Suatu ketika, kami sekeluarga pergi ke Maros karena ada acara keluarga. Cucu pertama nenek (saudara kakek dari ibu) akan menikah. Acaranya besar2an. Kebetulan memang waktu itu musim liburan anak sekolah. Di acara tersebut, aku bertemu dengan k arfan. K arfan selalu memperhatikan aku. Setiap aku bermain dengan sepupu2ku, dia selalu pengen dekat dengan aku. Hingga tanpa aku sadari, tangannya memegang tanganku. Aku hanya diam dan menatapnya heran. K arfan hanya tersenyum tanpa melepaskan pegangan tangannya.
Malamnya, acara Mappacing k sandra. Di tengah kerumunan banyak orang, k arfan menarikku dan mengajak aku keluar. Aku ikut saja tanpa banyak bicara. Di luar, dia menatap langit. Akupun ikut menatap langit....



Waktu itu aku nggak tau bedanya kimpoi dengan nikah apa. Makanya aku bingung.

Skip....

Prosesi acara udah selesai. Kami pun bersiap-siap untuk pulang. Di perjalanan, tante arum ngomong kalau aku dijodohkan dengan k arfan. Aku malu banget waktu itu. Semua orang di mobil tak henti2nya menggodaku.
Tak terasa aku sudah naik ke kelas 5. Dan itu berarti, k arfan telah lulus SD. Tidak ada lagi orang yang akan selalu menolongku di sekolah. Akupun udah jarang main ke rumahnya. Kalaupun aku singgah di rumahnya, dia juga tidak ada di rumah karena k arfan sekolah. Kata tante arum, arfan sekarang lebih alim. Sholatnya selalu di masjid.
Hingga terdengar kabar bahwa k arfan sakit parah dan dirawat di rumah sakit. Aku bersama yang lain pergi menjenguknya. Tiba di rumah sakit, aku lihat kondisi k arfan sangat memprihatinkan. Saat tante arum melihatku, beliau langsung memelukku...


Akupun masuk ke ruang ICU tempat k arfan di rawat. Di hidung dan mulutnya dipasangi selang sehingga dia sulit bernafas. Aku hanya bisa terdiam melihatnya. K arfan menatapku dan dan tante arum secara bergantian. Tante arum menangis. Mata k arfan seolah berbicara, “ibu jangan nangis, aku baik2 aja kok”. Lalu tangannya berusaha menggapaiku. Akupun mendekat. Ingin ku pegang tangannya tapi aku ragu. Dia juga kelihatan ragu. Ah, aku tahu. Sepertinya dia tidak ingin disentuh dengan yang bukan mahramnya. Ada rasa kagum yang muncul dalam hatiku. Aku berikan senyumku dan menunjuk ke atas. K arfan pun tersenyum. Sepertinya dia juga ingat percakapan kami malam itu. K arfan ingin naik ke atas langit dan melihat bintang dari dekat.

Setelah kami agak lama berbincang lewat tatapan mata, aku pun keluar untuk bergantian dengan keluarga yang lain yang datang menjenguknya. Sesampai di luar, orang2 malah melihatku prihatin. Aku heran dengan sikap keluargaku, kok mereka malah prihatin kepadaku, bukannya ke tante arum. Ooh..ternyata mereka kasihan padaku karena orang yang dijodohkan kepadaku sedang sakit keras dan penyikitnya sulit untuk disembuhkan. K arfan tinggal menungu detik2 nyawanya di cabut. Entah kenapa, aku seperti enggak suka kalau ada orang yang menyinggung perjodohan ini. Pikirku waktu itu, kami kan masih kecil. Kenapa juga tante arum begitu ngotot menjodohkan aku dengan k arfan.
Entahlah apa ini ada hubungannya dengan k arfan. Yang jelas, setiap ada anak ibu yang dijodohkan, maka akan berakhir dengan kematian. Contohnya k tiras yang sempat dijodohkan dengan sepupu aku di jakarta. Padahal umur k tiras juga masih SD. Setelah itu, sepupuku itu meninggal kecelakaan saat naik motor ke sekolahnya.

Terus k via, dia dijodohkan dengan kakak kelasnya. Setelah pejodohan, enggak lama laki2 itu terserang radang tonsil yang udah parah dan meninggal.

Skip...

Setelah aku menjenguk k arfan, akupun disibukkan dengan ujian SD. Aku juga tidak peduli dengan keadaannya. Aku tidak suka jika orang selalu membicarakan tentang perjodohan itu. Setiap ada yang mengajak aku untuk menjenguknya, aku selalu menolak. Alasannya aku sudah pernah menjenguknya. Hingga tiba kabar bahwa k arfan meninggal setelah dirawat selama hampir 5 bulan.
Di rumah duka, kakak k arfan histeris dengan meninggalnya adiknya. Ketika k arfan (rahimahullah) akan diantar ke tempat peristirahatannya yang terakhir, k nanny, anak perempuan tante arum satu2nya semakin histeris dan memaksa untuk ikut ke rombongan pengantar jenazah, tapi berusaha ditahan oleh kelarga yang lain. Tak terasa, air mataku pun menetes melihat kesedihan k nanny. Ketika k nanny melihatku, dia langsung memelukku sangat erat sekali sehingga aku jadi susah bernafas.


Tante arum pun memeluk dan menciumku berulang2 dengan deraian air matanya. Ya Allah, andai aku bisa menggantikan posisi arfan di keluarga tante arum, aku bersedia ya Allah, untuk menebus kesalahanku dengan ucapan yang sangat kejam menurutku.
Walaupun waktu terus berlalu sekian lama, namun setiap tante arum melihatku, dia selalu teringat dengan arfan.