- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] Saat Senja Tiba
...
TS
gridseeker
[TAMAT] Saat Senja Tiba
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 333 suara
Siapa tokoh yang menurut agan paling layak dibenci / nyebelin ?
Wulan
20%
Shela
9%
Vino (TS)
71%
Diubah oleh gridseeker 04-07-2017 19:00
afrizal7209787 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
1.4M
5.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
gridseeker
#4354
Part 98
Aku menatap Shela pergi meninggalkan halaman rumahnya Putri dengan perasaan senang sekaligus puas. Puas rasanya aku bisa membalas dengan telak kepada cewek yang selama ini paling aku benci dan paling nggak aku harapkan kehadirannya. Dan sekarang sudah nggak ada lagi halangan antara aku dan Vino.
“Nggak, ini nggak mungkin, Shela… “ kata Vino tiba-tiba yang kemudian berlari ke arah kemana Shela pergi.
“Vin, kamu mau kemana ?! “ aku memanggil Vino tapi dia udah berlari menjauh dengan cepat.
“Lho, Vino sama Shela kemana, Lan ? “ tanya Putri yang tiba-tiba muncul di belakangku.
“Ngg… Shela tadi pergi, dan Vino ngejar dia. “ jawabku sekenanya.
“Pasti kamu yang bikin mereka ribut lagi ya ? “ tanya Putri dengan nada menuduh.
“Ah nggak kok dasarnya cewek labil itu aja yang gampang sewot. “ jawabku mengelak.
“Ya ampun Lan, kamu ini kapan sih puasnya ?! Apa kamu nggak kasihan sama Vino ? Tadi aja Shela nggak ngapa-ngapain malah kamu katain macem-macem. “ kata Putri.
“Yeee... tadi aku bilang gitu kan karena aku nggak suka aja Vino disetir mulu sama pacarnya. “ jawabku nggak mau kalah.
“Ya udah sekarang urusannya gimana nih ? Udah hampir jam setengah delapan, kalo kita nggak berangkat sekarang ntar kemalaman lho. “ jawab Putri.
“Kalo gitu kamu tunggu disini yah. Aku mau nyari Vino. “ kataku seraya berlari ke arah Vino mengejar Shela.
Saat menyusuri jalanan kompleks perumahan, pandanganku tertuju pada sosok cowok yang lagi duduk termenung di pinggir jalan yang emang-remang. Vino ? Aku pun bergegas menghampirinya. Aku lihat kanan kiri nggak ada Shela. Baguslah, berarti Shela beneran udah pergi.
“Vin.. ? “ aku melihat Vino cuma menunduk diam nggak menjawab.
“Shela udah pergi, Lan. “ jawab Vino pelan.
“Oh ? Yaaa baguslah kalo gitu. Kamu nggak papa kan ? Maksudku kamu nggak diapa-apain sama dia ? “ tanyaku. Vino cuma menggeleng pelan.
“Aku udah kecewain Shela, padahal dia bener-bener sayang sama aku, tapi … “ Vino nggak sanggup menyelesaikan kalimatnya.
“Hei udahlah, kamu masih aja ngarep sama cewek labil itu. Kamu sadar dong, dia itu cuma manfaatin kamu buat dijadikan pembantu. Emang kamu suka digituin ? “ kataku berusaha membujuk Vino.
“Nggak Lan, kamu salah. Dia … “ jawab Vino pelan dengan nada gemetar.
“Udahlah lupain aja dia. Dia nggak pantas buat kamu. Mungkin sekarang dia kelihatannya menangis, tapi besok paling dia udah ketawa-katawa lagi sambil gandeng cowok lain. Jadi buat apa kamu sedih ? “ tanyaku.
Mendengar kata-kataku, Vino langsung menoleh dan menatap aku dengan tajam.
“Shela bukan cewek seperti itu Lan !! Dia cewek baik-baik !! Kamu nggak pantas menghina dia !! “ kata Vino dengan nada tinggi.
“Terserah kamu lah !! “ jawabku nggak kalah ketus.
“Udah yuk, kita ditunggu Putri lho. “ kataku sambil menggeret lengannya Vino.
“Ayo !! Kamu jadi ikut ke villa nggak ? “ tanyaku nggak sabar, soalnya Vino lagi-lagi cuma diem aja.
