah duduk manis di jok belakang si Kiddo.

Gua hentikan mobil di sebuah tempat makan sederhana yang menyediakan menu khas Yogyakarta sesuai keinginannya. Kami berdua turun dan masuk ke dalam rumah makan dan duduk lesehan. Setelah memesan makanan dan tersedia diatas meja, kami pun mulai menyantapnya. Btw, nafsu makan Gua lagi menggila kayaknya, padahal tadi di rumah abis makan masakan Nenek, tapi ini gudeg di depan mata benar-benar menggugah selera sih.

"Terus sekarang kamu mau bawa mobil dong ke kost-an ?", tanya Nona Ukhti disela-sela acara makan siang kami.

"Hmm.. Kayaknya sih gitu Ve, mau gimana lagi dong, belum beli motor lagikan..", jawab Gua,
"Tapii...", sengaja Gua menghentikkan omongan.

"Heum ?",
"Tapi apa Za ?".

"Tapi niat aku jemput kamu hari ini memang untuk nemenin aku sih..".

"Nemenin ?".

"Iya, nemenin aku untuk cari motor yang pas hehehe..", jawab Gua seraya tersenyum dan terkekeh.

"Ooh..",
"Cieee langsung nyari gantinya, cepet banget kamu dikasih dana nya Za".

"Enggak gitu sih, yang jelas keluarganya temen aku itu kasih dana ganti rugi dan aku ada tabungan sedikit untuk nambah beli motor Ve..", jawab Gua lagi menerangkan.

"Oooh.. Alhamdulilah kalo kamu punya uang tabungan Za..", balasanya.

Setelah Gua mengutarakan niat yang sebenarnya kepada Nona Ukhti, kami pun lanjut menghabiskan makanan, lalu selesai makan dan membayar di kasir, Gua kembali mengajak Nona Ukhti berpetualang, kali ini ke beberapa showroom motor di kota Gua. Ngajak perempuan milah motor itu ada enak dan enggaknya sih, seenggaknya pengalaman Gua bersama Nona Ukhti kali ini lah. Begitu dia melihat motor yang terpampang di showroom, Nona Ukhti langsung jatuh hati karena penampilan si Motor yang terlihat wah. Tapi begitu dia tau harga dan cc motor sport tersebut, dirinya langsung mewanti-wanti Gua untuk berpikir ulang membeli motor. Pertama jelas harga yang tinggi, bukan perkara mudah memang menggelontorkan uang sekian banyak untuk sebuah kendaraan roda dua, logis sih. Nah yang kedua ini soal cc, jelas Nona Ukhti tidak setuju, karena pikirannya Gua bakal jadi pembalap liar. Padahal mana pernah Gua kebut ugal-ugalan di jalan raya. Hmmm.. Pusing deh. Sempat Nona Ukhti menyarankan Gua membeli motor matic yang kala itu sedang booming dari pabrikan berlogo garpu tala. Padahal Gua mengincar Scorpio Z nya. Tapi lagi-lagi Gua kurang sreg karena beberapa hal.

Beberapa showroom motor sudah kami singgahi, berikut brosur yang sudah cukup menumpuk di tangan Nona Ukhti. Tapi kami belum juga menentukan pilihan motor apa yang akan Gua beli. Kami berdua kembali melintasi jalan raya dengan si Black. Nona Ukhti masih mengoceh dan membandingkan harga motor dari brosur A dengan brosur motor B dan C, sedangkan Gua hanya mendengarkan saja dengan mengangguk-anggukan kepala seraya fokus ke jalan raya di depan. Tapi mungkin ini lah yang dinamakan pucuk dicinta ulam tiba. Tidak sengaja mata ini melirik ke kiri jalan, dimana sebuah showroom motor ternama berada. Gua pun langsung mengambil sisi kiri untuk masuk ke parkiran showroom tersebut tanpa memberitahukan Nona Ukhti yang masih terpaku menatap lembaran brosur.

Setelah mobil berhenti dan Gua mematikan mesin mobil. Nona Ukhti baru sadar dan menengok ke sekitar.

"Ini dimana Za ?".

