- Beranda
- Stories from the Heart
Black Part Of Woman
...
TS
anism
Black Part Of Woman
Spoiler for Peringatan:
Spoiler for Anissa : Aku Bukan pramuria:
Spoiler for Ibu?!:
Spoiler for I Must Found a Father for You:
Wanita itu unik. Karena itu perlakuan terhadap mereka pun berbeda-beda dan spesial.
mereka selalu punya cerita menarik yang pantas disimak
Anism & (edit by) Fanzangela
Diubah oleh anism 30-05-2019 11:43
devarisma04 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
48.2K
379
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
anism
#44
Obrolan Ringan
Anissa tidak pulang semalam. Sekarang dia bersama Ario sedang makan bakso di pinggiran jalan.
Hp Anissa berdering. Ia hanya menatap layarnya nanar. Seperti bingung antara mau diangkat atau tidak.
"Koq telfonnya gak di angkat Nis?", tanya Aryo sambil menggulung mie kuningnya.
"Dari mama.", Anissa tersenyum kecut.
"Justru kamu harus jawab telfonnya. Itu udah dicariin. Artinya mamamu peduli. Atau aku yang jawab aja?", cengir Ario.
Mata Anissa terbelalak.
"Wew, neng. Gak usah pake ekspresi galak gitu napa? Abang kan takut jadinya", Ario mencoba melucu. Tapi tanggapan Anissa dingin.
Ario menatap Anissa,"Kamu benaran tidak bisa kembali ke keluargamu lagi?"
Anissa menggeleng. Dia mau menjawab. Tapi akhirnya cuma ada helaan nafas yang terdengar.
"Nis, aku tidak bermaksud mengusirmu. Cuma kalau misalnya orang tuamu mencari-carimu. Sepertinya mereka juga bakal cemas. Ini cuma menurutku saja, Nis. Aku senang kok kamu tinggal di galeri. Aku tahu kamu kemarin membersihkan galeri ya. Terima kasih ya. Tempat itu memang perlu sentuhan wanita.", Ario kembali menyendok bakso.
"Yo, kamu pernah menyesal tidak karena tidak punya orang tua?", Anissa bertanya ke hal lain.
Aryo tersedak mendengar pertanyaan itu. Dia terbatuk dan buru-buru meneguk teh esnya sampai hampir habis. Kemudian berteriak kepada penjual bakso agar menambahkan satu gelas teh es lagi.
"Aku menyesal. Sangat menyesal Nis. Kenapa aku harus kehilangan orang tua karena bencana. Saat itu aku masih SMA Nis. Aku langsung kehilangan pegangan. Apa yang bisa aku perbuat Nis. Aku kehilangan semuanya. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Akhirnya aku bertemu dengan Luna disebuah stasiun. Dia model tato yang mengajakku bekerja sama. Hingga sekarang. ", ujar Aryo.
"Kau tidak pacaran dengan Luna? Biasa aku baca hal-hal begitu di novel.", entah napa ada perasaan tidak nyaman saat Anissa mengungkapkan hal itu.
Aryo tertawa dan berpura-pura ingin memukul Anissa dengan garpu di keningnya. "Luna sudah tiga puluh lima tahun dan punya anak. Dia kerja untuk menghidupi anaknya"
"Memangnya kamu masih muda?", Anissa mulai mencair dan terbawa dalam candaan.
"Aku baru dua puluh empat Nis. Memang aku nampak setua itu ya?", ujar Ario sambil mengedipkan mata.
Anissa menganga tidak percaya. Ario yang gemas kembali ingin menjitaknya dengan garpu.
Anissa tidak pulang semalam. Sekarang dia bersama Ario sedang makan bakso di pinggiran jalan.
Hp Anissa berdering. Ia hanya menatap layarnya nanar. Seperti bingung antara mau diangkat atau tidak.
"Koq telfonnya gak di angkat Nis?", tanya Aryo sambil menggulung mie kuningnya.
"Dari mama.", Anissa tersenyum kecut.
"Justru kamu harus jawab telfonnya. Itu udah dicariin. Artinya mamamu peduli. Atau aku yang jawab aja?", cengir Ario.
Mata Anissa terbelalak.
"Wew, neng. Gak usah pake ekspresi galak gitu napa? Abang kan takut jadinya", Ario mencoba melucu. Tapi tanggapan Anissa dingin.
Ario menatap Anissa,"Kamu benaran tidak bisa kembali ke keluargamu lagi?"
Anissa menggeleng. Dia mau menjawab. Tapi akhirnya cuma ada helaan nafas yang terdengar.
"Nis, aku tidak bermaksud mengusirmu. Cuma kalau misalnya orang tuamu mencari-carimu. Sepertinya mereka juga bakal cemas. Ini cuma menurutku saja, Nis. Aku senang kok kamu tinggal di galeri. Aku tahu kamu kemarin membersihkan galeri ya. Terima kasih ya. Tempat itu memang perlu sentuhan wanita.", Ario kembali menyendok bakso.
"Yo, kamu pernah menyesal tidak karena tidak punya orang tua?", Anissa bertanya ke hal lain.
Aryo tersedak mendengar pertanyaan itu. Dia terbatuk dan buru-buru meneguk teh esnya sampai hampir habis. Kemudian berteriak kepada penjual bakso agar menambahkan satu gelas teh es lagi.
"Aku menyesal. Sangat menyesal Nis. Kenapa aku harus kehilangan orang tua karena bencana. Saat itu aku masih SMA Nis. Aku langsung kehilangan pegangan. Apa yang bisa aku perbuat Nis. Aku kehilangan semuanya. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Akhirnya aku bertemu dengan Luna disebuah stasiun. Dia model tato yang mengajakku bekerja sama. Hingga sekarang. ", ujar Aryo.
"Kau tidak pacaran dengan Luna? Biasa aku baca hal-hal begitu di novel.", entah napa ada perasaan tidak nyaman saat Anissa mengungkapkan hal itu.
Aryo tertawa dan berpura-pura ingin memukul Anissa dengan garpu di keningnya. "Luna sudah tiga puluh lima tahun dan punya anak. Dia kerja untuk menghidupi anaknya"
"Memangnya kamu masih muda?", Anissa mulai mencair dan terbawa dalam candaan.
"Aku baru dua puluh empat Nis. Memang aku nampak setua itu ya?", ujar Ario sambil mengedipkan mata.
Anissa menganga tidak percaya. Ario yang gemas kembali ingin menjitaknya dengan garpu.
Diubah oleh anism 02-10-2019 08:36
mmuji1575 memberi reputasi
1