“Buat apa ? Shela udah pergi, nggak ada gunanya aku kesana. “ tanya Vino seraya menundukan wajah.
“Kan ada aku ?! Emang kamu anggep apa aku ini ?! “ tanyaku dengan penuh emosi. Jelas aku kesal, aku sejak tadi disampingnya dan dipikirannya cuma Shela, dan Shela mulu.
Tiba-tiba aja Vino beranjak berdiri dan berjalan cepat meninggalkanku menuju arah rumahnya Putri.
“Tunggu, Vin !! Kamu jadi ikut kan ?! “ tanyaku sambil berlari kecil mengikuti Vino yang jalannya cepet banget.
“Aku mau pulang. “ jawab Vino.
“Kok gitu sih ?! Kamu jangan seenaknya sendiri dong !! “
“Vino !! “ teriakku sambil menarik lengannya Vino.
“Please Lan, aku mau pulang. “ jawab Vino pelan sambil menoleh.
Aku terhenyak melihat cara Vino menatapku. Tatapannya nanar dan kosong, seolah-olah dia udah nggak ada semangat hidup lagi. Wajar aja sih, mungkin Vino baru shock soalnya dia baru aja diputus sama pacarnya. Kalau udah begini lebih baik jangan bersikap keras padanya. Bujukan mungkin lebih baik.
"Kamu ngapain pulang ? Kamu kan lagi sedih, mending kamu ikut aja ke villa, disana kan ada temen-temen sapa tahu kamu bisa terhibur. " aku berusaha membujuk Vino.
"Vin ayolah... " lanjut aku setelah Vino cuma diem aja.
"Aku nggak tahu Lan, aku ...aku... hanya bingung mau ngapain... " jawab Vino dengan nada terbata-bata.
"Makanya kamu ikut aku aja ke villanya Putri, daripada kamu di rumah malah tambah sedih lagi. " aku nggak menyerah membujuk Vino.
"Gimana, kamu mau kan ? " tanya aku lagi.
"Aku bener.. bener nggak tahu Lan... "
"Vin, ayo dong, demi aku, masa kamu mau kecewain aku juga ? "
"Vin... ? " tanyaku setelah Vino terlihat bimbang.
Vino nggak menjawab tapi akhirnya dia mengangguk pelan. Namun dari raut wajahnya dia masih terlihat sedih dan nggak semangat. Nggak papa lah, yang penting dia udah mau. Tapi yang jelas sudah nggak ada lagi Shela di antara aku dan Vino. Dia udah pergi, kalau perlu pergi saja untuk selama-lamanya. Mungkin Vino perlu waktu buat melupakan pacar, atau maksudku mantan pacarnya itu.
Sampai di halaman rumahnya Putri, kami berdua disambut oleh sang tuan rumah yang udah bersiap bersama temen-temen naik ke mobil. Melihat aku dan Vino datang, Putri langsung menghampiri sambil mengernyitkan dahi.
"Lho Vin ? Shela mana ? " tanya Putri ke Vino.
"Dia udah pergi, Put. " jawab Vino.
"Pergi ? Pulang maksudnya ? Tapi kenapa ? " tanya Putri dengan nada kebingungan.
"Udahlah, ayo kita berangkat sekarang. Keburu malam nih. " kataku ke Putri.
"Iya tapi ini ada apa sebenarnya ? Tadi Shela bilang mau ikut, kok sekarang dia malah pulang ? " tanya Putri penasaran.
"Nanti aku ceritain. Oh ya Vin, kita semobil ya ? " pintaku ke Vino, dan dia mengangguk, lalu naik ke salah satu mobil.
Saat aku juga mau masuk ke mobil, tiba-tiba Putri menggeret lenganku.
"Jangan bilang ini semua ulah kamu ya ? " kata Putri dengan nada agak ketus.
"Iiih apaan sih. " jawabku berusaha mengelak.
"Nanti di villa kamu harus ceritain semuanya. Aku harus tahu soalnya Shela itu temenku juga. " kata Putri.
"Iya, iya, beres. " jawabku sambil naik ke mobil.
Total ada tiga mobil yang menuju ke villa. Dua mobil jenis MPV dan satu mobil jenis sedan milik pacarnya Putri. Aku dan Vino naik salah satu MPV dan kebagian jok belakang bersama Citra. Setelah semua dipastikan masuk mobil, kami berangkat ke villa.