"Showroom motor Ve, kan kita mau cari motor...".

"Iya aku tau, tapi maksudnya showroom motor apa, kok aku baru liat ya..".

"Daripada aku yang jelasin, mending kita liat langsung yuk..".

Gua pun mengajaknya keluar dari mobil dan masuk ke dalam showroom tersebut. Dan yaaa, langsung deh Nona Ukhti Ve kembali cerewet setelah matanya menangkap deretan motor yang memang bertipe sport semua terparkir rapih di galeri showroom ini.

"Za, ini pasti motor kenceng semua deh, masa kamu mau beli yang kenceng terus sih Za ? Emang beneran mau kebut-kebutan ?", ucapnya ketika kami berdua sedang melihat salah satu motor.

"Ya enggak Ve, bukan untuk kebutan atau gengsi, tapi kan emang aku sukanya motor tipe-tipe kayak gini, gimana lagi coba ?", ucap Gua menerangkan.

"Maaf ya Za",
"Aku gak maksud untuk ngelarang kamu beli motor sport, tapi aku khawatir dengan kesalamatan kamu..",
"Namanya kendaraan kenceng gak mungkin lah kamu bawa santai dan pelan, pasti sekali-sekali kebut kan ?", ucapnya lagi.

"Iya sih emang..",
"Tapi aku janji kok Ve, aku kebut pakai perhitungan dan gak ugal-ugalan", jawab Gua lagi.

Ya akhirnya Nona Ukhti hanya bisa menghela napas pelan dan tersenyum menatap Gua. Dia tau kalau Gua sudah ngebet ingin beli motor yang berada di hadapan kami berdua ini. Setelah sedikit mengetahui informasi mengenai produk motor dari sales marketingnya, Fix akhirnya Gua membeli sebuah motor berkapasitas 150cc.

"Mas, ada warna lain gak ?".

"Ada Mas, ini silahkan dilihat pilihan warnanya", ucap sales marketing seraya menunjukkan brosur kepada Gua.

Gua tersenyum lalu menunjuk satu warna favorit Gua. "Hitam ya Mas", ucap Gua.

Sabtu nanti motor baru bisa dikirim ke rumah Nenek, karena ketersediaan warna pilihan Gua baru datang ke showroom tersebut lusa. Gak apa-apalah, yang penting nanti pulang dari Jakarta seenggaknya sudah ada kendaraan roda dua lagi di parkiran rumah. Btw, setelah mendengar plus minus motor pilihan tadi dari si sales, Gua tidak begitu memusingkannya, karena spare parts yang sering 'ngadat' ada di 'jenazah' si Kiddo, bisa diakali dan diganti. Dan Gua yakin bagian tersebut tidak rusak. Tinggal Gua ambil saja nanti di kantor polisi itu spare parts.

Beres melakukan pembayaran tanda jadi dan segala isian formulir ini itu, Gua pun berangkat ke Bank bersama Nona Ukhti untuk menyelesaikan pembayaran pelunasan. Sampai kami antri di sebuah teller.

"Za".

"Heum ?".

"Beneran kamu beli itu motor ?".

"Iya Veee.. Ini kita udah antri di teller mau apa lagi coba ?".

Gua lihat raut wajah Ve sedikit cemas.

"Kenapa sih Ve ?", tanya Gua lagi.

"Kemahalan Za".

"Ya memang harganya segitu, kan aku janji gak akan beli barang mahal lagi setelah ini..", jawab Gua meyakinkan Nona Ukhti untuk kesekian kalinya.

"Enggak mau yang apa tadi tuh sebelumnya ?", tanyanya lagi.

"Scorpio Z ?".

"Heu'eum, itu..".

Gua menggelengkan kepala pelan sambil tersenyum.

"Iissh dasar susah... Huu", balasnya seraya memanyunkan bibir kissable nya itu.

Gua terkekeh pelan dan mengelus kepalanya yang terbalut hijab, "Aku lebih suka Ninja RR ini Vee..", ucap Gua.
Diubah oleh glitch.7 23-04-2017 19:58
dany.agus
fatqurr
fatqurr dan dany.agus memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.