- Beranda
- Stories from the Heart
Whiskey Lullaby (a collection of short stories)
...
TS
romperstomper
Whiskey Lullaby (a collection of short stories)
Quote:

WHISKEY LULLABY
a collection of short stories about life, love... and whiskey

photograph by patheme@deviantart.com
He spent his whole life tryin' to forget
We watched him drink his pain away a little at a time
But he never could get drunk enough to get her off his mind
(Brad Paisley - Whiskey Lullaby)

INDEX
PROLOGUE
GLASS 1: UNTUK DESEMBER
GLASS 2 : PERTAMA UNTUK SELAMANYA (part 1)
GLASS 3 : JATUH UNTUK SELAMANYA (part 2)
GLASS 4 : A BROKEN ETERNITY (one-shot/fantasy)
GLASS 5 : BOTTLE OF WORDS (poetry)
GLASS 6 : ONE SWEET GLASS (part 3)
GLASS 7 : DRUNK RAMBLING (one-shot)
Diubah oleh romperstomper 15-10-2017 20:30
anasabila memberi reputasi
1
12.3K
31
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
romperstomper
#25
JATUH UNTUK SELAMANYA
(2nd POV)

"Apa kau pernah bertemu dengan seseorang dan langsung yakin detik itu juga bahwa orang tersebut adalah separuh jiwamu?"
"Aku pernah...."
.
.
.
Kau bertanya tanpa butuh jawaban. Hanya sekedar pengantar menuju kisah yang sudah mendesak tidak sabar di ujung lidahmu. Sepenggal cerita dari masa remaja yang lampau. Sepotong kenangan yang kau kubur namun tidak pernah terlupakan. Saat angan dan mimpimu masih dipatok setinggi langit. Saat benakmu masih berselimut nyaman dalam kenaifan, dan sinis belum merusak sudut-sudut pikiranmu. Saat kau pertama kali bertemu dengan sosok perempuan yang kau pikir adalah potongan terakhir dari puzzle dalam hidupmu.
Sebait deham yang meluncur dari mulutmu menjadi nada pembuka dari simfoni nostalgia malam ini. Pun seorang pendengar setia yang berdiri di depanmu tampak begitu siap melahap setiap kalimat yang akan kau sampaikan. Matamu memandang jauh dengan binar kosong pada segelas whiskey yang kau genggam lemah. Kau terhanyut, sementara pikiranmu pergi melayang jauh demi merangkai montase hitam-putih yang terputar tanpa suara di dalam benakmu.
Kau memulai sesi cerita malam ini dengan latar sebuah kota yang berjuluk Kota Kembang.
.
.
.
Minggu, 17 September 2006.
Rutinitas minggu pagi bagimu adalah terbangun dengan kepala yang nyaris meledak, mulut yang kering dengan sisa-sisa rasa alkohol yang melekat, dan ingatan tentang peristiwa semalam yang tidak lengkap. Matamu terbuka lambat dengan sedikit berat. Cahaya yang jatuh tepat di wajahmu terlalu terang, dan kau menebak-nebak hari sudah terlalu tua untuk disebut pagi. Kau berdiri dengan lunglai, masih ada sensasi mabuk yang tersisa dan membuatmu hampir jatuh kehilangan keseimbangan. Beberapa detik kau habiskan untuk menarik napas panjang dan mencerna keadaan di sekitarmu. Kondisi kamar yang terlalu berantakan; botol Jack Danielsdan gelas yang terjatuh di sudut kamar, genangan-genangan air tanpa kejelasan di berbagai titik di atas lantai, dan sekilas kau melihat sosok sahabatmu yang teronggok di dalam kamar mandi. What a night!
Kau menyeringai kecil, setidaknya kau tidak terbangun di kamar yang asing, dengan orang asing, atau lebih parahnya lagi di pinggir jalan yang asing.
Kakimu kembali melangkah pelan menuju pintu, masih ada sensasi mengapung yang kau rasakan. Telingamu mulai menangkap suara-suara dari ruang tengah sebuah rumah yang kau sewa bersama tiga orang teman. Sebelah alismu melengkung tinggi saat kau mendengar nada-nada feminin di antara suara berat milik salah satu temanmu. Tapi nyatanya kau bahkan tidak cukup peduli untuk mempertanyakan identitas sang pemilik suara atau penampilanmu yang terlalu berantakan saat berjalan melewati ruang tengah. Pikiranmu saat ini hanya terfokus pada satu hal: air dingin, kau bahkan tidak repot-repot mencuri pandang pada segelintir tamu yang seketika membisu dan mengekor sosokmu yang berjalan terhuyung.