Sepanjang perjalanan, seperti yang udah aku duga, Vino terlihat murung dan terus-menerus melihat keluar jendela. Dia sama sekali nggak berbicara sepatah katapun, apalagi mengajak aku yang duduk disampingnya bicara. Aku tawari minuman dingin atau makanan ringan juga jawabannya hanya menggeleng. Padahal aku, Citra dan Putri yang duduk di sebelah supir, sejak tadi ngobrol ngalor ngidul.
Setelah cukup lama menempuh perjalanan, mobil kami akhirnya sampai juga di villa yang dituju. Aku, Putri dan Citra pun bersiap-siap turun sambil mengemasi barang-barang. Berhubung nginepnya cuma semalam dan besok siang kami harus check-out, jadi bawaan kami nggak banyak. Oh ya, Vino ? Sejak tadi dia tertidur pulas, kira-kira setengah jam sejak kami meninggalkan rumahnya Putri.
“Vin, bangun, Vin… “ panggilku sambil menggoyang-goyangkan lengannya Vino.
“Vino belum bangun ? “ tanya Citra dari luar mobil.
“Tau nih, tidurnya pules banget. “ jawabku.
Aku goyang-goyangkan lagi lengannya Vino dan dia pun bergerak-gerak sepertinya udah bangun. Saat menoleh ke arahku spontan dia langsung memelukku erat.
“Shel, please… jangan tinggalin aku !! Aku sayang banget sama kamu. “
“Vin, kamu apa-apaan sih ?! “
Tentu saja aku kaget dengan tingkah Vino barusan, kaget sekaligus sakit hati. Ini kedua kalinya Vino memelukku sambil ngelindur memanggil nama mantan pacarnya itu. Kamu kapan ngimpiin aku Vin ? batinku. Oke, aku nggak boleh marah, aku harus sabar, semua demi Vino juga.
“Lepasin aku Vin. “ aku berusaha melepaskan pelukan Vino.
"Vin, lepasin, ini aku, Wulan. "
“Haah.. lho… Shela kemana, Lan ? “ tanya Vino melepaskan pelukannya dengan tergagap. Aku nggak menjawab, cuma menatap Vino sambil menggelengkan kepala.
“Kamu ngelindur Vin ? Shela kan nggak ikut. “ tanya Citra ketawa.
“Ssssstttt !! Kamu ini… “ kataku ke Citra dan spontan Citra langsung menutup mulutnya.
“Aku tadi mimpi ketemu Shela, Lan. Dia cantik banget, pakai baju putih-putih kayak malaikat gitu. Tapi dia terus mau ninggalin aku… “ kata Vino dengan nada sendu.
“Udahlah, itu cuma mimpi Vin, karena kamu masih kepikiran Shela terus. Ayo turun, ini udah sampai lho. “ kata aku.
"Emang sampai dimana Lan ? " tanya Vino, yang lagi-lagi bikin aku kaget.
"Di villanya Putri, Vin. Masa kamu lupa ? " tanyaku lalu memandang ke Citra, yang cuma menggelengkan kepala dengan ekspresi heran.
"Aahh sorry, iya..iya.... " jawab Vino sambil mengucek-ucek kedua matanya.
Setelah turun dari mobil kami semua lalu menuju villa tersebut. Sebenarnya villa tersebut nggak gede-gede amat, tapi tergolong mewah dan komplit fasilitasnya seperti kolam renang, TV LCD, AC, makanan komplit, dll. Jaraknya juga deket dari pantai, cuma sekitar 2 km. Kamarnya ada tiga masing-masing muat 4 orang, sehingga pas dengan jumlah kami yang sebelas orang.
Pas di ruang tamu, Firda, Indah, Lusi dan Siska terlihat kagum dan beberapa kali berteriak histeris melihat interior villa yang mewah, sedangkan aku, Putri dan Citra cuma senyum-senyum karena beberapa hari sebelumnya kami udah pernah kesini buat survey lokasi. Sedangkan Vino ? Dia cuma duduk di salah satu sofa dengan wajah murung. Sengaja aku biarin, mungkin Vino emang lagi pengen sendiri.
