Warning keras dari Queen
Quote:
“kenapa berenti yang?”, kata Wina
“ba.. baju kamu yang”, kataku memalingkakn muka
“baju aku kenapa?”, kata Wina
“baju kamu basah yang, aku ga pake daleman??”, kataku
“hehehe. Abisnya gerah yang”, katanya
“ganti dulu yang”, kataku
“kamu jangan liat ke arah lain gitu dong yang, kan aku ada disini”, kata Wina
“iya yang tapi kamu ganti baju dulu”, kataku
“kamu ga suka aku keringetan?”, kata Wina
“bukan gitu yang tapi kan tembus bajunya, aku jadi bisa liat”, kataku
“emang kenapa?”, Wina langsung duduk di pahaku dan memeluku
Tak bisa di pungkiri dikepalaku ini sedang berkecamuk, dadaku berdegup kencang, seluruh tubuhku memberikan reaksi terhadap apa yang ku lihat.
“Win kamu ganti baju dulu, nanti masuk angin”, kataku
“kamu diem deh yang, aku kan kangen”, katanya masih memelukku
“aku bisa denger suara jantung kamu yang, cepet banget”, lanjutnya
“apa kamu setiap sama aku kaya gini yang?”, katanya lagi
“heemh”, kataku
“sama dong, nih”, katanya smbil menuntun tangan ku menyentuh bagian dadanya
Ya, memang detak jantungnya juga cepat.
“setiap aku sama kamu pasti kaya gini yang, jadinya aku ga bisa tenang kalau sama kamu”, katanya
“padalah dulu aku ga kaya gini, mungkin gara-gara aroma badan kamu, atau semua yang ada di kamu”, lanjutnya
“kamu mah aneh-aneh aja yang”, kataku
“coba kamu cium deh aku wangi apa ga?”, kata Wina
Akupun mencium aroma badan Wina. Deg deg. Apa ini, wanginya berbeda.
“kamu ganti parfum?”, kataku
“ga, aku malah ga pake parfum”, katanya
Aku tidak bisa berhenti menciumi aroma tubuhnya.
“yang. Aku suka wangi kamu”, kataku reflek
“apa yang?”, katanya
“eh, ga yang”, kataku tersadar
“ayo kamu tadi bilang apa?”, kataku
“ga yang, udah ah”, kataku malu
“kamu.. bilang.. apa?”, katanya sambil memegang kedua pipiku
“aku suka wangi kamu”, kataku
Kurasakan wajahku agak hangat saat mengatakan itu.
“berarti kita cocok yang”, katanya
“maksud kamu?”, kataku
“iya kita cocok, aku tertarik sama wangi kamu, kamu juga tertarik sama wangi aku”, katanya
“tapi kan biasanya engga”, kataku
“karena aku pake parfum yang”, katanya yang mulai mendekatkan wajahnya padaku.
Aku benar-benar tidak bisa menolaknya, aku sepenuhnya terhipnotis oleh Wina. Di tambah wangi ini, membuatku tak sanggup melawan. Keadaan semakin berbahya tapi aku tidak mau untuk berhenti, begitu juga dengan Wina, sampai akhirnya
“Dek, minum obat”, kata kak Queen sambil mengetuk pintu
“huff, kenapa sih di ganggu”, bisik Wina padaku
“bentar yang”, katanya
Aku harus kembali menggunakan logika ku sebelum terlambat. Aku pun bangkit dan menuju pintu.
“kamu minum obat dulu aja yang, aku mau cuci muka bentar”, kataku
Aku mencuci muka dan menampar keras diriku. Mencoba mengembalikan kontrol atas diriku. Setelah aku merasa sadar akupun kembali, ternyata Wina tidak ada di kamarnya, yang ada adalah kak Queen.
“Wina lagi mandi dulu”, katanya sambil menunjuk kamar mandi
“hmmm”, kataku
“Teo, gua mau nanya”, kata kak Queen sambil merangkulku
“nanya apa Queen?”, kataku
“gimana ceritanya lu bisa jadi pacar Wina?”, katanya
“Wina nembak gua yaudah gua terima”, kataku
“bohong lu?”, katanya agak kaget
“bener”, kataku
“Wina nembak lu? Gua ga percaya”, katanya
“lu tanya aja Wina”, kataku
Tak lama Wina pun selesai mandi, dan sudah menggunakan piyama yang baru.
