Bahaya
Quote:
“yang aku mau makan, laper”, kataku
“eh, iya yang ini makanannya udah siap ko. Ayo Lun kita makan dulu”, kata Wina
Aku tidak tahu Wina bisa berbicara seperti tadi. Dan itu bukan hanya sekedar ancaman.
“aku suapin ya?”, kata Wina
“boleh yang, tapi pake tangan”, kataku manja
“pake ini aja gimana?”, dia menyentuh bibirku
“yang ada Luna tuh malu”, kataku
“nyantai aja lagi, aku udah tau ko kalian kaya gimana. Paling Cuma cemburu aja sih”, kata Luna
“kamu mah cemburu terus sih Lun”, kata Wina
“gimana ga cemburu yang ngerasa nyaman sama Teo Cuma kamu Win, aku Cuma liatin aja”, kata Luna
“udah-udah nanti kalian berantem lagi kaya kemaren”, kataku mencoba medamaikan suasana
Luna pun manyun sedangkan Wina masih menyuapiku. Setelah selesai makan akupun menoton tv, aku sengaja membiarkan mereka berdua di dapur, entah membicarakan apa.
“yang, sini deh bentar”, kata Wina
“ada apa yang aku kekenyangan nih”, kataku
“bentar doang yang”, kata Wina
Akupun menghampiri mereka
“kenapa yang?”, kataku
“sesayang apa sih kamu sama aku?”, kata Wina
“mmhhhh. Aku sih ga bisa ngungkapinnya yang kaya gimana. Yang pasti ada sesuatu di kamu yang bikin aku nyaman banget. Kamu tau sendiri lah aku kalo udah sama kamu kaya gimana”, kataku
“iya sih yang”, kata Wina
“terus kenapa kamu nanya?”, kataku
“ga apa-apa sih yang kirain jawabn kamu bakal kaya gimana gitu”, kata Wina
“gimana apanya yang?”, kataku
“ya sapa tau puitis gitu yang”, katanya sambil nyengir
Akupun hanya menghela nafas.
“dia ga romantis loh Win”, kata Luna
“tapi misterius”, lanjutnya
“banget Lun, setuju sama kamu”, kata Wina sambil tos ke Luna
“kalian yang misterius, soalnya mau sama cowo misterius”, kataku sambil kembali nonton tv.
Saat sedang nonton telepon rumahku berbunyi.
“halo”, kataku
“kamu udah di rumah?”, kata ibuku
“udah bu, kenapa?”, kataku
“ibu sama yang lain ga pulang hari ini, mau jenguk sodara. Tadi ibu udah taro udang di kamar, nanti kamu ambil aja, Violet juga izin besok soalnya kemungkinan kita pulang besok sore”, kata ibuku
“yaudah”, kataku
“kamu di rumah sama siapa?”, kata ibuku
“sama Wina, Luna”, kataku
“bibi pulang ya?”, kata ibuku
“iya kayanya pulang”, kataku
“yaudah, kamu punya hp itu di pegang. Dari tadi di telepon ga di angkat. Jagain rumah, jangan macem-macem”, kata ibuku
Akupun menutup telepon.
“siapa yang?”, tanya Wina
“ibu telepon katanya ga akan pulang sampe besok”, kataku
“jadi kamu di rumah sendirian sampe besok?”, kata Wina
“iya”, kataku sambil lanjut nonton.
“ada apa sih?”, tanya Luna
“ga ada apa-apa Lun”, kata Wina
Kamipun nonton bertiga dan duduk di sofa. Luna terlihat bersandar kepojokan sofa sedangkan Wina rebahan di kepalaku.
“kalian ngantuk?”, kataku
“dikit”, kata Luna
“bentar yang”, kataku pada Wina
Aku ke kamar mengambil selimut dan memberikannya pada Luna dan Wina.
“makasih yang”, kata Wina
Luna terlihat sudah memejamkan mata, sedangkan Wina masih ikut nonton denganku.
“yang aku rebahan di paha kamu lagi ya?”, kata Wina
“iya yang sok aja”, kataku
Kamipun nonton berdua, lama-lama ku lihat nafas Wina mulai teratur dan ternyata dia tidur. Aku pun membetulkan posisi ku agar aku kakiku bisa selonjoran. Karena akupun mengantuk jdinya ku pejamkan mata dan sedikit mengecilkan volume tv. Tak lama terasa ada yang bergerak di bagian dadaku, saat ku buka mata ternyata itu Wina.
“kenapa yang?”, kataku
Dia mengisyaratkanku untuk diam. Perlahan dia duduk dipahaku dengan posisi berhadapan.
“kamu mau apa?”, bisikku
“jangan berisik yang nanti Luna bangun”, bisiknya
Dia merangkul leherku dari depan.
“aku kira kamu tidur”, bisikku
“tadi emang tidur Cuma kebangun pas liat kamu ternyata kamu juga tidur. Maaf ya kamu ikut kebangun”, bisiknya
“kamu berat ga aku dudukin?”, lanjutnya
“ga yang, emang kenapa?”, bisikku
“ga apa-apa”, katanya lalu meniup leherku
“yang geli”, bisikku sambil menghindarinya
“diem yang”, bisiknya
“geli yang”, bisikku
“stop moving”, katanya sambil memegang pipiku
Akupun diam, sementara dia tetap meniup leherku. Secara reflek akupun memejamkan mata, dan mulai menikamati yang Wina lakukan. Terasa dia menjilati leherku, dan menciumnya. Akupun mendorong pelan Wina
“yang stop”, kataku
Dia hanya tersenyum.
“please stop hon”, kataku memelas
“why?”, kata Wina
Akupun tidak menjawab apa-apa. Entah kenapa Wina malah tersenyum
“maaf yang, aku ga bisa berenti”, kata Wina
“tapi kalau lebih dari ini bahaya yang”, kataku sambil mendorong pelan tubuhnya.
“yang please”, katanya dengan nada manja dan menggerakan pinggangnya.
Reflek aku langsung menggendong Wina dan meletakkannya di sofa