Setelah diadakan pembagian kamar dan karena hari udah malam sekitar jam setengah sepuluh dan semua juga udah lapar, maka acara utama yaitu bakar jagung pun dimulai yang diadakan di rooftop villa. Disana udah tersedia charcoal griller yang kami pesan dari pelayan villa. Bisa dibilang rooftop merupakan tempat paling favorit, karena dari sini kami bisa melihat pemadangan laut yang indah. Hanya saja karena udah malam jadi hamparan laut nggak terlihat jelas karena gelap.
Acara bakar-bakaran pun dimulai, dan suasana sangat meriah karena Putri nggak hanya bawa jagung, tapi juga daging steak, sosis, roti tawar dan makanan ringan lainnya. Semua terlihat antusias dan menikmati acara bakar-bakaran tersebut. Apakah semuanya ? Tidak, karena Vino lagi-lagi hanya duduk menyendiri di sebuah gazebo sambil memandang ke arah laut. Dia sama sekali nggak peduli dengan temen-temen lain yang asyik menikmati jagung dan daging bakar, bahkan menoleh ke arah mereka juga tidak. Padahal selama ini Vino selalu antusias jika ada acara makan-makan seperti ini, apalagi setauku Vino bukan tipe orang yang suka pilih-pilih makanan.
Akupun menghampiri Vino sambil membawakan sepiring jagung bakar. Saat aku datang dan duduk di sampingnya, Vino lagi-lagi nggak menoleh dan tetap memandang pantai yang gelap dengan tatapan seperti tadi, nanar dan kosong. Ish.. pasti deh Vino masih mikirin Shela.
"Kamu mau jagung bakar ? " tanyaku.
"Aku nggak suka jagung. " jawab Vino lirih sambil menggeleng pelan.
"Tapi kamu belum makan kan ? Mau aku ambilin roti dan sosis ? " tanyaku lagi.
"Aku nggak lapar Lan. " jawab Vino sambil tetap menatap ke depan.
"Tapi kamu tetep harus makan, Vin. Aku ambilin ya ? " tanyaku lagi.
"Mau kan ? Mau ya ? " Vino nggak menjawab cuma mengangguk pelan.
Akupun mengambil sepotong sosis bakar dan roti yang ada di meja, lalu membawakannya ke Vino.
"Nih Vin, mumpung sosisnya masih hangat lho. " kataku sambil menyodorkan piring yang berisi sosis bakar dan roti tersebut.
"Taruh disitu aja Lan. " kata Vino pelan tanpa menoleh.
"Tapi nanti dimakan ya. " pintaku, dan Vino cuma diem aja.
"Kamu masih kepikiran Shela, Vin ? " tanyaku dengan hati-hati.
Mendengar nama mantannya disebut, Vino lalu menoleh ke arahku, dan dia tersenyum, tapi senyumnya getir, sangat getir. Lalu dia kembali menatap ke arah pantai yang gelap.
"Semua ini salahku Lan, salahku... " kata Vino dengan suara gemetar.
"Awalnya mungkin aku sependapat denganmu, aku kira Shela juga cuma manfaatin aku, tapi lama-lama aku sadar kalau dia ternyata bener-bener sayang sama aku. " lanjut Vino.
"Saat masak sup itu, jari dia sampai terluka kena pisau. Meskipun supnya rasanya nggak enak, tapi aku bisa ngerasain betapa dia berusaha sungguh-sungguh agar aku dan Dina senang. Tapi balasannya, aku malah bikin dia sakit hati. "
"Dina pasti juga bakalan sedih jika tahu kalau Shela udah nggak di sasana itu lagi. Kamu tahu Lan ? Saat mereka berdua bersama, aku melihat sosok kakak perempuan bagi Dina. Kakak yang menemani adiknya bermain, mendampinginya belajar jika ada ujian, yang aku sendiri sebagai kakak kandungnya, nggak pernah ngelakuinnya. "
"Aku sayang banget sama Shela, Lan. Aku pengen banget ketemu dia, tapi itu mustahil kan ? " lanjut Vino dengan suara lirih sambil menundukkan wajah.
Aku cuma terdiam mendengar semua curhatan Vino. Jujur aja sih, aku bener-bener kesal mendengar semua kata-kata dia tentang Shela apalagi kata-kata terakhir yang bikin aku sangat sakit hati. Tapi aku tetep berusaha menahan diri. Mungkin memang Vino butuh waktu buat ngelupain mantan pacarnya itu.
