- Beranda
- Stories from the Heart
Black Part Of Woman
...
TS
anism
Black Part Of Woman
Spoiler for Peringatan:
Spoiler for Anissa : Aku Bukan pramuria:
Spoiler for Ibu?!:
Spoiler for I Must Found a Father for You:
Wanita itu unik. Karena itu perlakuan terhadap mereka pun berbeda-beda dan spesial.
mereka selalu punya cerita menarik yang pantas disimak
Anism & (edit by) Fanzangela
Diubah oleh anism 30-05-2019 11:43
devarisma04 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
48.2K
379
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
anism
#71
Mengadu dan Solusi
Sekarang tempat Anissa adalah galeri dan rumah. Sesekali Anissa akan setor muka ke sekolah. Dia malas pergi ke sekolah tapi pikirannya tidak ada disana.
Kali ini galeri Ario cukup ramai. Ada yang membeli tato temporer di galerinya. Anissa berdiri di luar galeri dan melihat Ario sedang menato punggung seorang laki-laki. Ario memakai masker.
Sesekali nampak Ario melirik ke arah Anissa.
Anissa coba mendekati Ario. Ario melepaskan masker.
"Bentar y Nis. Ini bentar lagi selesai. Kamu duduk sama Luna dulu ya ", ujar Ario menunjuk ke sebuah kursi panjang.
Luna? Wanita yang menyelamatkan Ario. Anissa mau mengenalnya.
Anissa melihat seorang wanita berambut panjang. Dia sudah tua kah? Ario terlalu melebih-lebihkan. Dia kelihatan masih cantik dan muda. Hanya tubuhnya sangat banyak tato. Wanita tersebut sedang menghisap rokok LA.
Terlihat bungkusnya tergeletak begitu saja di sampingnya.
"Hai,mbak Luna. Maaf ya saya numpang duduk.", Anissa tersenyum manis.
"Siapa ya? Koq kenal?", Luna tampak menjauhkan rokokny agar asapnya tidak mengenai Anissa.
Anissa merinding melihat tato yang bertebaran di tubuh wanita itu. Dia memakai tank top. Bahkan belahan dadanya yang sedikit terbuka pun tidak luput dari tato. Mungkin tatonya lebih sopan dari pakaiannya. Membantu dia menutupi badan.
"Saya kenal Ario, Mbak.", ujar Anissa kalem.
"Wess... Udah punya pacar aja cecunguk satu itu. Hahahaha...", tawa Luna. Anissa agak terkejut dibuatnya.
Tidak ada jabat tangan dan apapun. Luna menepuk-nepuk bagian kursi yang masih kosong di sebelahnya."Duduk sini. Ngapain berdiri kayak gantungan topi disana?", ajak Luna.
Anissa tersenyum cengir. Ada-ada aja perumpamaan Luna dari cecunguk sampai gantungan topi. Tapi entah kenapa kata-kata Luna sama sekali tidak membuat Anissa merasa tidak nyaman.
"Siapa namanya?", tanya Luna.
"Anissa, mbak", jawab Anissa kagok.
"Lah, malah aku dipanggil mbak. Luna. Panggil Luna aja.", Luna tersenyum.
"Mbak Luna kenal banget sama Ario ya?", kebiasaan Anissa bertanya hal-hal yang melenceng dari pembicaraan awal kembali lagi
"Ya, kenallah. Wong saya yang ambil dia dari pas dia kehilangan orang tua. Kamu jangan bilang - bilang ya. Aku kenal Ario pas dia berusia sekitar 17 18 tahun. Udah besar, malam dia masih takut hantu. Hahahahaha... Sering aku takut-takutin. Paling suka aku liat dia ngompol saking ketakutannya.", mendengar itu sontak Anissa tertawa sangat keras. Luna ikut,tertawa melihat Anissa tertawa sampai keluar air mata.
Ario yang tidak tahu apa-apa ikut tersenyum melihat Anissa tertawa seperti itu.
Anissa melihat sekejap ke arah Ario dan Luna.
Mungkinkah? Mereka akan menjadi keluarga barunya?
Sekarang tempat Anissa adalah galeri dan rumah. Sesekali Anissa akan setor muka ke sekolah. Dia malas pergi ke sekolah tapi pikirannya tidak ada disana.
Kali ini galeri Ario cukup ramai. Ada yang membeli tato temporer di galerinya. Anissa berdiri di luar galeri dan melihat Ario sedang menato punggung seorang laki-laki. Ario memakai masker.
Sesekali nampak Ario melirik ke arah Anissa.
Anissa coba mendekati Ario. Ario melepaskan masker.
"Bentar y Nis. Ini bentar lagi selesai. Kamu duduk sama Luna dulu ya ", ujar Ario menunjuk ke sebuah kursi panjang.
Luna? Wanita yang menyelamatkan Ario. Anissa mau mengenalnya.
Anissa melihat seorang wanita berambut panjang. Dia sudah tua kah? Ario terlalu melebih-lebihkan. Dia kelihatan masih cantik dan muda. Hanya tubuhnya sangat banyak tato. Wanita tersebut sedang menghisap rokok LA.
Terlihat bungkusnya tergeletak begitu saja di sampingnya.
"Hai,mbak Luna. Maaf ya saya numpang duduk.", Anissa tersenyum manis.
"Siapa ya? Koq kenal?", Luna tampak menjauhkan rokokny agar asapnya tidak mengenai Anissa.
Anissa merinding melihat tato yang bertebaran di tubuh wanita itu. Dia memakai tank top. Bahkan belahan dadanya yang sedikit terbuka pun tidak luput dari tato. Mungkin tatonya lebih sopan dari pakaiannya. Membantu dia menutupi badan.
"Saya kenal Ario, Mbak.", ujar Anissa kalem.
"Wess... Udah punya pacar aja cecunguk satu itu. Hahahaha...", tawa Luna. Anissa agak terkejut dibuatnya.
Tidak ada jabat tangan dan apapun. Luna menepuk-nepuk bagian kursi yang masih kosong di sebelahnya."Duduk sini. Ngapain berdiri kayak gantungan topi disana?", ajak Luna.
Anissa tersenyum cengir. Ada-ada aja perumpamaan Luna dari cecunguk sampai gantungan topi. Tapi entah kenapa kata-kata Luna sama sekali tidak membuat Anissa merasa tidak nyaman.
"Siapa namanya?", tanya Luna.
"Anissa, mbak", jawab Anissa kagok.
"Lah, malah aku dipanggil mbak. Luna. Panggil Luna aja.", Luna tersenyum.
"Mbak Luna kenal banget sama Ario ya?", kebiasaan Anissa bertanya hal-hal yang melenceng dari pembicaraan awal kembali lagi
"Ya, kenallah. Wong saya yang ambil dia dari pas dia kehilangan orang tua. Kamu jangan bilang - bilang ya. Aku kenal Ario pas dia berusia sekitar 17 18 tahun. Udah besar, malam dia masih takut hantu. Hahahahaha... Sering aku takut-takutin. Paling suka aku liat dia ngompol saking ketakutannya.", mendengar itu sontak Anissa tertawa sangat keras. Luna ikut,tertawa melihat Anissa tertawa sampai keluar air mata.
Ario yang tidak tahu apa-apa ikut tersenyum melihat Anissa tertawa seperti itu.
Anissa melihat sekejap ke arah Ario dan Luna.
Mungkinkah? Mereka akan menjadi keluarga barunya?
Diubah oleh anism 21-04-2017 19:10
mmuji1575 memberi reputasi
1