Segelas air dingin kau guyurkan ke dalam tenggorokanmu dengan ekspresi kepuasan seperti iklan di dalam televisi. Baru kau menoleh dan mendapati berpasang-pasang mata terpaku ke arahmu. Kesadaranmu hampir kembali seutuhnya saat kau mengangkat sebelah tangan dan menyapa dengan kikuk. Satu tawa meledak keras, memberangus sunyi yang terasa canggung. Kau pun melihatnya, tawa yang pecah dari mulut salah satu teman yang menyewa rumah ini bersamamu. Wisnu namanya, sosok berpenampilan trendy yang langsung berjalan menghampirimu dengan tawa yang tak kunjung hilang. Beberapa pertanyaan tentang kegiatanmu semalam dilemparkan dengan nada canda, kau menjawab sekenanya dengan garis besar yang melibatkan whiskey, vodka, whiskey, dan whiskey. Untuk kesekian kalinya dalam interval yang singkat, Wisnu kembali tertawa kencang. Kali ini diiringi kepala yang menggeleng pelan dan raut wajah yang takjub. Beberapa wajah asing ikut tersenyum dari atas sofa setelah ikut menyimak interogasi singkat yang dilakukan Wisnu. Kau masih tidak peduli.
Kau tetap tampak begitu tak acuh bahkan saat Wisnu memperkenalkan lima sosok tamu yang terduduk manis di ruang tengah; tiga laki-laki dan dua perempuan. Narasi singkat dari Wisnu memaparkan fakta bahwa kelimanya merupakan teman SMA yang tengah berkunjung. Kau mengangguk dan memamerkan senyum sebagai formalitas. Satu persatu mulai menyebutkan nama masing-masing seiring tangan yang saling menjabat. Teman A, Teman B, Teman C. Peduli setan, begitu pikirmu. Kepalamu masih terlalu sakit untuk mengingat lima nama sekaligus. Kau begitu ingin semuanya cepat usai dan kau bisa kembali berbaring di dalam kamarmu. Tapi hidup selalu punya rencana lain. Takdir telah menuliskan skenario yang tak bisa kau tampik, dan berhasil membuatmu terdiam dengan mulut terkatur rapat detik ini. Tangan terakhir yang menjabat tanganmu mengubah hari itu selamanya. Pun dengan nada sopran yang mengalun lembut menyebut sebuah nama dengan malu-malu.
"Fika..."
Kau mengerjap. Sakit di kepalamu seketika menghilang tanpa sisa. Kau bahkan tidak menyangka ada penangkal hangover yang jauh lebih ampuh daripada berbutir-butir aspirin yang selalu kau telan. Waktu pun berhenti bersama jantung yang seakan lupa caranya berdetak beriringan dengan detik. Matamu terpaku pada paras jelita yang merona terpapar cahaya ruangan. Ada sensasi asing yang kau rasakan di dalam dirimu, yang tidak bisa kau jelaskan dengan detail. Sensasi yang menyerupai musim semi, dengan bunga-bunga bermekaran dan warna-warni yang terpapar indah. Kau tidak tahu sudah berapa lama tangan mungil berkulit halus itu kau genggam, atau kedua bola matamu menatap wajah itu. Satu yang pasti, kau tidak ingin momen ini berakhir. Kau ingin mengabadikan yang kau lihat, dan mengekalkan apa yang kau rasa.
Satu detik, dan perempuan itu telah berhasil mencuri setengah dari hatimu.
I think that possibly, maybe I'm falling for you.
Yes there's a chance that I've fallen quite hard over you.
Yes there's a chance that I've fallen quite hard over you.
Satu hari, berjam-jam percakapan, dan ratusan kalimat dengan bumbu senda gurau kemudian, kau menyerahkan seluruh hatimu seutuhnya kepada perempuan itu.
.
.
.
"Aku pernah... dan selalu jatuh cinta kepadanya."
Kau menutup bab pembuka dari ceritamu dengan seteguk whiskey terakhir dari gelas di tanganmu.

Diubah oleh romperstomper 14-04-2017 19:18
0