“Nggak, ini nggak mungkin, Shela… “ kata Vino tiba-tiba yang kemudian berlari ke arah kemana Shela pergi.
“Vin, kamu mau kemana ?! “ aku memanggil Vino tapi dia udah berlari menjauh dengan cepat.
“Lho, Vino sama Shela kemana, Lan ? “ tanya Putri yang tiba-tiba muncul di belakangku.
“Ngg… Shela tadi pergi, dan Vino ngejar dia. “ jawabku sekenanya.
“Pasti kamu yang bikin mereka ribut lagi ya ? “ tanya Putri dengan nada menuduh.
“Ah nggak kok dasarnya cewek labil itu aja yang gampang sewot. “ jawabku mengelak.
“Ya ampun Lan, kamu ini kapan sih puasnya ?! Apa kamu nggak kasihan sama Vino ? Tadi aja Shela nggak ngapa-ngapain malah kamu katain macem-macem. “ kata Putri.
“Yeee... tadi aku bilang gitu kan karena aku nggak suka aja Vino disetir mulu sama pacarnya. “ jawabku nggak mau kalah.
“Ya udah sekarang urusannya gimana nih ? Udah hampir jam setengah delapan, kalo kita nggak berangkat sekarang ntar kemalaman lho. “ jawab Putri.
“Kalo gitu kamu tunggu disini yah. Aku mau nyari Vino. “ kataku seraya berlari ke arah Vino mengejar Shela.
Saat menyusuri jalanan kompleks perumahan, pandanganku tertuju pada sosok cowok yang lagi duduk termenung di pinggir jalan yang emang-remang. Vino ? Aku pun bergegas menghampirinya. Aku lihat kanan kiri nggak ada Shela. Baguslah, berarti Shela beneran udah pergi.
“Vin.. ? “ aku melihat Vino cuma menunduk diam nggak menjawab.
“Shela udah pergi, Lan. “ jawab Vino pelan.
“Oh ? Yaaa baguslah kalo gitu. Kamu nggak papa kan ? Maksudku kamu nggak diapa-apain sama dia ? “ tanyaku. Vino cuma menggeleng pelan.
“Aku udah kecewain Shela, padahal dia bener-bener sayang sama aku, tapi … “ Vino nggak sanggup menyelesaikan kalimatnya.
“Hei udahlah, kamu masih aja ngarep sama cewek labil itu. Kamu sadar dong, dia itu cuma manfaatin kamu buat dijadikan pembantu. Emang kamu suka digituin ? “ kataku berusaha membujuk Vino.
“Nggak Lan, kamu salah. Dia … “ jawab Vino pelan dengan nada gemetar.
“Udahlah lupain aja dia. Dia nggak pantas buat kamu. Mungkin sekarang dia kelihatannya menangis, tapi besok paling dia udah ketawa-katawa lagi sambil gandeng cowok lain. Jadi buat apa kamu sedih ? “ tanyaku.
Mendengar kata-kataku, Vino langsung menoleh dan menatap aku dengan tajam.
“Shela bukan cewek seperti itu Lan !! Dia cewek baik-baik !! Kamu nggak pantas menghina dia !! “ kata Vino dengan nada tinggi.
“Terserah kamu lah !! “ jawabku nggak kalah ketus.
“Udah yuk, kita ditunggu Putri lho. “ kataku sambil menggeret lengannya Vino.
“Ayo !! Kamu jadi ikut ke villa nggak ? “ tanyaku nggak sabar, soalnya Vino lagi-lagi cuma diem aja.
“Buat apa ? Shela udah pergi, nggak ada gunanya aku kesana. “ tanya Vino seraya menundukan wajah.
“Kan ada aku ?! Emang kamu anggep apa aku ini ?! “ tanyaku dengan penuh emosi. Jelas aku kesal, aku sejak tadi disampingnya dan dipikirannya cuma Shela, dan Shela mulu.
Tiba-tiba aja Vino beranjak berdiri dan berjalan cepat meninggalkanku menuju arah rumahnya Putri.
“Tunggu, Vin !! Kamu jadi ikut kan ?! “ tanyaku sambil berlari kecil mengikuti Vino yang jalannya cepet banget.
“Aku mau pulang. “ jawab Vino.
“Kok gitu sih ?! Kamu jangan seenaknya sendiri dong !! “
“Vino !! “ teriakku sambil menarik lengannya Vino.