“Win, kebiasaan lu pake daleman ngapa”, kata kak Queen
“gerah tau”, katanya
“kan ada cowo lu ini”, kata kak Queen
“gua ikhlas ko”, katanya sambil senyum
“eh, beneran lu yang nembak Teo?”, tanya kak Queen
“iya, kenapa?”, katanya
“seriusan lu Win?!”, kata kak Queen
“beneran kakaku sayang”, kata Wina lalu duduk di sebelahku
“ko bisa? Lu ga pernah loh nembak cowo, lu itu sama cowo aja ga deket banget Win”, kata kak Queen
“Teo beda mbak, gua juga ga tau kenapa”, kata Wina bersandar di bahuku
“yang lu suka dari Teo apa?”, kata kak Queen
“semuanya”, kata Wina
“lu Teo? Body si Wina ya?”, kata kak Queen
“mbak apa-apaan sih”, kata Wina
“lu diem deh Win, gua nanya Teo, jawab”, kata kak Queen
Akupun melihat Wina
“awalnya gua ga tau kenapa nerima Wina, mungkin buat balas dendam ke Rathi, tapi setelah ngejalanin sama Wina gua suka semua yang ada di Wina, dia unik, aneh, baru Wina yang bikin gua lebih pake perasaan di bandingkan logika”, kataku
“jadi bukan dari fisik?”, kata kak Queen
“bukan, gua ga pernah liat cewek Cuma dari fisik”, kataku
“tuh kan lu udah denger mbak”, kata Wina
“gua bingung loh Wina bisa tertarik banget sama lu”, kata kak Queen sambil berdiri
“pheromone mbak”, kata Wina
Kak Queen langsung duduk kembali
“serius Win?”, kata kak Queen
Wina pun mengangguk
“pheromone? Kalian ngomong apa sih?”, kataku
“jadi gini, adek gua itu percaya kalau ketertarikan itu di sebabkan oleh pheromone, tapi yang gua tau manusia ga punya pheromone secara alami. Pheromone itu kaya suatu zat yang bikin lawan jenis jadi tertarik sama kita biasanya lewat wangi. Lu yakin dek?”, kata kak Queen
“mau liat?”, kata Wina
Kak Queen pun mengangguk. Wina mendekatkan wajahnya ke leherku, lalu menghirup nafas seperti membaui sesuatu.
“stop Win”, kata kak Queen menahan wajah Wina
“dasar lu, ganggu doang”, kata Wina
“Teo juga tuh sama”, lanjut Wina
“kok aku?”, kataku bingung
“coba kamu kaya aku tadi yang”, kata Wina
“buat apa?”, kataku
“buat buktiin ke kak Queen lah yang”, kata Wina
Akupun melihat ke arah kak Queen, dan dia mengangguk. Akupun melakukan yang Wina lakukan tadi kepadaku, dan langsung. Deg deg deg deg. Dalam sekejap jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku terhipnotis oleh wangi ini, wangi tubuh Wina.
“stop stop”, tangan kak Queen mendorong wajahku menjauhi Wina
“fix, kalian berdua ga normal, Win lu kebanyakan tanya-tanya sama ayah jadinya kaya gini, Teo lu terlalu sayang sama Wina jadi ikutan kaya Wina”, kata kak Queen
“gua kasih tau aja ya Teo, Wina ini maniak biologi, gua ga tau kenapa tapi dia suka banget sama biologi, entah karena kerjaan bokap gua atau gimana gua sendiri ga ngerti”, lanjutnya
“biarin dong mbak. Weeeee”, kata Wina meledek
“udah lah gua malah cape sendiri, Win jangan aneh-aneh Win, gua percaya sama teori lu tapi inget. JANGAN MACEM-MACEM”, kata kak Queen dengan tegas.