“Please Lan, aku mau pulang. “ jawab Vino pelan sambil menoleh.
Aku terhenyak melihat cara Vino menatapku. Tatapannya nanar dan kosong, seolah-olah dia udah nggak ada semangat hidup lagi. Wajar aja sih, mungkin Vino baru shock soalnya dia baru aja diputus sama pacarnya. Kalau udah begini lebih baik jangan bersikap keras padanya. Bujukan mungkin lebih baik.
"Kamu ngapain pulang ? Kamu kan lagi sedih, mending kamu ikut aja ke villa, disana kan ada temen-temen sapa tahu kamu bisa terhibur. " aku berusaha membujuk Vino.
"Vin ayolah... " lanjut aku setelah Vino cuma diem aja.
"Aku nggak tahu Lan, aku ...aku... hanya bingung mau ngapain... " jawab Vino dengan nada terbata-bata.
"Makanya kamu ikut aku aja ke villanya Putri, daripada kamu di rumah malah tambah sedih lagi. " aku nggak menyerah membujuk Vino.
"Gimana, kamu mau kan ? " tanya aku lagi.
"Aku bener.. bener nggak tahu Lan... "
"Vin, ayo dong, demi aku, masa kamu mau kecewain aku juga ? "
"Vin... ? " tanyaku setelah Vino terlihat bimbang.
Vino nggak menjawab tapi akhirnya dia mengangguk pelan. Namun dari raut wajahnya dia masih terlihat sedih dan nggak semangat. Nggak papa lah, yang penting dia udah mau. Tapi yang jelas sudah nggak ada lagi Shela di antara aku dan Vino. Dia udah pergi, kalau perlu pergi saja untuk selama-lamanya. Mungkin Vino perlu waktu buat melupakan pacar, atau maksudku mantan pacarnya itu.
Sampai di halaman rumahnya Putri, kami berdua disambut oleh sang tuan rumah yang udah bersiap bersama temen-temen naik ke mobil. Melihat aku dan Vino datang, Putri langsung menghampiri sambil mengernyitkan dahi.
"Lho Vin ? Shela mana ? " tanya Putri ke Vino.
"Dia udah pergi, Put. " jawab Vino.
"Pergi ? Pulang maksudnya ? Tapi kenapa ? " tanya Putri dengan nada kebingungan.
"Udahlah, ayo kita berangkat sekarang. Keburu malam nih. " kataku ke Putri.
"Iya tapi ini ada apa sebenarnya ? Tadi Shela bilang mau ikut, kok sekarang dia malah pulang ? " tanya Putri penasaran.
"Nanti aku ceritain. Oh ya Vin, kita semobil ya ? " pintaku ke Vino, dan dia mengangguk, lalu naik ke salah satu mobil.
Saat aku juga mau masuk ke mobil, tiba-tiba Putri menggeret lenganku.
"Jangan bilang ini semua ulah kamu ya ? " kata Putri dengan nada agak ketus.
"Iiih apaan sih. " jawabku berusaha mengelak.
"Nanti di villa kamu harus ceritain semuanya. Aku harus tahu soalnya Shela itu temenku juga. " kata Putri.
"Iya, iya, beres. " jawabku sambil naik ke mobil.
Total ada tiga mobil yang menuju ke villa. Dua mobil jenis MPV dan satu mobil jenis sedan milik pacarnya Putri. Aku dan Vino naik salah satu MPV dan kebagian jok belakang bersama Citra. Setelah semua dipastikan masuk mobil, kami berangkat ke villa.
Sepanjang perjalanan, seperti yang udah aku duga, Vino terlihat murung dan terus-menerus melihat keluar jendela. Dia sama sekali nggak berbicara sepatah katapun, apalagi mengajak aku yang duduk disampingnya bicara. Aku tawari minuman dingin atau makanan ringan juga jawabannya hanya menggeleng. Padahal aku, Citra dan Putri yang duduk di sebelah supir, sejak tadi ngobrol ngalor ngidul.
Setelah cukup lama menempuh perjalanan, mobil kami akhirnya sampai juga di villa yang dituju. Aku, Putri dan Citra pun bersiap-siap turun sambil mengemasi barang-barang. Berhubung nginepnya cuma semalam dan besok siang kami harus check-out, jadi bawaan kami nggak banyak. Oh ya, Vino ? Sejak tadi dia tertidur pulas, kira-kira setengah jam sejak kami meninggalkan rumahnya Putri.
“Vin, bangun, Vin… “ panggilku sambil menggoyang-goyangkan lengannya Vino.
“Vino belum bangun ? “ tanya Citra dari luar mobil.
“Tau nih, tidurnya pules banget. “ jawabku.
Aku goyang-goyangkan lagi lengannya Vino dan dia pun bergerak-gerak sepertinya udah bangun. Saat menoleh ke arahku spontan dia langsung memelukku erat.
“Shel, please… jangan tinggalin aku !! Aku sayang banget sama kamu. “
“Vin, kamu apa-apaan sih ?! “
Tentu saja aku kaget dengan tingkah Vino barusan, kaget sekaligus sakit hati. Ini kedua kalinya Vino memelukku sambil ngelindur memanggil nama mantan pacarnya itu. Kamu kapan ngimpiin aku Vin ? batinku. Oke, aku nggak boleh marah, aku harus sabar, semua demi Vino juga.
“Lepasin aku Vin. “ aku berusaha melepaskan pelukan Vino.
"Vin, lepasin, ini aku, Wulan. "
“Haah.. lho… Shela kemana, Lan ? “ tanya Vino melepaskan pelukannya dengan tergagap. Aku nggak menjawab, cuma menatap Vino sambil menggelengkan kepala.
“Kamu ngelindur Vin ? Shela kan nggak ikut. “ tanya Citra ketawa.
“Ssssstttt !! Kamu ini… “ kataku ke Citra dan spontan Citra langsung menutup mulutnya.
“Aku tadi mimpi ketemu Shela, Lan. Dia cantik banget, pakai baju putih-putih kayak malaikat gitu. Tapi dia terus mau ninggalin aku… “ kata Vino dengan nada sendu.
“Udahlah, itu cuma mimpi Vin, karena kamu masih kepikiran Shela terus. Ayo turun, ini udah sampai lho. “ kata aku.
"Emang sampai dimana Lan ? " tanya Vino, yang lagi-lagi bikin aku kaget.
"Di villanya Putri, Vin. Masa kamu lupa ? " tanyaku lalu memandang ke Citra, yang cuma menggelengkan kepala dengan ekspresi heran.
"Aahh sorry, iya..iya.... " jawab Vino sambil mengucek-ucek kedua matanya.
Setelah turun dari mobil kami semua lalu menuju villa tersebut. Sebenarnya villa tersebut nggak gede-gede amat, tapi tergolong mewah dan komplit fasilitasnya seperti kolam renang, TV LCD, AC, makanan komplit, dll. Jaraknya juga deket dari pantai, cuma sekitar 2 km. Kamarnya ada tiga masing-masing muat 4 orang, sehingga pas dengan jumlah kami yang sebelas orang.
Pas di ruang tamu, Firda, Indah, Lusi dan Siska terlihat kagum dan beberapa kali berteriak histeris melihat interior villa yang mewah, sedangkan aku, Putri dan Citra cuma senyum-senyum karena beberapa hari sebelumnya kami udah pernah kesini buat survey lokasi. Sedangkan Vino ? Dia cuma duduk di salah satu sofa dengan wajah murung. Sengaja aku biarin, mungkin Vino emang lagi pengen sendiri.
Setelah diadakan pembagian kamar dan karena hari udah malam sekitar jam setengah sepuluh dan semua juga udah lapar, maka acara utama yaitu bakar jagung pun dimulai yang diadakan di rooftop villa. Disana udah tersedia charcoal griller yang kami pesan dari pelayan villa. Bisa dibilang rooftop merupakan tempat paling favorit, karena dari sini kami bisa melihat pemadangan laut yang indah. Hanya saja karena udah malam jadi hamparan laut nggak terlihat jelas karena gelap.
Acara bakar-bakaran pun dimulai, dan suasana sangat meriah karena Putri nggak hanya bawa jagung, tapi juga daging steak, sosis, roti tawar dan makanan ringan lainnya. Semua terlihat antusias dan menikmati acara bakar-bakaran tersebut. Apakah semuanya ? Tidak, karena Vino lagi-lagi hanya duduk menyendiri di sebuah gazebo sambil memandang ke arah laut. Dia sama sekali nggak peduli dengan temen-temen lain yang asyik menikmati jagung dan daging bakar, bahkan menoleh ke arah mereka juga tidak. Padahal selama ini Vino selalu antusias jika ada acara makan-makan seperti ini, apalagi setauku Vino bukan tipe orang yang suka pilih-pilih makanan.
Akupun menghampiri Vino sambil membawakan sepiring jagung bakar. Saat aku datang dan duduk di sampingnya, Vino lagi-lagi nggak menoleh dan tetap memandang pantai yang gelap dengan tatapan seperti tadi, nanar dan kosong. Ish.. pasti deh Vino masih mikirin Shela.
"Kamu mau jagung bakar ? " tanyaku.
"Aku nggak suka jagung. " jawab Vino lirih sambil menggeleng pelan.
"Tapi kamu belum makan kan ? Mau aku ambilin roti dan sosis ? " tanyaku lagi.
"Aku nggak lapar Lan. " jawab Vino sambil tetap menatap ke depan.
"Tapi kamu tetep harus makan, Vin. Aku ambilin ya ? " tanyaku lagi.
"Mau kan ? Mau ya ? " Vino nggak menjawab cuma mengangguk pelan.
Akupun mengambil sepotong sosis bakar dan roti yang ada di meja, lalu membawakannya ke Vino.
"Nih Vin, mumpung sosisnya masih hangat lho. " kataku sambil menyodorkan piring yang berisi sosis bakar dan roti tersebut.
"Taruh disitu aja Lan. " kata Vino pelan tanpa menoleh.
"Tapi nanti dimakan ya. " pintaku, dan Vino cuma diem aja.
"Kamu masih kepikiran Shela, Vin ? " tanyaku dengan hati-hati.
Mendengar nama mantannya disebut, Vino lalu menoleh ke arahku, dan dia tersenyum, tapi senyumnya getir, sangat getir. Lalu dia kembali menatap ke arah pantai yang gelap.
"Semua ini salahku Lan, salahku... " kata Vino dengan suara gemetar.
"Awalnya mungkin aku sependapat denganmu, aku kira Shela juga cuma manfaatin aku, tapi lama-lama aku sadar kalau dia ternyata bener-bener sayang sama aku. " lanjut Vino.
"Saat masak sup itu, jari dia sampai terluka kena pisau. Meskipun supnya rasanya nggak enak, tapi aku bisa ngerasain betapa dia berusaha sungguh-sungguh agar aku dan Dina senang. Tapi balasannya, aku malah bikin dia sakit hati. "
"Dina pasti juga bakalan sedih jika tahu kalau Shela udah nggak di sasana itu lagi. Kamu tahu Lan ? Saat mereka berdua bersama, aku melihat sosok kakak perempuan bagi Dina. Kakak yang menemani adiknya bermain, mendampinginya belajar jika ada ujian, yang aku sendiri sebagai kakak kandungnya, nggak pernah ngelakuinnya. "
"Aku sayang banget sama Shela, Lan. Aku pengen banget ketemu dia, tapi itu mustahil kan ? " lanjut Vino dengan suara lirih sambil menundukkan wajah.
Aku cuma terdiam mendengar semua curhatan Vino. Jujur aja sih, aku bener-bener kesal mendengar semua kata-kata dia tentang Shela apalagi kata-kata terakhir yang bikin aku sangat sakit hati. Tapi aku tetep berusaha menahan diri. Mungkin memang Vino butuh waktu buat ngelupain mantan pacarnya itu.
Diubah oleh gridseeker 18-04-2017 17:03
jenggalasunyi dan 5 lainnya memberi reputasi
6
![[TAMAT] Saat Senja Tiba](https://s.kaskus.id/images/2017/05/28/9056684_20170528125804.jpg)
Setelah sekian lama jadi SR di forum SFTH ane memberanikan menyusun cerita ini. Sebenarnya cerita ini sudah lama ane pendam bertahun-tahun, meski begitu cerita ini sempat ane posting disini pake ID lain tapi dalam format plesetan komedi karena ane nggak PD kalau membikin versi real/sesungguhnya.
Pokoknya just enjoy the story hehe biar sama-sama enak
Dan karena ane masih nubi disini mohon maaf jika terjadi banyak kesalahan ya gan